Bab 16

10 10 7
                                    

Saat mereka berbincang tiba-tiba hp Nila berbunyi " Eh bentar ya, aku angkat telepon dulu. "

" Wa'alaikumussalam. " Jawab Nila sembari tersenyum lebar.

" Vi liat tuh Nila, kayaknya dia di telepon tunangannya deh! "

" Wah iya, ya, gak biasanya dia senyum-senyum pas teleponan. " Alvi yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala " Kamu juga tahu kan, kalo Nila pas neleponnya gimana! "

Yusuf mengangguk " Ya, apalagi pas udah marah-marah. "

Nila yang mendengarnya segera melihat ke arah mereka berdua dan memelototinya, dan dia memberi isyarat 'kamu akan mati kalo aku sudah selesai menelepon!'

Seketika Alvi dan Yusuf segera mengalihkan topik pembicaraan, Nila yang selesai menelepon segera mendekati mereka dengan wajah marah

" Kalian...hari ini aku biarkan kalian lolos, kalo nanti aku liat kalian ngimoyaku lagi aku gak bakalan biarkan kalian lolos lagi! " Dia segera mengambil tas yang ada di kamar anak-anak " Kalo gitu aku pamit duluan ya, tunanganku mau jemput aku. " Nada Nila berubah dengan cepat dan bertindak seperti gadis pada umumnya.

" Dasar muka dua! " Ejek Yusuf dan dia juga ikut pamit " Vi kalo gitu aku pamit juga ya, besok mampir ke sini lagi. "

" Lah kok, pergi satu pergi semua? "

" Kamu kan kerja di sini, jadi kamu jagain mereka ya! " Yusuf lalu memakai masker lagi, ia menepuk pundak Alvi " Jaga dia ya! "

Alvi hanya tersenyum dan melihat Yusuf pergi dengan cepat " Aduh kok aku harus di sini, mana donat udah di makan semua. "

Alvi segera menutup pintu dan menguncinya, ia lalu merebahkan tubuhnya di kursi yang ia duduki tadi " Aku jadi punya saingan ya, tapi jangan sampai kalah. "

" Tapi gimana, meskipun begitu aku tak bisa menerobos tembok saudara! " Ia lalu menutup matanya dengan tangannya yang besar " Harusnya aku lebih cepat, jangan buang waktu lagi! "

Tanpa sadar Alvi tertidur, ia dibangunkan Zul seperti biasanya " Kak Alvi! Bangun! " Alvi masih saja terkejut dengan cara Zul.

" Ugh, sakit. " Dia meringis kesakitan namun di tahan agar Zul tidak murung " Iya, kakak bangun. "

" Apa anak usia lima tahun seberat ini ya? " Alvi yang melihat tubuh Zul yang kecil " Tapi tubuhnya Zul kecil, kok bisa berat ya. "

Alvi segera mengumpulkan nyawanya yang masih kesakitan lalu mengangkat Zul " Kakak kasih hadiah karena sudah bangunin kakak. "

" Apa kak, apa? "

" Hadiahnya yaitu naik pesawat kak Alvi! Brumm, brumm, brumm! "

" Hahahaha... " Tawa Zul membuat yang lainnya berkumpul dan ingin ikut.

" Ih kak Alvi, Zul mulu yang diajakinya! Aku juga mau. " Juan dan Resky menggoyang-goyangkan tubuh Alvi hingga Alvi terjadi di lantai.

" Aduh, kalian ini, ayo siapa lagi! "

" Aku.. " Juan segera memeluk tangan Alvi

" Tidak aku dulu... " Sementara Resky memeluk tubuh Alvi.

Kayla dan Siska hanya bisa melihat mereka di dapur, karena mereka berdua sedang menyiapkan barang-barang olshop Kayla.

" Makasih ya udah bantu kakak. Kamu kalo mau ikut gabung aja, biar kakak yang urus sisanya. "

Siska menggelengkan kepala " Nggak kak, aku bantu kakak aja sampe selesai. "

" Kak, aku mau nanya, kenapa kakak gak terima lamaran kak Alvi? "

Kayla terkejut dengan pertanyaan Siska " Kamu tahu dari mana? "

" Kak maaf ya kalo aku bicara sembarangan, tapi kenapa kakak gak terima lamaran kak Alvi? Padahal kalian saling suka kan? "

Siska memang sudah tahu duluan sebelum kak Alvi meminta bantuan pada anak-anak termasuk dia, meskipun dia selalu bersama yang lain dia tetap memperhatikan keadaan sekitar.

" Gimana ya kakak nyeritanya, susah si. " Kayla hanya bisa terdiam, menatap Alvi yang sedang menghibur anak-anak.

" Coba kakak cerita aja, siapa tahu aku bisa bantu! " Siska emang masih muda, tapi dia termasuk anak-anak yang hebat dan cerdas. Dia juga bisa lebih dewasa daripada orang dewasa.

" Kakak emang di lamar sama kak Alvi, namun kakak nggak ingin merusak hubungan kami yang dulu. Dia sudah kakak anggap sebagai kakak kandung! "

Siska lalu memeluknya " Kak coba buka hati kakak, jika kakak emang takut buat nerimanya, coba kakak anggap kak Alvi sebagai cowok perlahan-lahan. "

" Eh dari mana Siska belajar tentang cinta? Kok kayak Dejavu. " Ucap batin Kayla.

" Tapi jika kakak coba, kakak takut yang lain gak terima. "

" Kan kalian gak sedarah, kalian juga bukan dari ibu atau ayah yang sama! " Perkataan Siska membuat hati Kayla sedikit terbuka untuk menerima lamaran Alvi.

" Kalo gitu, kakak boleh minta bantuan gak, ajak yang lain juga. "

Siska yang melihat Kayla mulai terbuka membuat dia ingin membuat kakaknya itu bahagia bersama kak Alvi " Bantuan apa kak? "

" Kakak ingin kalian... " Kayla berbisik di telinga Siska dan membuat rencana yang besar dan berisiko menurutnya.

Cinta Semanis GulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang