Assalamualaikum#28

766 154 22
                                    


"Assalamualaikum, Yaa Qalbi!"

"Wa'alaykumusalam, Yaa sayang!"

Membuka pintu disapa salam, Ily langsung menjawab dan memeluk lalu mendapatkan kecupan dikeningnya.

"Alhamdulilah!" Ucap Ily sembari melangkah sementara Ali merangkul bahunya.

"Kenapa?" Ali menoleh dengan langkah tak berhenti hingga mencapai depan pintu kamar mereka.

"Sudah larut, baru pulang?"

Ily mendongak saat mereka saling berhadapan.

"Maaf buat kamu cemas!" Ali mengusap bahu Ily dengan kedua tangannya.

"Tidak apa, sudah sampai sudah lega!" Ily memeluk Ali dan Ali refleks menenggelamkan kepalanya dalam pelukan.

Makin mengeratkan pelukannya, Ily  memang sudah lega karna Ali sudah sampai dirumah dalam keadaan yang baik-baik saja. Meski ia tahu Ali bahkan dirinya berhati-hati akhir-akhir ini.

Kapan lalu tim bang Jose, pengacara tetap mereka sejak awal melaporkan ada aktivitas mencurigakan dirumah sakit jiwa dan dikediaman tuan Naigara.

Hampir bisa dipastikan, apa yang menjadi kekhawatiran jiwa Alija Biantara yang selalu membayangi Ali Alhabb, dialam bawah sadar berupa mimpi yang seperti nyata menjadi sebuah kebenaran. Merasa bodoh saja tidak cukup jika tidak segera harus memulai tindakan baru.

Atas dasar kemanusiaan yang ia kedepankan karna tuan Naigara tidak berdaya setelah sadar dari koma lalu harus selalu dikursi roda, sementara Shesa Lirina putrinya dinyatakan mengidap gangguan mental dan tidak layak untuk diceraikan. Dalam keadaan yang demikian sebenarnya dengan ia menikahi perempuan lain saja secara mata awam memandang ia pria yang begitu egois. Tidak merawat istri padahal sedang butuh dukungan. Hanya yang mengetahui kisah sebenarnya saja yang membenarkan tindakannya, bahkan memuji keputusannya untuk tidak memperkarakan keluarga Naigara.

"Insya Allah, tidak apa qalbi, Allah akan melindungi yang benar, buktinya melalui perantara jiwa Alija Biantara Allah segera memberikan tanda!" Ucap Ali mengusap punggung Ily yang kemudian mendongak menatapnya lalu Alipun menunduk menyentuh keningnya kembali.

"Rasanya gak tenang, takut dia berhasil mencelakakanmu atau bahkan ingin merebutmu kembali..."

"Stttt!"

Ali menyentuh bibir Ily dengan telunjuknya. Ia tahu kemana arah bicara Ily. Ia paham kekhawatirannya. Ia sendiripun dalam kecemasan meski berusaha untuk lebih tenang. Namun' sebagai mahluk yang beriman, tentu mereka harus bertawakal kepada Allah. Memohon perlindungan hanya kepada-Nya.

"Maaf, aku-- aku--," bagai kelu Ily terbata.

Kadang ia pikir, mungkin sudah takdir Ali pergi dari hidupnya dan takdirnya hidup tanpa Ali. Hanya saja ia berkeras meminta kepada Allah mengembalikan Ali padanya dan itu membuat ia takut kehilangan untuk kesekian kalinya.

"Sayang, aku tahu kamu cemas, maafkan tadi aku tidak berkabar, karna banyak yang harus aku selesaikan, kamu jangan khawatir lagi ya, aku sudah disini!"

Ali menyisih rambut Ily yang jatuh dikeningnya kemudian menangkup wajahnya dan menatap lekat kemanik mata yang nampak berair. Ily mengangkat tangan meraba wajahnya. Akhir-akhir ini ia lakukan setiap Ali pulang, terlebih akan pergi meninggalkan rumah, menatapnya lebih lama dan meraba wajahnya berulang kali, memeluknya erat sebab cemas hari itu adalah hari terakhir ia bisa melakukannya. Kadang justru ia yang merasa harus kepskiater karna trauma ditinggalkan. Takut terjadi lagi kehilangan dan tak mungkin ia berharap terjadi keajaiban lagi hingga rohnya akan menempati tubuh orang lain kembali.

Ali menyisir pangkal hingga ujung hidung Ily dengan jari telunjuknya. Ia berusaha menenangkan sementara menutupi kecemasannya sendiri. Ia takkan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga bagi mereka.

Assalamualikum, Yaa Qalbii! (Untukmu Aku Kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang