Assalamualaikum#18

824 224 20
                                    

"Dokter, tolong!"

"Kenapa ini, pak?"

"Dia jatuh! Tolong dulu ada darah!"

"Sebentar, bapak bisa tunggu dulu, kami akan tindak segera!"

Ali mondar-mandir didepan ruang tindakan dengan wajah yang cemas. Tentu ia lebih mencemaskan kondisi Ily daripada cemas akan kedatangan Shesa yang tiba-tiba tanpa diduga.

Ia memang tidak begitu menyangka Shesa akan memata-matai setiap geraknya. Yang ia tahu Shesa tidak peduli padanya. Mungkin ia melupakan beberapa waktu Shesa mengejarnya dikantor namun ia selalu tidak ada. Lagipula kenapa tiba-tiba peduli?

"Keluarga pasien?"

Ali terkejut saat salah seorang para medis keluar dari ruang tindakan dan mencari keluarga pasien.

"Saya, saya suaminya!"

"Ibu harus segera dioperasi caesar darurat, pak!"

"Kenapa dokter?" Ali bertanya dengan kadar rasa cemas yang kian menggunung.

"Ketuban pecah dini, terjadi karna melemahnya membran ketuban secara alami akibat adanya tekanan atau kontraksi, ketuban pecah dini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti Infeksi pada selaput yang menyelimuti janin atau chorioamnionitis, chorioamnionitis berisiko menimbulkan infeksi serius pada ibu dan janin, jadi---"

"Lakukan yang terbaik dokter, silahkan segera!"

Ali memotong ucap dokter yang menurutnya pada intinya kondisi Ily dan bayinya dalam bahaya.

"Baik, silahkan bapak ikut saya, kita bersiap, bapak boleh mendampingi!"

Panik. Ali tak dapat berpikir lagi, yang ia tahu ia harus memutuskan dengan cepat terkait kondisi Ily dan bayinya, lalu ia mengikuti dokter memasuki ruangan tindakan.

"Bertahanlah Qalbii, kamu pasti bisa melalui ini!"

Proses kelahiran bayi mereka yang tanpa terduga serasa begitu tegang dan drama. Didalam ruangan dengan memakai pakaian serba hijau Ali mendampingi Ily tanpa melihat proses caesar karna tertutup tirai dibagian dada ke kaki. Kepala Ily tetap tertutup hijab, sementara ia juga minta sarung tangan untuk dapat menggenggam tangan Ily. Ia tak tahu apa hukumnya bersentuhan karna fisiknya orang lain, hingga ia mengantisipasinya dengan sarung tangan dalam keadaan yang sangat mencekam. Ily antara sadar dan tidak memandangnya kemudian ada yang menetes dari sudut matanya. Allahu Akbar. Tanpa diduga ia melahirkan didampingi suami meski dalam wujud oranglain.

Suara tangis bayi terdengar diruangan dingin yang sunyi disambut ucap syukur para medis yang membantu persalinan.

"Laki-laki, berat 2,4, selamat, pak!"

Bayi terbungkus kain hijau diletakkan didada Ily yang tertutup dengan tangis yang keras memecah sunyi. Sementara para medis sibuk kembali didaerah perut Ily untuk menutup kembali luka pasca operasi. Allahu Akbar. Ali nampak takjub melihat putranya yang berkulit terang. Bersuara lantang. Meskipun  prematur dan kecil namun beratnya lumayan. Kemudian nalurinya teringat kebiasaan melafazkan adzan bagi bayi yang baru lahir agar yang ia dengar pertama kali adalah kalimat yang baik.

Ia menunduk mendekati telinga bayi yang sedang terangkum tangan Ily diatas dadanya tersebut.

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
Asyhadu allaa illaaha illallaah.
(Aku menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah.
(Aku menyaksikan bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah)
Hayya 'alashshalaah
(Marilah Sholat)
Hayya 'alalfalaah.
(Marilah menuju kepada kejayaan)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar)
Laa ilaaha illallaah
(Tiada Tuhan Selain Allah)

Assalamualikum, Yaa Qalbii! (Untukmu Aku Kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang