Assalamualaikum#23

816 207 27
                                    

"Assalamualaikum!"

"Waalaykumusalam! Itu abi datengg!"

Ali melihat Ily sedang mendekap bayinya yang telah dikeluarkan dari inkubator. Kondisi Ily yang stabil dan bayinya yang meskipun prematur namun berat badannya cukup baik diatas 2kg memungkinkan ia diberi kesempatan untuk bersama sang bayi.

"Bayi harus cepat dikembalikan ke ibunya. Saat kondisi ibu sudah stabil, maka bayi harus menerima sentuhan sang ibu dengan cara ditempelkan di dada," ujar dokter Lala yang membantu kelahiran bayinya. Itulah sebabnya meski baru beberapa jam dilahirkan semalam Ily sudah bisa menghampirinya di ruang inkubator dan hari ini justru bayinya yang diantar keruang rawatnya.

"Hai Yaa nuuro 'ainayya, yaa mubasysyirol qalbi!" Sapa Ali pada bayi yang nampak memejamkan mata didekapan Ily.

"Ihh, Abi datang dia tidur!" Seru Ali menyentuh ujung kepala bayi yang ditutup hodie.

"Dia tidur setelah dengar suara kamu!" Ujar Ily.

"Ohya? Masa?"

"Iyaaaa!"

"Jadi yang khawatir beneran dia nih?"

Ali menatap dengan raut menggoda. Ia langsung meluncur ke rumah sakit setelah menelpon Ily yang tidak bisa ia respon saat menghubungi. Ia hanya mengatakan dirinya dalam keadaan aman dan ia ingin menceritakan lengkap secara langsung bagaimana pertemuan yang sudah ia lewati dalam ketegangan dan berakhir dilarikannya tuan Naigara dan Shesa.

"Menurut kamu cuma dia?" Ily balik bertanya.

"Jadi kamu juga!" Tebak Ali berkata sambil menyentuh ujung kepalanya yang tertutup hijab.

Ily menggigit bibirnya, kenapa rasanya mendadak malu, wajahnya menghangat, pasti warnanya sudah berubah. Ia menunduk pura-pura memandang bayinya yang lelap lalu mencium ujung kepalanya. Aroma minyak telon mengguar dari sana.

"Eh!"

Ily memundurkan kepala kala Ali menunduk ikut mencium bayinya.

"Wangi!"

Ali menoleh dengan masih menunduk hingga wajah mereka begitu dekat dan Ily makin memundurkan kepalanya. Takut tersentuh, padahal kalau saja raga dihadapannya benar-benar raga Ali Alhabb bukan hanya jiwanya, tentu ia tidak akan menolak tersentuh.

"Jangan kebablasan sih, Li! Kamu itu dalam raga Alija Biantara sekarang!" Ily mengingatkan keadaan mereka saat ini.

Mata Ily menangkap senyum jahil kemudian ia salah fokus dengan goresan di wajah Ali yang kemerahan.

"I--ini, kenapa?"

Refleks tangannya menyentuh wajah Ali tepat digoresan itu.
Ali ikut menyentuh wajahnya sendiri kemudian justru Ily menarik tangannya yang mendadak gemetar. Karna menyentuh wajah Ali dan karna tersentuh tangannya pula. Padahal baru saja ia takut bersentuhan.

Ali duduk ditepi ranjang lalu Ily menggeser kakinya yang berselonjor.

"Shesa mengamuk karna aku talak!" Beber Ali.

Ily melebarkan mata.

"Secepat itu dia ditalak, gimana ceritanya?" Tanya Ily tak menyangka kalau drama pertemuan Ali dengan dewan direksi dibumbui talak kepada Shesa.

"Bukan cepat, tapi memang sudah aku perhitungkan," sangkal Ali memberikan pembelaan atas keputusan talaknya yang disebut Ily cepat.

"Karna kamu merasa bukan Alija Biantara?" Ily menebak alasan Ali dengan nada tanya.

"Salah satunya, tepatnya sebagai Ali Alhabb aku tidak ada rasa dan sebagai Alija Biantara aku mati rasa!" Jelas Ali lagi.

"Kenapa kamu yakin Alija Biantara mati rasa? Bisa saja dia begitu mencintai istrinya!" Ucap Ily menyelidik.

Assalamualikum, Yaa Qalbii! (Untukmu Aku Kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang