Malam di musim gugur terasa lebih dingin. Di beberapa titik di luar pusat kota, kabut tipis menggantung. Anak sungai, hamparan padang rumput dan ladang. Lintasan rel kereta api yang melengkung dan suram. Selama dua hari terakhir, Xiao Hua berkeliaran di jalanan sepanjang sisa sore hingga malam tiba. Sibuk dengan penyelidikan tidak resminya dan apa yang akan dia lakukan saat menemui psikopat bernama Huo Dofu yang dibicarakan bersama Jiang Han. Pada pukul delapan malam, Xiao Hua mengemudi menuju kedai minum di kawasan danau yang dia kunjungi bersama Hei Yanjing dua malam sebelumnya.
Dia memarkirkan mobilnya tidak jauh dari danau, berjalan ke tepian untuk berdiri lama menatap hamparan kegelapan yang tenang. Tepat di atasnya, dia bisa melihat bulan yang pucat sekarat. Menatapnya terus menerus membuat Xiao Hua sedikit pening. Meskipun terbiasa sendiri, tapi malam ini ia merasa sepi. Obsesinya untuk menangkap bajingan pembunuh melilitnya dengan kuat seperti akar pohon yang alot. Namun situasinya saat ini kurang menguntungkan. Sebenarnya Xiao Hua tidak memiliki keraguan terkait rencana menemui psikopat di sel tahanan, tetap saja memikirkan bahwa ia bisa mendiskusikan hal ini dengan lebih serius bersama seseorang akan membuatnya merasa lebih mantap. Xiao Hua menghirup udara malam sebanyak-banyaknya, tiba-tiba saja ia teringat Hei Yanjing.
Sungguh pemikiran yang tidak bijaksana, tawanya menggumam dalam sepi. Bicara kasus pembunuhan dengan seorang supir taksi tidak akan menghasilkan apa pun. Meski begitu, tak urung dia mengeluarkan kartu namanya dan menelusuri angka demi angka yang tertera di sana.Xiao Hua menepis pemikiran itu. Disimpannya kembali kartu namanya, berbalik dan berjalan mantap menuju kedai minum yang berjarak sekitar lima puluh meter. Satu kendaraan hitam jenis sedan terparkir tidak jauh dari kedai, di antara dua mobil lainnya. Xiao Hua memperhatikannya karena ada papan nama taksi. Saat dia melewatinya, lampu suram menyala di tengah kabut. Sepasang mata Xiao Hua mengerjap karena terkejut, menatap lebih teliti pada mobil itu. Untuk sesaat tak ada yang bisa dia lihat sehingga Xiao Hua memutuskan untuk terus berjalan. Kemudian suara pintu mobil dibuka dan ditutup keras menggema di belakangnya. Xiao Hua baru akan menapaki tangga pertama kedai sewaktu dia menoleh dan mendapati sosok tinggi hitam berdiri di dekat mobil itu. Kabut asap menipis sesaat, dan pria itu muncul dari balik bayang-bayang gelap, berjalan menuju padanya.
"Kau?" gumam Xiao Hua.
Hei Yanjing tersenyum singkat penuh percaya diri. Wajah tampannya terlihat seperti tokoh antagonis dalam film drama gelap, ditambah kacamata dan busana serba hitamnya yang angker.
"Ekspresimu membuatku bingung, Kapten Xie," dia berkata setelah berada satu langkah di depan Xiao Hua.
"Kau tampak terkesan, sedikit terkejut, dan sedikit canggung. Itu seperti ekspresi seseorang yang tertangkap basah tengah memperhatikan seseorang yang disukainya."Xiao Hua melirik datar, satu alisnya terangkat dalam raut wajah sinis.
"Berlebihan," ucapnya. Menapaki tangga hingga tiba ke pintu masuk kedai dengan Hei Yanjing mengekor di belakang."Aku tebak," pria hitam masih mengoceh, bahkan setelah diabaikan, "kau pasti sedang memikirkan aku."
Xiao Hua menarik kursi di satu meja yang masih kosong, memilih sisi yang lebih sepi.
"Berpikirlah semaumu," katanya."Itu sudah jelas. Di antara banyak tempat makan dan minum yang bertebaran di kota. Kau memilih tempat ini yang tak pernah kau kunjungi sebelum aku mengajakmu sore itu. Pilihanmu bisa membuatku salah paham. Kapten Xie yang hebat mempertimbangkan diriku dalam memilih tempat minum. Ini mengharukan."
Hei Yanjing duduk di depan Xiao Hua sambil tiada henti memperdengarkan omong kosong.
"Sudahlah. Ini hanya kebetulan," tukas Xiao Hua. "Lagi pula tempat ini adalah fasilitas umum. Suasananya tenang dan makanannya lezat. Hanya itu alasanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐑𝐀𝐒𝐄𝐑 (𝐇𝐄𝐈𝐇𝐔𝐀)
Fanfiction[🏆 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐥𝐢𝐬𝐭 𝐖𝐈𝐀 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 #8 𝐑𝐞𝐛𝐨𝐫𝐧] [🏆 𝐅𝐞𝐚𝐭𝐮𝐫𝐞𝐝 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐖𝐈𝐀 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 #8 ] '𝐘𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐞𝐫𝐚𝐬𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐜𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐛𝐮𝐭 𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐡𝐞 𝐜𝐫𝐢𝐦𝐞. 𝐘𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐞𝐫𝐚𝐬𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐦𝐞𝐦𝐨...