CHAPTER 13. STARE

949 120 3
                                    

Karina duduk termenung di sofa kamar Heeseung, memikirkan percakapan mereka tadi siang yang masih meninggalkan banyak pertanyaan di kepalanya.

'Campuran? Maksudnya Heeseung vampir campuran? Campuran dengan apa... manusia?' pikir Karina penasaran.

Namun, Heeseung tidak menjelaskan apa pun. Saat Karina hendak bertanya lebih lanjut, ia justru memanggil Berty untuk mengantarnya kembali ke kamar. Kini, Berty benar-benar mengawasi Karina tanpa berkedip, seakan memastikan ia tidak akan kabur lagi. Merasa terganggu, Karina menghela napas panjang.

"Aku ingin tidur. Bisakah kamu keluar?" ujar Karina, menatap Berty dengan ekspresi imut, berharap bisa membujuknya. Namun, Berty hanya menggeleng pelan.

"Aku tidak bisa tidur kalau terus diawasi. Bagaimana kalau aku jatuh sakit karena kurang tidur?" ucap Karina memelas. Mendengar itu, Berty menghela napas, lalu membungkukkan badan dan berjalan keluar kamar.

Begitu Berty keluar, Karina segera menuju teras kecil di luar jendela dan berdiri sambil bersandar di pagar, menatap bulan yang menggantung tinggi di langit. Udara malam yang sejuk membelai wajahnya, membuatnya merasa sedikit lebih tenang.

"Kamu belum tidur?" Suara berat dan dalam yang sangat dikenalnya tiba-tiba terdengar dari belakang. Karina segera berbalik dan mendapati Heeseung sedang berdiri bersandar di jendela, dengan tangan terlipat di dada.

Alih-alih menjawab, Karina melangkah maju, mendekatinya hingga jarak mereka tinggal sekitar tiga puluh senti.

"Apa kau benar-benar vampir?" tanyanya, meski pertanyaan itu terdengar konyol. Heeseung mengernyit mendengar pertanyaan itu, tampak sedikit bingung.

"Apa aku tak terlihat seperti vampir di matamu?" tanya Heeseung dengan nada dingin, matanya menatap Karina dalam-dalam. Sadar akan keanehan pertanyaannya, Karina buru-buru membenarkan.

"Bukan itu maksudku, aku maksudnya—" Namun, Heeseung langsung memotong.

"Dari sudut pandangku, itulah yang kamu maksud," balas Heeseung sambil melangkah mendekatinya. Merasa terpojok, Karina refleks mundur hingga punggungnya menabrak pagar. Namun, Heeseung terus maju, mengunci Karina di antara lengannya yang menahan pagar, membuatnya tak bisa bergerak. Hidung Karina hampir menyentuh dada bidang Heeseung yang hanya berjarak beberapa senti darinya.

"Aku bahkan bisa memakanmu sekarang," bisik Heeseung, suaranya rendah dan dingin, tepat di telinga Karina. Suara itu membuat bulu kuduk Karina meremang, namun di balik itu, ia merasa keheranan. 'Memakan? Apa-apaan dia? Aku bahkan belum memulai penelitianku!' batinnya kesal.

Ketika hendak protes, Karina mendongak, dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Heeseung sedang menunduk menatapnya dari dekat. Hidung mereka nyaris bersentuhan, dan mata mereka saling mengunci dalam keheningan yang aneh. Dalam pantulan cahaya bulan, wajah Heeseung tampak semakin memukau, membuat Karina sulit berpaling. Jantungnya berdegup kencang, tak karuan.

Begitu pula dengan Heeseung; ia pun terpesona oleh kecantikan Karina yang memancarkan daya tarik tersendiri di bawah sinar bulan. Kini ia mulai sadar, mungkin yang membuatnya kehilangan kontrol adalah aroma darah Karina. Buktinya, selama mereka bertemu dalam situasi seperti ini, ia masih bisa menahan dirinya.

Tatapan Heeseung yang awalnya terfokus pada mata Karina kini beralih ke bibirnya yang merah. Menyadari arah pandangannya, Karina reflek mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Melihat Karina yang tampak defensif, Heeseung tersenyum miring dan perlahan mendekatkan wajahnya, memiringkan kepalanya sedikit. Dengan cepat, Karina memejamkan mata, seakan siap menerima apa pun yang akan terjadi.

Namun, setelah beberapa saat berlalu, Karina tak merasakan apa pun. Perlahan, ia membuka matanya hanya untuk mendapati bahwa Heeseung telah menghilang dari hadapannya, seakan disapu angin malam.

Karina menatap ke sekeliling, mencari sosok Heeseung, namun ia benar-benar telah lenyap. Ia akhirnya masuk kembali ke kamar, menutup jendela, lalu berlari ke kasur dan menyembunyikan wajahnya di balik selimut, merasakan kehangatan di wajahnya yang memerah. Bayangan tatapan tajam Heeseung barusan terus terngiang di pikirannya, membuat jantungnya berdetak semakin cepat.

Tatapan itu... sungguh tak aman bagi jantungnya.




#Revisi

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang