26-Sogokan?

351 37 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Berbakti pada orang tua tidak ada masa kadaluarsanya, maka dari itu lakukan yang terbaik selagi mereka masih ada.

MATAKU hampir meloncat dari tempatnya saat melihat gambar yang baru saja Bang Fariz kirimkan melalui pesan singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MATAKU hampir meloncat dari tempatnya saat melihat gambar yang baru saja Bang Fariz kirimkan melalui pesan singkat. Aku menuntut penjelasan lebih, apa maksudnya coba?

"Aku gak menerima sogokan dalam bentuk apa pun!" tegasku.

Bang Fariz malah tertawa dengan begitu puasnya. "Tindakan sogok-menyogok itu dosa. Mana mungkin Abang mau melakukannya."

"Ya terus maksud Abang apa coba?"

Bang Fariz menggenggam tanganku, mata kami pun saling bertemu. "Itu hadiah buat kamu, nggak mewah memang tapi Abang yakin kamu pasti sangat membutuhkannya."

Aku kembali melihat gambar tersebut, dan aku kembali terperangah saat melihat potret sebuah bangunan yang terpampang nyata di sana. Mataku mengabur karena menahan tangis haru. Bagaimana mungkin Bang Fariz yang dikenal pelit serta perhitungan, kini malah memberiku sebuah butik impian yang selama ini hanya sebatas angan.

"Prasta Boutique. Bangunannya sudah selesai, tinggal kamu isi dengan beragam produk dari brand kamu. Bangunan dan tanahnya juga atas nama kamu, sertifikatnya ada di rumah. Nanti kamu lihat sendiri yah," tutur Bang Fariz semakin membuatku melongo tak percaya.

"Bang Fariz jangan becanda. Ini gak lucu!"

Bang Fariz malah terkekeh pelan dan mengacak puncak kepalaku yang tertutup khimar. "Anggap saja itu hadiah atas kesabaran kamu dalam menghadapi Abang yang selama ini sangat menyebalkan. Ini memang gak akan sebanding, tapi Abang harap kamu suka dan mau menerimanya."

"Sejak kapan Abang membangunnya? Kenapa gak bilang-bilang aku?"

"Pastinya Abang lupa, kalau gak salah dua bulan lalu. Kamu bukan tipikal perempuan yang suka sama perhiasan ataupun koleksi barang-barang branded. Makanya Abang inisiatif buat bangunin kamu butik, selain bisa memajukan usaha kamu, butik itu juga bisa menjadikan kamu sebagai perempuan yang berdaya."

"Ini tuh masuk ke dalam keajaiban dunia. Kejadian langka yang harus diabadikan," kataku seraya geleng-geleng kepala saking tidak percayanya.

"Sebenarnya mau Abang tunjukkan semalam, tapi kamu sudah terlanjur salah paham sama pengakuan Abang. Padahal itu hanya pembuka, supaya kamu gak jantungan saat Abang kasih hadiah butik. Karena pada dasarnya sifat pelit dan perhitungan Abang itu bukan bawaan diri, hanya sebatas ketakutan dan trauma yang selalu tiba-tiba datang menghampiri. Aslinya Abang ini baik hati dan ringan dalam memberi."

Aku memutar bola mata malas mendengar kalimat terakhirnya. Percaya diri sekali Bang Fariz ini.

"Pelit dan perhitungannya Bang Fariz, kan limited edition. Hanya berlaku sama aku doang!"

No Khalwat Until Akad || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang