CHAPTER 18. RESPONSIBILITY

878 106 4
                                    

Heeseung kembali ke istananya dengan perasaan marah membara. Ia tak menyangka bahwa kali ini Permaisuri akan mencoba menyingkirkannya dengan cara menjodohkannya dengan putri dari keluarga yang nyaris bangkrut. Bahkan sang Raja, yang selama ini mendukung setiap keputusan yang Heeseung buat, kini berubah haluan karena pengaruh kuat Permaisuri. Mengingat ekspresi penuh kemenangan di wajah Permaisuri tadi, Heeseung merasa muak dengan intrik dan permainan ini. Kalau bukan karena wasiat ibunya, Heeseung pasti sudah lama pergi meninggalkan semua ini. Ia hanya menghela napas frustasi dan berjalan menuju taman istana untuk menenangkan diri.

Sementara itu, Karina sedang duduk di teras, menikmati camilan sambil menunggu matahari terbenam. Namun, pandangannya tiba-tiba tertuju pada sosok Heeseung yang berjalan menuju taman.

"Heeseung-a!" teriak Karina sambil melambai-lambaikan tangannya. Namun, sepertinya Heeseung tak mendengarnya. Karina bangkit berdiri di tepi pagar teras, mencondongkan tubuhnya dan bertopang dengan tangannya pada pagar.

"Hei!" panggilnya lebih keras lagi. Tepat saat itu, seekor lebah terbang mendekat dan tanpa diduga menyengat tangannya. Rasa nyeri seperti tersengat listrik menjalar di tangannya, membuatnya refleks berteriak dan melepaskan pegangan dari pagar. Ia kehilangan keseimbangan dan jatuh dari teras lantai dua.

Karina memejamkan mata erat-erat, siap menerima sakit akibat jatuhnya. Namun, setelah beberapa saat, ia tak merasakan benturan atau rasa sakit. Perlahan, ia membuka mata dan melihat wajah Heeseung yang tampak panik. Rupanya, Heeseung berhasil menangkapnya tepat waktu dalam posisi bridal style.

"Tidak bisakah kamu diam dan tidak menyusahkan orang?" suara Heeseung terdengar tegas, nyaris marah. Mendengar nada tinggi itu, Karina terdiam dan menggigit bibirnya, menahan rasa sakit di tangannya akibat sengatan lebah. Namun, Heeseung langsung memperhatikan tangannya yang mulai merah dan bengkak. Ia menghela napas panjang untuk meredakan amarahnya.

Dalam sekejap, Heeseung sudah membawa mereka berdua kembali ke kamarnya, masih menggendong Karina dengan hati-hati. Ia mendudukkannya di tepi kasur, kemudian berjongkok di depan Karina, menyadari bahwa ia mungkin sudah terlalu keras pada gadis itu.

"Jangan menggigit bibirmu seperti itu. Nanti bisa terluka," ucap Heeseung lembut. Kata-katanya membuat Karina berhenti menggigit bibir dan menatapnya. Heeseung menatapnya balik, lalu beralih memandangi tangan Karina yang memerah.

"Kenapa dengan tanganmu?" tanyanya.

"Tidak apa-apa, cuma disengat lebah," jawab Karina pelan.

"Akan kupanggil Berty," kata Heeseung sambil hendak berdiri, namun langkahnya terhenti ketika Karina menahan pergelangan tangannya.

"Tidak bisakah kamu saja yang mengobatinya?" ujar Karina. Saat mata mereka bertemu, Karina cepat-cepat memalingkan wajahnya. "I-itu karena tadi aku memanggilmu, tapi kamu tidak mendengar sama sekali. Jadi bukankah ini tanggung jawabmu?" sambung Karina dengan nada gugup, takut Heeseung salah paham.

Mendengar alasan itu, Heeseung menahan tawa kecil. Ia berpikir, setelah tadi menegurnya dengan keras, Karina mungkin akan menangis atau ketakutan. Tapi, sebaliknya, gadis ini malah meminta Heeseung merawatnya. 'Gadis yang benar-benar aneh,' pikir Heeseung sambil tersenyum kecil.

Dengan satu gerakan, Heeseung teleportasi dan kembali dengan kotak P3K di tangannya. Ia duduk di samping Karina, menghadapnya. Heeseung mengulurkan tangan, lalu dengan hati-hati mengoleskan obat pada tangan Karina yang bengkak, dan membalutnya dengan perban.

Setelah selesai mengobati, Heeseung dan Karina tetap duduk tanpa bergerak. Mereka hanya saling menatap dalam diam, seolah waktu berhenti untuk sesaat. Hingga tiba-tiba...

"Apa yang kalian lakukan?" suara yang familiar membuat mereka tersentak. Jungwon berdiri di ambang pintu, menatap keduanya dengan pandangan penasaran.

Kaget, Karina langsung mendorong Heeseung secara refleks, hingga ia terjatuh ke lantai. Karina segera menoleh ke arah Jungwon dengan wajah merah, sementara Heeseung yang terkejut hanya bisa tersenyum tipis, berusaha menahan tawa.




#Revisi

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang