024

1.4K 258 14
                                    


──· 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──

"Kak ..."

Auretta yang ingin memasuki perpustakaan memberhentikan langkah nya dan menoleh pada Scorpius yang tengah menundukkan kepalanya.

"Ada apa, Scorpius?" Tanya Auretta lembut.

Scorpius menatap dengan tatapan bersalah. "Maafkan aku karna sudah marah dengan mu. Aku benar-benar sedih karna tidak diizinkan ayah bermain Quidditch lagi." Ucap Scorpius dengan nada kecil.

Auretta tersenyum dan membuka tangannya lebar-lebar. "Kemari," Ucapnya membuat Scorpius tersenyum dan masuk kedalam pelukan sang kakak.

Auretta mengelus-elus punggung Scorpius sambil tersenyum lebar, meletakkan dagunya di atas bahu Scorpius yang sudah sulit ia gapai jika Scorpius tidak membungkukkan badannya. Scorpius bertambah tinggi.

"Tidak masalah. Aku paham perasaan mu." Ucap Auretta.

Scorpius memeluk Auretta dengan erat. Meletakkan dagunya si atas bahu dan merasakan kenyamanan dan kehangatan pelukan Auretta yang sangat ia sukai.

"Aku menyayangimu." Ucap Scorpius pelan.

Auretta tertawa pelan. "Aku juga, aku juga menyayangimu." Ucapnya.

Setelah itu pelukan mereka terlepas. Scorpius izin untuk pergi menemui Albus, dan Auretta juga mengizinkan, gadis itu juga harus masuk ke perpustakaan karna Lily dan Rose pasti sudah menunggu nya. Auretta menjadi tutor untuk Lily dan Rose, McGonagall juga sudah mengkonfirmasi hal itu.

"Hai, kalian menunggu lama?"

Auretta menarik kursi di hadapan Lily dan juga Rose yang sudau duduk di meja panjang yang berada di perpustakaan.

"Sudah sangat la─"

"Tidak lama kok!"

Rose baru saja ingin menjawab dengan nada ketus, tapi Lily buru-buru memotong ucapan sepupunya sambil tersenyum lebar pada Auretta, mengabaikan tatapan kesal Rose di sebelahnya.

Auretta yang melihat itu hanya tersenyum maklum saja. Ia memiliki kesabaran seluas samudra jika berhadapan dengan orang yang lebih muda, termaksud dengan Rose.

"Baiklah. Apa ada kesusahan dalam essay kalian?" Tanya Auretta.

Lily langsung menunjuk essay nya. "Aku ada! Nomor lima, aku tidak tahu cara menjawabnya." Ucapnya.

Auretta mengambil perkamen Lily dan membacanya. Gadis Malfoy itu dengan pelan menjelaskan pada Lily yang menatap dengan serius dan fokus.

"Dan kau Rose, bagaimana?" Tanya Auretta setelah ia membantu Lily dengan essay nya.

"Jangan panggil aku Rose, kita tidak dekat." Ucap Rose ketus.

Auretta tersenyum. "Baiklah Weasley, apa ada masalah dengan essay mu?"

Rose memperlihatkan perkamen essay nya pada Auretta. Gadis itu melihat nya dan membantu Rose mengerjakannya. Setiap di beri tahu, Rose hanya diam dengan wajah jutek walaupun begitu ia tetap fokus dan serius mendengarkan Auretta, gadis Weasley itu memiliki gengsi yang besar dan tak mau memperlihatkan nya pada Auretta.

Dan Auretta tahu itu, ia memaklumi.

"Hai!"

Auretta tidak menoleh pada James yang menyapa mereka. Pemuda itu tanpa permisi menarik kursi di samping kanan Auretta dan duduk di sana, berhadapan dengan Rose.

"James! Jangan menganggu kami!" Ucap Lily pada kakak pertamanya.

"Aku tidak menganggu, Lily. Aku hanya melihat-lihat saja." Jawab James sambil menoleh pada Auretta yang sama sekali tidak peduli dengan keberadaan nya.

𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 || 𝐉𝐚𝐦𝐞𝐬 𝐏𝐨𝐭𝐭𝐞𝐫 II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang