Chapter- 09

22 8 5
                                    

Eyyo! Welcome back cuy!

Voment nya jangan lupa prend, dan tandai kalau ada typo.

Rebecca berjalan menuju lobby apartmen menemui Galant yang sudah menjemput diri nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rebecca berjalan menuju lobby apartmen menemui Galant yang sudah menjemput diri nya.

"Sorry lama." Ucap Rebecca tak enak.

"Lo udah cakep nggak usah banyak tingkah, segala make up dulu." Oceh Galant kesal.

Hah, cakep? Jantung gua nggak aman banget- Batin Rebecca.

"Malah bengong, ayok berangkat." Ucap Galant lalu menggandeng tangan Rebecca.

Rebecca yang di perlakukan itu hanya diam, sesekali ia melirik ke arah wajah tampan Galant. Hidung mancung, bola mata berwarna hitam legam, alis tebal, dan rahang tegas milik Galant.

"Gak bisa anjir, nggak bisa, Galant kenapa ganteng banget sih." Gumam Rebecca sangat pelan.

"Lo ngomong sesuatu?" Tanya Galant.

"Hah? Enggak kok." Jawab Rebecca.

Galant membuka pintu mobil nya untuk Rebecca masuk, setelah itu ia memutari mobil memasuki tempat duduk kemudi.

Lamborghini Veneno milik Galant berjalan keluar dari parkiran apartmen dengan kecepatan sedang.

Mobil itu membelah jalanan Kota Jakarta pada malam itu yang cukup ramai, masih banyak orang yang berlalu lalang.

"Lan, gua pengen beli kebab dulu donk." Ucap Rebecca.

"Dih, ngidam lo? Hamil anak siapa?" Tanya Galant sembarangan.

"Hamil pala lo banyak ketombe! Gua mau beliin buat Nicho sama Nathalie." Kesal Rebecca memukul kuat punggung tegap milik Galant.

"Nggak usah marah kali, serius amat idup lo." Pungkas Galant sambil mengusap punggung nya yang terasa nyeri.

Rebecca yang malas menanggapi hanya diam sambil bermain ponsel, sedangkan Galant yang melihat memutar bola matanya malas. Kenapa perempuan sangat sensitif sekali? Dan lagi, kenapa kaum hawa selalu benar? Sudahlah, bisa stres ia memikirkannya.

---

Cece yang sedang ada di kamar nya sangat pusing mendengar volume full handphone Kiya. Sudah ia duga, malam ini ia akan berhasil sangat buruk, belum lagi Kiya yang tidak memperbolehkan nya tidur, jika ia tidur Kiya sudah memberinya ancaman Gua kirim foto aib lo ke Ezra ancaman tak bermutu macam apa itu? Menyebalkan sekali.

"Ki, bisa kecilin dikit gak sih volume handphone lo?" Tanya Cece yang sudah kesal.

"Gua tu lagi dengerin lagu galau, mending diem aja deh lo." Jawab Kiya yang malah semakin membesarkan volume nya, di tambah lagi ia yang mulai bernyanyi.

"Ya Allah, berikan lah hidayah kepada kawan hamba." Gumam Cece pasrah.

Tak lama setelah itu Cece sudah tak mendengar suara nyanyian dari Kiya lagi, saat ia melihat ke arah sahabat nya itu ternyata Kiya sudah tertidur pulas.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang