018

1.3K 232 16
                                    


──· 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──


"Kau tidak bilang kalau Potter menjadi Prefek!"

Carmen yang mendengar ucapan Auretta langsung berekspresi kaget. "Nah, aku baru ingin memberitahu mu!" Seru Carmen menunjuk wajah Auretta.

Pagi ini, di kamar Carmen, Auretta dan Glass sangat heboh. Kedua sepupu itu berbicara dengan nada besar saking kagetnya dengan berita James yang menjadi prefek.

"Aku juga baru tahu saat rapat prefek malam kemarin!" Ucap Carmen. "McGonagall seperti nya sudah tidak waras menjadikan Potter prefek!"

"Perlihatkan sopan santu mu, Carmen. Dia kepala sekolah kita." Glass yang baru keluar dari kamar mandi berucap. Perempuan berambut hitam itu sudah lengkap dengan seragamnya, hanya tinggal menggunakan kaos kaki dan sepatu saja.

"Tapi dia memang gila, Glass! Potter lho! James Potter menjadi Prefek!" Ucap Carmen.

Auretta mengangguk. "Dia jadi makin besar kepala. Aku mendapatkan detensi darinya." Ucap Auretta membuat Carmen dan Glass menoleh cepat padanya.

"Apa?? Kau dapat detensi?!" Tanya Carmen.

"Serius?" Tanya Glass.

Auretta mengangguk lemas. "Malam kemarin setelah aku menjenguk Kai." Ucap Auretta pelan.

"Ini kejadian langka. Auretta Malfoy anak teladan mendapatkan detensi!" Ucap Carmen heboh. "Bagaimana jika nenek mu tahu?!"

"Aku sudah pasrah dengan itu, Carmen." Jawab Auretta sambil menggunakan dasi nya.

Glass menggelengkan kepalanya pelan. "Sebaiknya kau menggunakan jubah mu, Carmen. Kita harus sarapan."

"Iya!"

Singkatnya, setelah jam makan siang. Auretta mau tak mau harus bertemu dengan James dan menjalankan detensi nya yakni membersihkan ruangan Quidditch Gryffindor.

Gadis itu sungguh kaget saat melihat ruangan Quidditch Gryffindor yang sungguh berantakan. Sapu, sepatu, pelindung lutut dan tangan, semuanya terletak tidak beraturan. Membuat Auretta pusing kepala melihat nya.

Sementara James dibelakang nya tersenyum senang.

"Tempat ini bahkan lebih berantakan dari pada lubang tikus." Ucap Auretta sambil meletakkan sapu-sapu mereka di tempat awal.

James menyuruh Auretta membersihkan tanpa tongkat. Gadis itu sudah protes tadi, tapi James pandai sekali untuk mengancam seseorang, ia malah akan mengancam menambah detensi Auretta tanya membaut gadis itu diam dan menurut.

Auretta membiarkan ia kalah kali ini.

"Hei! Itu kejam sekali." Ucap James.

Auretta tak membalasnya. Gadis itu sibuk meletakkan semua barang dengan cepat dan rapi agar ia bisa menyelesaikan detensi nya dan pergi ke perpustakaan untuk belajar.

Sementara James yang tengah duduk di salah satu kursi di sana menatap Auretta dalam diam. Auretta sungguh cekatan membersihkan setiap sudutnya. Bahkan tanpa sihir. Seakan-akan ia selalu melakukan nya dan sudah terbiasa.

"Kau seperti sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini, di rumah kau sering di suruh-suruh, ya?" Tanya James penasaran.

"Naluri seorang perempuan, Potter." Jawab Auretta tanpa menoleh.

𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 || 𝐉𝐚𝐦𝐞𝐬 𝐏𝐨𝐭𝐭𝐞𝐫 II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang