CHAPTER 02

587 42 0
                                    

Distrik Yanqin, musim panas 2022

Seberkas cahaya bersinar dari jauh, dalam kegelapan senja, di jalan lurus yang sepi sepanjang padang rumput.
Duduk kaku di balik kemudi, Xiao Hua menyipitkan mata dan mengencangkan bibirnya. Saat ini ia dalam perjalanan pulang dari kunjungan ke rumah salah satu korban. Ini adalah bagian paling menyakitkan dari pekerjaannya. Melihat air mata di keluarga korban, dan dengung tangisan yang terus menghantui.

Dia melihat sesuatu lagi. Bayangan pohon terlihat seperti monster, dan pejalan kaki yang kebetulan dia lihat membuat pikirannya melayang-layang dipenuhi berbagai asumsi. Padang ilalang menjadi mimpi buruknya beberapa pekan terakhir setelah tiga kasus pembunuhan mengguncang kota dan semua korban ditemukan di padang ilalang. Dia mengira begitu dia pulang ke apartemennya di pusat kota Yanqin, penampakan-penampakan korban, hantu-hantu---apa pun itu---akan lenyap. Bahwa dia akan menjadi dirinya sendiri sekali lagi. Meskipun pengalaman telah memberitahunya bahwa mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan, atau lebih lama, untuk menghapus atau setidaknya mengesampingkan penampakan mengerikan dari para korban pembunuhan. Setiap orang merespons kengerian secara berbeda, dengan cara mereka sendiri, pada waktu mereka sendiri, tapi tetap akan meninggalkan jejak.

Cahaya lampu dari mobil telah hilang saat mereka berpapasan, dan ia sendirian lagi. Padang ilalang mulai tertinggal di belakang saat ia melaju cepat kemudian menghela napas dan melepaskan kakinya dari pedal gas secara perlahan-lahan. Dia mengarahkan sedan Chevrolet hitamnya menyusuri bentangan terakhir jalan berliku yang menuju ke jalan raya utama. Kembali menyentuh gas dan fokus pada jalan. Ini kawasan pinggiran, ia bisa melihat satu atau dua ekor anjing melompat keluar dari bayang-bayang yang memenuhi jalan ini, terutama saat senja mulai memudar. Dia tahu kerusakan apa yang bisa ditimbulkan jika ia lengah, mungkin kerusakan pada mobil dan juga kehilangan nyawa.

Setengah jam kemudian, lampu depannya jatuh di pelataran parkir apartemen. Dalam cahaya yang mulai redup, ia memarkirkan mobilnya di tempat biasa, dan melangkah turun. Awalnya dia memikirkan untuk duduk santai sejenak di kedai kopi dan menenangkan diri. Namun angin kencang dan gerimis tipis mulai turun pada malam hari, dan lebih baik aman dan berjuang mengatasi kejenuhan daripada terjebak di luaran. Bagaimanapun ada banyak laporan yang harus dia selesaikan.

Berjalan melintasi lobi, Xiao Hua nyaris mengabaikan orang-orang yang berpapasan dengannya. Wajah tampannya kuyu dan lelah. Setelan hitam berlapis mantel panjang abu tua yang membalut tubuh tingginya terlihat tidak rapi lagi. Sementara di tangan kanannya ia menenteng satu tas hitam berisi berkas.

"Hari yang melelahkan, Tuan Xie?" seorang satpam muncul dari arah elevator dan menyapanya.

Xiao Hua hanya mengangguk disertai senyuman malas yang hambar.

"Menjadi petugas polisi terdengar tidak menyenangkan akhir-akhir ini." Satpam masih mengajaknya bicara sewaktu dia berdiri menunggu elevator.

"Kau benar." Dengan enggan, Xiao Hua setuju untuk kali ini. "Namun jika semua orang meninggalkan tugasnya, kota ini tidak akan aman."

Satpam tersenyum, menatap penuh kekaguman. "Heroik sekali. Anda memang petugas yang hebat."

Pintu elevator terbuka, membebaskan Xiao Hua dari percakapan tidak penting yang membuatnya kian lelah. Dia menekan tombol lantai delapan belas, di mana ia tinggal sendirian dalam satu unit apartemen dua kamar. Bersandar di dinding lift, ia memejamkan mata dan mengatur napas. Rasanya ia ingin tidur pulas. Sayangnya, malam ini nampaknya akan dia habiskan di ruang kerja pribadinya.

*****

Padang ilalang luas, gaun putih, bekas simpul tali di tangan dan kaki.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐑𝐀𝐒𝐄𝐑 (𝐇𝐄𝐈𝐇𝐔𝐀) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang