6. Janji

424 40 4
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Adelle – Easy On Me

~~~~~

“Jadilah orang baik karena itu sangat baik, tapi jangan terlalu baik karena itu tidak baik.”

~~~~~

“Jadi siapa korban sebenarnya di sini, dirimu atau perempuan yang bersamamu?”

Pertanyaan dengan nada tinggi menghampiri gendang telinganya, mata tajam dengan alis tebal itu mengerjap untuk melihat siapa sosok yang sudah tidak sopan terhadapnya. Dia baru saja bangun tidur, kesadarannya masih belum terkumpul dengan sempurna namun sudah ada yang menganggu istirahat nyenyaknya.

“Adi tidak tahu.”

Tiga kata singkat yang dia ucapkan tidak berpengaruh apapun terhadap seseorang di sampingnya, pria yang akrab di sapa dengan panggilan Adi itu hanya bisa mengusap pelan dagunya saat mengetahui dengan siapa dengan berbicara. “Bagaimana kabar Mama?” tanya Adi.

“Tidakkah pertanyaan itu seharusnya Mama tanyakan kepadamu?” tanya Ardiyanti balik, sangat terlihat jika perempuan itu sepenuhnya diselimuti dengan amarah yang menggebu-gebu.

“Duduk, Budhe.”

Adi mengalihkan pandangan terhadap sepupunya yang tiba-tiba masuk ke dalam pembicaraan, sepupu menyebalaknnya itu terlihat mengejek dirinya karena tengah di sidang oleh sang mama. Ah rasanya dia ingin melemparkan salah satu kursi di ruangan ini ke arah Bima.

“Mama masih menunggu jawaban darimu, Adi. Bagaimana kronologi tidak diinginkan ini bisa terjadi?” Ardiyanti bertanya lugas dengan duduk di samping brankar sang anak, memastikan pandangannya tidak akan bergerak jauh dari sosok Adi. 

Tidak ada suara di ruang rawat inap VVIP itu selain suara keyboard yang dihasilkan oleh Bima, Adi melihat jika sepupunya itu tengah mengerjakan sesuatu yang dia sebenarnya sudah bisa ditebak. Ia lebih memilih menyamankan posisi dengan duduk menyandar, mengembuskan napas pelan memulai pembicaraan yang akan dia lakukan bersama sang mama.

“Maafkan Adi, Ma.”

“Mama ingin mendengar kronologi yang terjadi padamu sayang, bukan hanya ucapan maaf,” ucap sang ibu kepada anaknya.

“Apa yang Mama ingin tahu, Adi keluar seperti biasanya untuk menghabiskan sisa waktu yang ada. Tanya saja kepada Bima jika tidak percaya, anak itu juga ikut bersamaku.”

“Lalu setelah itu?”

Adi memijat kening melihat gelagat sang mama yang sepertinya benar-benar ingin mengetahui kejadian di malam itu. “Adi makan malam seperti biasanya di kafe, Ma. Makanan habis dan Adi lanjut minum sedikit, Adi pikir itu hanya minuman alkohol biasa yang Adi pesan namun entah kenapa saat itu nafsu Adi tinggi dan tubuh sangat resah terhadap sekitar. Adi tidak tahu itu minuman apa, itu air apa Bim?” tannya Adi terhadap Bima yang sedari tadi diam.

“Airnya sih air putih biasa Budhe, cuma sama anak-anak yang lain di kasih obat perangsang. Sebenarnya tujuan obat perangsang itu bukan buat Adi, nah karena Adi main ambil aja air yang ada di atas meja makanya terminum deh.”

Penjelasan singkat dari Bima membuat ibu dan anak itu saling mengangguk paham, oke mulai dari sini dapat Adi pahami jika semua teman-temannya memang tidak ada yang benar. “Adi tidak bisa mengendalikan diri Ma, Adi sudah minum banyak air dan mencuci wajah berkali-kali namun nafsu itu tidak dapat dihilangkan. Adi khilaf,” ucap adi dengan penuh penyesalan.

“Siapa perempuan yang ajak kau tidur malam itu? Dia orang mana dan apa jabatannya di kantormu?”

“A-Adi tidak ta-tahu.”

“Hah? Apa maksudmu Adi?” cecar Ardiyanti kepada anaknya.

“Adi tidak mengenal perempuan itu Ma, Adi tidak mengenalnya.”

“Bagaimana bisa kau meniduri perempuan yang tidak kau kenal Adi? Dimana akal sehatmu!” ucap Ardiyanti tidak habis pikir, dimana akal sehat sang anak jika seperti ini.

“A-adi tidak bisa mengendalikan diri Adi sendiri Ma, Adi akui ini memang salah Adi.”

“Jika bukan salahmu maka salah siapa?” sarkas Ardiyanti.

Pria tampan itu diam, menutup matanya dengan lengan dan mencoba memikirkan apa yang terjadi setelah ini. Dirinya memang bersalah, dirinya memang bajingan namun bukan sepenuhnya kesalahannya, campur tangan dari para sang sahabat juga harus dipertimbangkan.

“Adi akan bertanggung jawab Ma, Adi akan mencari perempuan itu dan menebus semua kesalahan Adi. Adi juga tidak ingin semua ini terjadi Ma, tapi Adi tidak dapat mencegah ini semua seolah ini takdir dari Tuhan.”

“Wih bahasanya berat banget sampe takdir dari Tuhan,” ucap Bima lirih mendengar ucapan dalam dari sang sepupu. Tidak biasanya Adi membahas sesuatu yang begitu dalam seperti ini, seolah pria itu dekat Tuhan. Perlu diketahui bahwa Adi hanya sholat sekali dalam setahun itu pun di hari raya idul fitri, Bima menggeleng menolak ucapannya sendiri ah jangan munafik Bima kau pun juga sama.

“Kamu bodoh Adi, Mama sudah katakan kepadamu berkali-kali jangan menebar benih ke sembarang orang. Di mana strata sosial milikmu hah? Bagaimana jika perempuan itu adalah peremupan malam yang sering melayani pejabat tua?”

Adi menggeleng dengan cepat, pria itu menolak ucapan sang mama karena perempuan yang dia setubuhi kemarin adalah perempuan sholehah. Adi yakin jika dialah orang pertama yang menyentuhnya, dia yakin 100%.

“Tidak, perempuan itu tidak seperti yang Mama pikirkan. Jauhkan semua pikiran buruk Mama terhadap perempuan itu, dia perempuan sholehah.”
Ardiyanti berdecih tidak suka, anaknya ini terlalu gampang menyimpulkan situasi yang ada. “Sholehah? Kamu yakin dia sholehah?”

Adi mengangguk.

“Banyak kupu-kupu malam di luar sana yang berklamufase menjadi dua orang sayang, malam berada di club kemudian paginya berada di majelis pengajian. Bagaimana jika perempuan yang kamu tiduri semalam seperti itu?” cecar Ardiyanti.

“Tidak Mama, Adi yakin dia bukan perempuan murahan.”

“Ah baiklah lupakan tentang dia perempuan sholehah atau tidak, lalu bagaimana dengan keadaan ekonominya? Mama tidak ingin memiliki menantu yang kekurangan materi, Mama tidak ingin itu semua terjadi!”

Adi mengeluarkan napas dalam, pria itu tidak menyangka jika sang mama akan memandang harta di era modern seperti ini. “Adi tidak bisa memastikan dia perempuan yang berkecukupan atau tidak Ma, Adi belum menelusurinya karena kejadian di malam itu begitu cepat. Jikalau pun dia memang orang yang kekurangan, maka itupun tidak masalah bagi Adi.”

“Bagaimana respon keluarga besar? Mau ditaruh di mana muka Mama?”

“Adi sudah bilang Ma, Adi tidak peduli. Uang bisa dicari namun tidak dengan istri sholehah, sangat langka di temukan perempuan yang memiliki senyum manis seperti dirinya, tutur katanya bahkan anggukan tangannya juga menujukkan bahwa dia perempuan berilmu. Mungkin ini salah satu takdir Tuhan yang diberikan kepada Adi, bahkan Adi tidak menyesali apa yang terjadi karena perempuan itu baik itu Adi,” ucap pria itu panjang lebar.

Bima lagi-lagi tercengang mendengar kata-kata bijak yang keluar dari bibir Adi. Ternyata pria itu bisa saja menjadi seorang yang bijak layaknya seorang motivator.

“Perempuan itu baik untukmu, tapi kamu tidak baik untuknya,” ucap Ardiyanti singkat yang mampu membuat anaknya terdiam.
.
.
.

STAY SAFE

selamat sahur semuanya 🤗

4 April 2023

                                                                                                                                    

AsmaralayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang