023

1.3K 235 6
                                    


──· 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ──

Scorpius sudah siuman dua hari yang lalu. Sekarang anak bungsu dari keluarga Malfoy itu sudah bisa mengikuti pembelajaran dan perban di kepalanya sudah menghilang.

Setelah kecelakaan tiga hari yang lalu, Draco mengeluarkan Scorpius dari Quidditch dan tak memberikan anak bungsu nya izin untuk bermain lagi. Bahkan sapu Scorpius juga di tarik dan di bawa pulang oleh Draco.

"Kak, kau tidak bisa bilang pada ayah jika aku ingin bermain Quidditch lagi?" Tanya Scorpius.

Auretta masih fokus menatap bukunya. "Tidak bisa, Scorpius." Jawabnya tanpa menoleh.

Sekarang gadis itu berada di perpustakaan. Ia menghabiskan waktunya di perpustakaan mulai sekarang. Bukan hanya untuk mengejar ilmu, tapi juga untuk melupakan kalimat Draco tiga hari yang lalu.

"Kenapa?" Tanya Scorpius.

Auretta menghela nafas dan menoleh pada Scorpius. "Kenapa tidak kau saja yang bilang pada ayah?" Tanya gadis itu dengan nada dingin.

Auretta muak, sungguh. Setelah perkataan Draco yang membuat nya sedih dan sakit hati sampai sekarang, Scorpius masih bisa-bisanya menyuruh Auretta untuk berbicara pada Draco.

Auretta ingin marah, gadis itu ingin berteriak. Bukan salahnya jika Scorpius terluka. Bukan salahnya jika Scorpius kenapa-kenapa. Semua masalah yang berada di Scorpius menjadi masalah Auretta juga. Padahal gadis itu sudah pusing dengan nilai rune kuno nya yang sungguh jelek. Auretta pusing dengan Lucius yang selalu menanyakan hubungan nya dengan Kai. Auretta pusing dengan Narcissa yang selalu mengirimkan nya surat untuk meningkatkan nilainya. Kepala Auretta sungguh sakit, ia pusing, Auretta sampai berharap semoga saja suatu hari nanti kepalanya pecah.

Sementara Scorpius menatap Auretta kaget. Baru kali ini mendengar sang kakak berbicara dengan nada dingin padanya. Apalagi ekspresi Auretta sekarang yang membuat Scorpius terluka.

Auretta yang menyadari tindakannya pada Scorpius memejamkan kedua mata dan memijat pelipisnya.

"Auretta bego." Gumam Auretta sambil memukul kepalanya dan kembali menatap Scorpius.

"Bukan begitu, maksud ku─"

"Aku ingin menemui Albus." Scorpius memotong ucapan Auretta. Laki-laki berkepala platinum blonde itu berdiri dari duduknya dan keluar dari perpustakaan.

Meninggalkan Auretta yang menatap kepergian Scorpius dengan ekspresi gusar. Gadis berdecak kesal dan kembali menatap bukunya dengan kedua tangan terkepal. Tidak seharusnya ia melampiaskan amarahnya pada Scorpius yang tak tahu apa-apa.

Auretta jadi merasa bersalah.

Dan terlebih lagi, pembelajaran rune kuno ini membuat ia naik pitam. Gadis itu tak paham dengan huruf-huruf kuno nya. Apalagi sekarang ia ada essay. Auretta menyesal kenapa ia mengambil kelas ini.

"Kau salah menulis hurufnya."

Auretta menatap jari telunjuk James yang menunjuk tulisan di perkamen nya. Dengan ekspresi malas, ia mengangkat pandangan, menatap James yang berdiri di sebelah mejanya.

"Tahu apa kau." Ucap Auretta ketus.

"Tentu saja aku tahu, karna nilai rune kuno ku tinggi." Ucap James dengan senyum sombong.

Auretta mendengus. "Jangan halu," Ucapnya dan kembali mengerjakan essay nya.

James menarik kursi di hadapan Auretta. "Kau mau tahu nilai O.W.L rune kuno ku?"

"Paling kau dapat T (Troll)."

James tersenyum smrik. Ia mengeluarkan perkamen dari balik jubahnya dan memberikannya pada Auretta. Gadis itu menatap bingung perkamen yang James berikan, tapi tetap ia terima dan membukanya.

𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 || 𝐉𝐚𝐦𝐞𝐬 𝐏𝐨𝐭𝐭𝐞𝐫 II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang