Assalamualaikum#15

875 229 51
                                    

"Turun berapa kilo?"

"10!"

"Wih mantap!"

Ali menyender disamping Treadmill yang baru saja ia gunakan. Alat yang membantunya untuk berjalan, berlari, bahkan berjalan menanjak tanpa berpindah tempat. Ia kurang suka joging diluar rumah. Sebagai orang yang sukanya membaca buku, mendengar musik, menonton film, sebenarnya juga suka olahraga ia termasuk pria yang introvert. Tidak begitu suka keramaian. Energinya bagai terserap kalau bertemu dengan orang banyak. Ia menggunakan treadmill sebagai pengganti joging yang ia butuhkan untuk kesehatan tubuh dan kebutuhan mengurangi lemak diraga dimana ia bersemayam saat ini.

"Agak lain sekarang? Kemana rambut gondrongmu?"

Dokter Rayyan yang datang untuk melihat perkembangan kesehatan Ali bertanya melihat tampilannya saat ini.

"Ya dicukurlah!" Sahut Ali pendek karna masih merasa lelah dengan keringat bercucuran.

"Dikantor pegawai gak pada pangling?" Tanya Dokter Rayyan lagi.

"Kan mereka setiap hari melihat saya, jadi semacam gak sadar sih!"

"Sadar, cuma mereka hanya bisa kasak-kusuk dibelakang!" Ucap dokter Rayyan.

"Entahlah!" Ali mengangkat bahunya.

"Bagaimana dengan Shesa? Apa sudah pernah melihatmu yang sekarang?" Tanya Dokter Rayyan lagi.

Membahas Shesa ia teringat bagaimana istri Alija Biantara itu menghubunginya.

"Belum. Kemarin datang kekantor, saya keluar, dia telpon saya riject, dia marah-marah saya gak peduli!" Sahutnya menjawab tanya dokter Rayyan.

"Jangan terlalu kentara kalau kau bukan Alija Biantara, nanti dia curiga, bukankah mau membongkar kejahatannya, nanti kau malah tidak dapat apa-apa!" Dokter Rayyan mengingatkan.

Ali menatap kosong kedepannya. Sebenarnya jika tidak mendapatkan apapun baginya tidak masalah. Toh sebenarnya bukan haknya. Tapi saat ini ia adalah pemilik raga Alija Biantara, jadi apapun yang dimiliki Alija Biantara seharusnya semua miliknya. Termasuk ia tidak bisa mengingkari kalau Shesa Lirina Naigara adalah istrinya.

Istri. Ia sungguh tak peduli dengan Shesa. Ia tak bisa bersandiwara menjadi Alija Biantara yang mencintainya. Terlebih saat baru tersadar dari koma sudah mendengar hal yang sungguh diluar akal. Seorang istri berkomplotan dengan keluarganya sendiri sudah melakukan pembunuhan berencana terhadap diri yang punya raga.

Ia justru sedang memikirkan istrinya, istri Ali Alhabb yang ia tinggalkan dengan banyak beban. Bukan kenapa ia menggelontorkan uang untuk berinvestasi diperusahaannya sendiri, ia bukan hanya sekedar memanfaatkan harta Alija Biantara namun kondisinya saat ini memungkinkan untuk itu. Perusahaannya benar-benar membutuhkan. Ia tahu Ily sedang berusaha mengambil alih utang agar dirinya sebagai Ali Alhabb tidak ada beban dalam perjalanan diakhirat. Lagipula perjanjian dengan perusahaan Alhabb properti yang kini dipegang Ily bersifat pinjaman atau investasi yang dikelola. Perusahaan Alhabb akan membayar sesuai dengan jumlah yang diinvestasikan serta memberikan. Jadi kalau sifatnya pinjaman pasti uangnya akan kembali.  Keuntungan dari perjanjian ada. Tapi bukan itu tujuannya.

"Saya hanya ingin keadilan bagi Alija Biantara yang tengah dicuriangi keluarga Naigara, jika saya tidak mendapatkan keuntungan dari semua ini saya ikhlas!" Ujar Ali memperjelas niatnya pada dokter Rayyan.

"Baik, saya paham, yang penting kau sehat sudah tidak terkontaminasi racun, saya pamit dulu!" Dokter Rayyan pamit meninggalkan apartemennya setelah Ali mengucapkan terima kasih telah dibantu selama ini. Kesehatannya sungguh penting sekali. Ia tak ingin terjadi kelalaian untuk kedua kalinya. Ia takkan membiarkan Shesa mengintimidasinya. Shesa menjadi kesal ia tidak peduli. Dengan begitu Shesa akan bersiasat. Mungkin saja plan A yang mereka jalankan justru akan beepindah ke plan B lagi. Jika itu terjadi mereka akan berusaha menarik paksa jiwanya. Apakah Tuhan akan memberikan kesempatan lagi? Sepertinya tidak, kesempatan tidak datang dua kali.ìí

Assalamualikum, Yaa Qalbii! (Untukmu Aku Kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang