Xiao Hua telah belajar memahami selama bertahun-tahun bahwa pertumpahan darah di saat menjalankan tugas akan berakibat buruk bagi seorang petugas polisi. Bahwa tembok pembatas antara menegakkan keadilan dan mengumbar amarah sangatlah rapuh. Butuh beberapa detik untuk menembakkan peluru pada bajingan jalanan, dan detik-detik berikutnya, kariernya yang indah mulai terancam. Xiao Hua duduk memejamkan mata di ruang Pimpinan, tersenyum pahit, dan lagi-lagi menyadari betapa tipisnya tembok itu.
"Kau gagal mengendalikan pistolmu, detektif Xie." Pimpinan Wei mengernyit padanya, tidak jelas apakah dia sungguh marah atau hanya pura-pura. Bahkan sejujurnya di mata Xiao Hua, pria itu tampak bingung.
"Bajingan itu membahayakan kami," Xiao Hua mengelak, membuka mata dan menatap lurus pada sang pimpinan.
"Kau bisa menembak kaki untuk melumpuhkannya. Tapi melenyapkan," pria itu mendecakkan lidah, sedikit kecewa, "bisa membuatmu diskors, jagoan."
"Diskors?" ulang Xiao Hua, seolah-olah dia petugas amatir.
"Jangan bersikap sok naif. Ambil waktu selama dua bulan untuk mendinginkan api dalam kepalamu."
"Apa yang Anda pikirkan? Istirahat selama dua bulan? Aku bisa mati karena bosan."
"Jangan memprotes. Ini peraturannya dan tidak ada gunanya memberontak. Hanya akan membuat daftar kesalahanmu makin panjang."
"Tapi---"
"Aku bahkan sudah mengadakan briefing singkat dalam Tim. Pihak pusat sudah menekan kami. Kasus pembunuhan berantai gaun putih sudah menimbulkan keresahan, jadi kami akan lebih bekerja keras dalam investigasi. Dengan sangat menyesal, kau dikeluarkan dari Tim."
"Pak!" Xiao Hua melompat dari kursi.
"Ini tidak benar!""Kami tidak bisa menunda selama dua bulan hanya gara-gara menunggumu berjemur di kolam renang sementara masyarakat mendesak dan keluarga korban meratap."
Astaga ...
Xiao Hua menekan pelipisnya, berdiri kaku di depan meja Pimpinan Wei.
"Hai, kau sudah dengar? Jangan berdiri di depanku dengan gaya sok jagoan." Pimpinan Wei kian mengernyit ganas.
"Tapi Pak, aku sudah mengorbankan banyak waktu dan energi untuk menyelidiki dan mengumpulkan banyak bukti terkait kasus ini. Bahkan aku sudah membuat profil."
Xiao Hua masih mencoba protes walaupun ia tahu itu sia-sia."Serahkan berkasnya pada rekanmu, Jiang Han. Dia akan bertugas sebagai ketua Tim sementara kau mendinginkan kepalamu."
"Tolong jangan gegabah dalam mengambil keputusan, kau akan menyesalinya, Pak."
Pimpinan Wei melotot garang. "Bukannya minta maaf dan menerima sanksi, kau malah berusaha menasehatiku, anak nakal!"
"Karena ini tidak adil. Berikan pengecualian. Kasus ini sangat menyita pikiranku, aku bersumpah akan menyeret pelakunya."
"Jika kau masih menggonggong di sini, aku yang akan menyeretmu keluar."
"Pak, tolong pikirkan kembali. Kau akan merindukanku .... " Xiao Hua kehilangan kata-kata untuk membela diri.
"Enyah kau, berandal!" Pimpinan Wei mendengus galak.
Xiao Hua menutup pintu ruangan Pimpinan dan bersandar lesu. Bisa dirasakannya kayu dingin menempel di punggungnya.
Aaahhh, sialan! Yang benar saja, umpatnya dalam hati, dengan segenap kekesalan, marah pada diri sendiri dan juga situasi. Dia mengakui kadang-kadang tak bisa mengendalikan emosi, tapi tidak seharusnya ia dikeluarkan dari Tim. Pimpinan Wei sungguh kejam, ia merutuki kesialan hari ini dan memasuki ruang regu dengan menghentakkan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐑𝐀𝐒𝐄𝐑 (𝐇𝐄𝐈𝐇𝐔𝐀)
Fanfiction[🏆 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐥𝐢𝐬𝐭 𝐖𝐈𝐀 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 #8 𝐑𝐞𝐛𝐨𝐫𝐧] [🏆 𝐅𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐖𝐈𝐀 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 #8 ] '𝐘𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐞𝐫𝐚𝐬𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐜𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐛𝐮𝐭 𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐡𝐞 𝐜𝐫𝐢𝐦𝐞. 𝐘𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐞𝐫𝐚𝐬𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐞𝐦𝐨...