Deru mesin mobil seakan membuai Kiran untuk lebih nyenyak dalam tidurnya.
Mobil ini, bukan mobil penumpang yang akan membawanya ke kota seperti biasanya.
Mobil yang ditumpanginya kali ini akan membawanya ke jalan menuju lokasi proyek sebuah jembatan di antara kecamatan tempat asalnya dan jalan menuju ibukota propinsi.
Dalam mobil box itu ada beberapa laki-laki yang berbadan tegap dan tingginya hampir 175 cm.
Hanya Kiran lah perempuan sendiri yang bersama mereka.Mereka sedang tertidur pulas. Kedua tangan terikat ke belakang panggung, sedang kedua kaki mereka terikat rapat dan kuat.
Kiran seperti merasa di antara sadar dan tidur saat seseorang seakan membangunkannya.
"Hei! Kamu ikut juga?"
Suara yang sangat familiar di telinganya, karena beberapa kali ia berbincang banyak dengan pemilik suara itu.
Randu. Lelaki itu, tertawa sambil memperlihatkan deretan giginya yang panjang dan bersih.
Tidak ada bau tembakau seperti biasanya.Randu, lelaki yang terobsesi menjadi artis meski hanya artis teater yang masih amatiran.
Apakah hari ini lelaki itu tidak merokok?
Kiran menerka dalam hatinya. Tapi entah kenapa, untuk sekedar berdehem saja ia tidak sanggup.
Ia seperti sedang mabuk dan untuk bangkit saja tidak mampu.
Di sisi lain ada tiga lelaki di sana, salah satunya Kiran kenal.
Pak Telor. Itu julukan darinya untuk lelaki berkulit gelap yang duduk tenang seperti tidak pedulikan celotehan Randu.
Pak Telor adalah tetangga kostan Kiran. Ia memiliki seorang putri bernama Syisi.
Merupakan seorang duda ditinggal mati oleh istrinya dalam kerusuhan di akhir sembilan puluhan.
Lelaki itu selalu saja mempromosikan telur ayam setiap pagi di setiap pintu tetangga kostannya.
Beberapa orang mencurigainya mencuri telur di rumah orang dan menjualnya untuk menafkahi putri semata wayangnya.Padahal setiap malam ia selalu ke tepi jalan propinsi untuk mengamati ayam-ayam yang bertelur di balik alang-alang dan akan mengambil telur-telur terlantar itu setelah pagi ditinggalkan induknya.
Ya, itu cerita Syisi.
Gadis kecil yang sudah akrab dengan Kiran beberapa bulan yang lalu ketika Kiran diterima di percetakan koran sebagai seorang pencari berita."Astaga, pak yang cewek gak bisa dibawa. Saya kenal ni.."
Tiba-tiba suara seorang pria terdengar setelah melongo di balik ram kawat dari jok depan mobil.
"Sudah, nanti dibalikin, tapi obatnya lagi jalan tuh. Bawa sekalian dulu, nanti dititip di atas"
Jawab suara berat yang merupakan sopir mobil box itu.Mobil itu lalu memasuki area proyek jembatan yang sedang sibuk mengerjakan mal untuk pengecoran tiang. Di sana ada empat mal yang siap dicor.
Mobil berhenti di bagian atas tanah galian.
Tiba-tiba,
"Bilang Syisi, jangan tunggu saya pulang. Saya akan selalu ada di jalan"Wajah pak Telor telah berada tepat di depan wajah Kiran.
Jangan lupa votmen ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pusara Tanpa Nama
Non-Fiction⚠️ Cerita ini tidak ada di aplikasi manapun selain di Wattpad. Jika ada di aplikasi lain berarti di plagiat⚠️ Kiran sangat tidak menyangka harus mengalami pengalaman mengerikan yang entah kapan bisa berakhir. Kiran hanya wanita biasa yang ingin ke...