Bab 18

10 8 4
                                    

" Kak, kami pergi dulu ya. " Juan lalu menyembunyikan kertas yang sudah diwarnai di dalam bajunya " Ayo semuanya. "

" I, iya, kami pergi dulu ya kak. " Resky yang tak bisa berbohong pada Kayla harus ikut berbohong agar semuanya berjalan lancar.

" Eh, mau pergi kemana? "

" Kami pergi dulu ya, cuman bentar kok kak. Assalamualaikum! " Anak-anak segera berlari dengan tangan yang diselipkan di dalam baju.

" Kok mereka aneh ya hari ini? Apa mereka membenci aku?! Aku punya salah apa? "

...

" Sis, apa ini baik-baik aja? Aku liat wajah kak Kayla kayak sedih. " Resky tak ingin membuat kakaknya itu terluka meski hanya sedikit.

" Tenang Ky, aku yakin pasti baik-baik aja kok! Ini juga demi keberhasilan dan kebersamaan! " Tenang Siska sambil mencubit pipi Resky yang tembem.

" Aduh, aduh, sakit ih! "

" Makanya senyum dong. Ayo semuanya kita ke pos aja, eh iya kamu udah minta sedikit benang ke tetangga? "

Resky lalu mengeluarkan benang dari saku celananya " Nih kak, untung aja di kasih! "

" Nah ayo semuanya semangat! " Mereka semua langsung berlari menuju pos yang tinggal beberapa langkah lagi.

" Eh iya kalian bawa pensil warnanya lagi nggak? "

" Astaghfirullah aku lupa, tadi aku kira gak bakalan digunakan lagi, gimana dong Siska? "

Siska tak menyalahkan Juan " Gak apa-apa kok, sekarang mah kita tempelin kertas yang udah diwarnain di benang ya. "

Waktu terasa begitu cepat bagi mereka mereka yang masih sibuk menempelkan kertas.

" Siska segini cukup gak? "

Siska lalu menghitung sembari membaca huruf per huruf yang akan ada di sini " satu, dua, tiga..., Hmm, udah cukup, sisanya kita bikin bunga yang waktu itu ya. "

" Yes, sir! " Semuanya membuat bunga dengan berbagai bentuk dan sangat indah.

" Ah udah sore aja, gimana Siska? " Resky yang sudah mulai cape hanya berdiam diri dan melihat langit.

" Yaudah ayo kita pulang, nanti kak Kayla malah khawatir. " Semuanya lalu membereskan bunga-bunga yang sudah di buat " Eh iya, ada yang bawa plastik gak? "

Semuanya menggelengkan kepala, Siska yang lupa juga hanya bisa menepuk jidatnya " Ah, kok bisa aku lupa bawa, gimana ya? "

Siska lalu memakai sendal nya " Kalo gitu aku pulang dulu ya. "

" Nanti ketahuan kak Kayla gimana? Kalo ketahuan rencana kita bisa berantakan. " Zul tak sabar menantikan kedua kakaknya bisa bersama, namun ia juga takut jika rencana yang mereka lakukan hancur begitu saja.

" Assalamualaikum. " Siska yang masuk ke rumah melihat sekeliling, mencoba masuk diam-diam.

" Wa'alaikumussalam, SISKA. "

Suara di balik pintu membuatnya terkejut dan ketakutan " Eh, kak Kayla, aku kira kakak nggak ada di rumah. "

" Aku mau kemana emangnya? Main juga gak diajakin. " Kayla cemberut membuat Siska tak bisa berkutik.

" E, eh, kak jangan cemberut. " Dia berusaha untuk tidak membocorkan apa yang sedang mereka lakukan, jika dia membocorkannya maka usaha yang mereka lakukan akan gagal.

" Kakak gak cemberut kok, kamu ke sini mau ngapain? "

" Eh kak, ada plastik gak? " Siska berusaha meminta plastik dengan alami agar tidak terjadi hal-hal yang lebih parah.

" Ada tapi buat apa? "

" Bu, buat, buat apa aja lah. " Dia berusaha tersenyum agar kakaknya itu benar-benar tidka curiga lagi.

" Dasar ya, kalian main apa sampe butuh plastik. " Kayla lalu pergi ke dapur dan mengambil plastik " Nih, kalian cepat pulang, udah sore. "

" Oke kak, makasih ya, kami juga bentar lagi pulang kok. " Siska segera pergi terburu-buru menuju pos.

" Nih aku udah dapet! "

" Terus kak Kayla nya gimana? Dia curiga nggak? " Zul tak percaya bahwa Siska bisa.

" Ya, yah, kayaknya dia curiga, deh. " Siska hanya bisa pasrah dengan yang akan terjadi " Sudah lah, nanti kita pikirkan di jalan alasannya. Yang penting sekarang kita beresin terus pulang, tadi kak Kayla nyuruh kita pulang cepet.

" Iya ayo pulang. "

Saat sampai di rumah Kayla yang sudah menunggu di luar membuat mereka gugup " Kalian ya, kakak kira kalian gak bakalan pulang! " Kayla mendekati anak-anak lalu melihat plastik yang di bawa mereka " Nah apa tuh isinya? "

Pertanyaan itu hanya bisa di jawab dengan alasan yang mereka pikirkan di jalan " Cu, cuman..." Siska yang gugup tiba-tiba di potong Juan.

" Cuman mainan kak. "

" Ah Juan makasih alasannya, kamu udah nyelamatin aku yang ketakutan ini. " Kata Siska di dalam hatinya.

" Mainan? "

" Iya, kalo gitu kami masuk dulu ya, mau nyimpen mainannya. " Mereka segera masuk ke dalam kamar, semua akhirnya bisa bernafas lega.

" Untung aja kamu bisa kasih jawaban Juan, kalo gak bisa gawat nanti. " Siska lalu menyembunyikan plastik di dalam tas sekolahnya.

" Duh mereka lagi ngerencanain apa sih, aku sampe gak di kasih tahu. " Kayla tak bisa habis pikir dengan rencana anak-anak kali ini.




Cinta Semanis GulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang