بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Jangan risau dan galau hanya karena seorang mantan. Ingat, dia adanya di masa lalu, bukan masa sekarang.
"KAMU jangan berurusan sama ular berbisa itu. Mulutnya semanis madu, nanti kamu kena tipu!"
Belum juga aku berbicara, Bang Fariz langsung menghadiahi kalimat sarkas tersebut. Sepertinya emosi Bang Fariz belum benar-benar reda, malah masih sangat berapi-api.
"Abang gak kasihan sama Mas Rezza?"
"Abang lebih kasihan kalau sampai Mas Rezza nikah sama dia. Finansial belum stabil, tapi harus menghadapi perempuan matre kelas kakap seperti Arum. Habis nanti uang kakak kamu!"
"Biasa aja dong, Bang ngomongnya. Jangan ngegas gitu!" semburku ikut tersulut emosi. Intonasi yang dipakai Bang Fariz terlalu ketinggian.
Bang Fariz menghela napas berat. "Iya, iya, maafin Abang," katanya sembari mengelus lembut puncak kepalaku.
Aku memilih menjauh dari jangkauannya. "Gak usah sok manis gitu. Tangan Abang pernah dipake buat elus-elus perempuan lain pasti."
"Astagfirullahaladzim, perempuan mana sih? Gak pernah."
Mataku melotot tajam. "Gak mungkin, dua tahun pacaran sama mantan mustahil kalau gak ngapa-ngapain. Apalagi kasusnya sampai habis harta benda, dikasih apa Abang sama perempuan itu?"
Bang Fariz malah memutar bola mata malas. Kakinya sengaja disilangkan, kepala lelaki itu bersandar di kursi, dengan tangan bersidekap dada. "Ini yang bikin Abang males buat bahas masa lalu. Perempuan kalau udah tahu, pasti akan dibahas terus. Gak ada yang bagusan dikit apa? Cemburu kok sama perempuan matre yang cuma doyan gocapan!"
"Aku gak cemburu."
"Ya terus?"
Kulempar wajahnya yang menampilkan mimik menyebalkan dengan bantal. "Cuma pengen tahu aja. Keberatan banget kayaknya bahas masa lalu. Seindah apa sih kisah sama si mantan?"
Bang Fariz berdecih. "Kalau indah gak akan putus. Lagi pula Arum itu masa lalu Abang, dia cuma bagian kecil dari hidup Abang. Lagian Abang juga nyesel kenapa dulu jatuh cinta sama dia, habis harta benda tapi ujungnya kandas di tengah jalan juga. Buang-buang waktu, dana, dan juga tenaga."
"Ya udah terserah Abang. Tapi, aku minta tolong jangan kasih tahu tentang masalah ini sama Mas Rezza. Kasihan lagi banyak masalah, masa mau ditambah lagi," sahutku.
Bang Fariz menggeleng kuat. "Justru kalau disembunyikan akan semakin tidak baik. Kamu jahat banget biarin kakak kamu nikah sama perempuan matre kayak gitu."
"Aku harus mencari bukti yang kuat, aku gak mau gegabah ambil keputusan. Dulu emang Mbak Rumi kurang baik, tapi siapa tahu aja sekarang sudah berubah. Siapa yang tahu coba? Jangan menghakimi seseorang hanya karena masa lalunya yang tidak baik," terangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Khalwat Until Akad || END
EspiritualSELESAI || PART MASIH LENGKAP NIKAH itu bukan penyelamat hidup, tapi pergantian fase. Dari yang semula melajang menjadi berpasangan. Bukan pula sebagai ajang pelarian agar terbebas dari masalah, justru dengan menikah trouble yang dihadapi akan sema...