Seorang gadis berdiri di ambang jendela, memandang taman megah di hadapannya sambil sesekali menghirup udara segar yang masuk. Gadis itu adalah Karina. Sebelum pembicaraan mereka selesai, Jungwon tiba-tiba mengatakan ia harus kembali ke istananya, meninggalkan Karina yang masih penuh dengan pertanyaan.
"Hahh~ sekarang, apa yang harus kulakukan?" gumam Karina pada dirinya sendiri. Ia melirik pintu yang tadi malam berhasil ia buka, tapi kini terkunci lagi. Karina mendekati pintu itu dan mencoba memutar gagangnya, namun tetap tak bergeming. Ia menghela napas, menyerah, dan memutuskan nanti akan bertanya pada Jungwon tentang pintu itu.
Merasa bosan berada di kamar, Karina memutuskan untuk berjalan-jalan keluar. Begitu melangkah keluar, ia menyadari bahwa istana ini tampak sangat sepi.
"Bukankah istana biasanya dipenuhi pelayan?" pikir Karina bingung. Ia menuruni tangga, melangkah hingga tiba di pintu keluar, dan berjalan ke arah taman di depan kamar Heeseung.
"Wow... ini besar sekali. Dan air mancur ini juga sangat tinggi!" serunya kagum. Karina tak sadar bahwa ia menginjak ranting besar yang membuatnya tersandung. Namun, alih-alih jatuh ke tanah, ia malah merasakan sesuatu yang lembut. Ketika mengangkat kepalanya, Karina mendapati dirinya tepat di atas dada Heeseung yang tengah terbaring, menatapnya tajam. Mereka saling menatap, terdiam dalam situasi yang tiba-tiba aneh ini.
"Menyingkir," suara berat Heeseung memecah kesunyian, membuat Karina tersadar. Ia segera bangkit dengan wajah memerah dan berbisik, "Maaf..."
Heeseung bangkit berdiri dan hendak meninggalkan Karina. Berada di dekat wanita ini membuatnya merasa tak aman, karena ia bisa saja kehilangan kendali dan menyerang Karina tanpa sengaja. Namun, sebelum ia pergi, Karina dengan ragu menahan lengannya. Heeseung menoleh, menatap tangan Karina yang memegangnya, kemudian menatap gadis itu yang tampak ingin mengatakan sesuatu.
"Tunggu... Umm... Sebenarnya," Karina menggantung kalimatnya, ragu.
Namun Heeseung segera memotong. "Apa Jungwon tidak memberimu baju ganti?" tanyanya, menyadari Karina masih mengenakan pakaian yang sama sejak semalam.
"Tidak, tapi aku—" Karina belum selesai berbicara, namun Heeseung memotong lagi.
"Kembalilah," ucap Heeseung singkat. Dalam sekejap, Karina dan Heeseung sudah berada kembali di kamar Heeseung. Karina membeku, tak percaya bahwa ia baru saja berpindah tempat secepat itu. Apakah ini yang disebut teleportasi?
Tanpa sadar, Karina bergumam, "Bolehkah aku tinggal di sini untuk sementara waktu?"
Heeseung mengangkat sebelah alisnya, bingung. Ini aneh. Biasanya manusia akan lari ketakutan begitu mengetahui bahwa mereka berhadapan dengan vampir, tetapi gadis ini malah ingin tinggal di sarang mereka.
"Baik, terserah," jawab Heeseung singkat, "Tapi aku tidak menjamin keselamatanmu," lanjutnya sebelum menghilang dari pandangan Karina. Begitu Heeseung pergi, Karina tersenyum penuh semangat. Ia tak ingin melewatkan kesempatan ini untuk belajar lebih banyak tentang vampir.
Saat Karina masih tenggelam dalam pikirannya, pintu kamar terbuka, memperlihatkan sosok seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam pelayan.
"Selamat siang, Nona. Nama saya Berty, pelayan yang akan mengurus kebutuhan Anda," sapa wanita itu sambil membungkukkan badannya dengan hormat.
Tanpa ragu, Karina langsung bertanya, "Apakah kamu juga vampir?" Pertanyaannya membuat Berty tampak bingung sejenak, namun ia kemudian mengangguk perlahan. Karina dapat melihat jelas mata merah Berty yang menjadi ciri khas vampir.
"Aku Karina. Mohon bantuannya ya, Berty." Karina tersenyum lebar, penuh semangat.
#Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood [HEERINA] END S1_REVISI
VampirePintu pembatas antara dua dunia terbuka karena setetes darah seorang wanita. "Apa kau percaya vampir?" Karina "Aku bahkan bisa memakanmu sekarang." HeeSeung #REVISI #NO PLAGIAT!!!