Assalamualaikum#24

850 204 24
                                    

"Aku akan menghalalkan sentuhan kita segera, qalbii."

DUG.
Rasa dadanya yang seolah dipukul jantung yang berdegup membuat Ily terpana. Debarannya seperti pernah ia rasakan sebelumnya saat mendengar ucap menghalalkan itu. Jika bukan jatuh cinta pada orang sama itu tidak mungkin baginya. Baru hampir 6 bulan, belum sampai setahun raga Ali Alhabb suaminya tertimbun tanah. Iapun sudah pernah berkali-kali sesumbar takkan bisa mencari pengganti meski rata-rata menyangsikan mengingat ia masih muda.

Dibelakang bahunya yang mendekap bin Ali Alhab, Ily  menyembunyikan wajahnya. Ia menunduk merasakan dada yang membuncah. Serasa ada bunga-bunga menaburi kepalanya. Mungkin jika ia tidak menyadari yang berbicara adalah Ali Alhabb yang berada ditubuh oranglain apalagi mirip, ia tidak akan mudah membuka hati.

Ali menoleh saat Ily mengangkat wajahnya. Binar lensa mereka yang kembali beradu membuat Ily tersipu. Tatap cinta itu tak asing. Tatap yang selalu ia rindukan setelah ditinggalkan. Tidak main-main ditinggalkan untuk selamanya. Siapa yang mengira kini hadir kembali bahkan semakin mirip saja sosoknya. Alija Biantara yang tadinya berisi, berwajah chubby berambut agak gondrong yang ikal saat terurai, sudah menjelma menjadi sangat mirip dengan Ali Alhabb yang klimis dengan berat ideal dan rambut yang dipangkas rapi.

Sementara Ali yang memang selalu tak bisa kontrol saat bersamanya masih menunggu ucapan menanggapi keinginannya untuk segera menghalalkan. Sungguh ketika ia menunduk dan Ily mendongak, nalurinya sebagai Ali Alhabb selalu refleks ingin menyentuh dahinya. Saat ia memindai wajah dari lentik sampai runcing hidungnya kemudian belahan kenyal  memerah muda yang terlihat sedikit kering hingga ia ingin membasahinya, dadanya ngilu. Ia mengingat rasa saat  menyesapnya. Ali menghempaskan napas lalu memejamkan mata.

"Astagfirullah hal adzim!"

Situasi terberat saat orang yang kita cinta ada didepan mata tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan untuk mendekapnya saja harus melalui perantara bin-nya yang belum diberi nama. Saat ia membuka mata, lekat tatap hazel Ily yang ia kagumi masih beredar disana. Lengannya terangkat dan mengusap ujung kepala yang tertutup hijab, lalu mengangkat lebih tinggi hingga dada bayi yang sedang didekapnya kemudian mencium pipi bayi yang masih menutup mata makin tenang dalam dengkur kecilnya.

"Coming Sun umi-nya!" Bisik Ali membuat pupil Ily melebar. Lalu refleks mencubit bahunya.

"Idihh!"

Ali tertawa renyah saat melihat pipi yang memerah. Sungguh ia ingin mendaratkan kenyal ke kulit licin terawat Ily. Enam bulan bukan waktu yang singkat baginya yang harus menahan diri.

"Kamu tidak mau menjawab keinginanku menghalalkanmu?" Tanya Ali melihat Ily terdiam dan mengalihkan tatapnya. Ia memang tak bisa menjaga pandangannya saat bersama Ily.

Ily terlihat menarik nafasnya kemudian menghembuskannya perlahan. Seandainya Ali tahu harap Ily yang sesungguhnya sejak jasadnya tertimbun didepan matanya. Seandainya Ali tahu mimpi-mimpi intimnya saat rindu dalam cuaca yang beku berada dikehangatannya. Seandainya Ali tahu apa fantasinya mengetahui Ali-nya terjebak ditubuh orang lain. Tentu saja harap, mimpi dan fantasinya adalah menghabiskan malam-malam panjang dalam kurungan hasrat yang didera rindu. Namun situasinya berbeda kini. Ali berada didalam raga beridentitas lain. Tidak mungkin begitu saja ia raih kedalam dekap. Tidak mungkin ia berharap cumbu rayu bebas merayap tanpa batas. Tentu halal adalah yang terbaik jika ingin terus bersama. Namun ia tak boleh lupa, saat ini ia seorang wanita yang telah ditinggal pergi suami untuk selamanya baru enam bulan lalu. Apa kata mereka ketika mendadak ia dihalalkan seorang laki-laki?
Tentang jiwa yang hidup didalam raga oranglain, tidak mungkin mereka umumkan karna sudah diluar nalar manusia meski sudah dalam kuasa Tuhan.

"Jangan buru-buru, Li, belum setahun kamu sebagai Ali Alhabb meninggalkan aku, akan sangat mengejutkan bukan hanya bagi mereka diluar sana melainkan keluarga kita!" Desis Ily berat karna melawan inginnya.

Assalamualikum, Yaa Qalbii! (Untukmu Aku Kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang