Jangan lupa bintanya ya, silahkan coment biar ta update cepat!
Kiran sudah sampai di depan rumahnya dan disambut heran oleh ibunya yang sama sekali tidak tahu kedatangan Kiran.
Biasanya Kiran akan menelepon terlebih dahulu ke wartel terdekat untuk memberitahu ibunya akan kedatangannya.
" Pulang ya Ras?"
Tanya ibunya yang masih heran.Kiran hanya mengangguk mencium tangan ibunya dan menuju kursi reot yang ada di teras rumah sambil mulai menghela tali sepatunya untuk ia buka.
"Kok tidak ada kabar, biar ibu siapkan sup obat mabuk di jalan?"
"Iya, tadi Kiran mau pulang aja... kebetulan lagi libur dua hari..."
Kiran sudah memikirkan alasan sedari mobil agar ibunya tidak banyak tanya.Ia juga berfikir ada yang aneh dan ada yang tidak beres dengan orang yang ada di mobil tadi. Terutama keneck dan sopir mobilnya.
Ia harus hati-hati dalam bertindak. Bahkan ibunya tidak boleh tahu apa yang terjadi padanya. Ia tidak boleh mencelakai ibunya hanya karena tindakannya yang gegabah.
Dia harus memastikan sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya.Kiran memasuki rumah. Dia melirik surat undangan yang ada di atas meja tamu.
"Undangan siapa bu yang di meja?"
Tanya Kiran sambil meletakkan sepatunya di rak dan menuju kamarnya."Undangan nikahannya Upi, teman SMPmu dulu." Sahut ibunya yang sudah di dapur sedang menyiapkan secangkir teh untuk Kiran.
Kiran lalu teringat sesuatu. Setelah melemparkan ranselnya, ia menuju meja tamu dan membuka undangan pernikahan dengan cekatan.
"Minggu, 13 Juli?" Gumam Kiran bingung.
"Iya, acaranya hari Minggu langsung perjamuan. Besok malam acara pacar. Nanti kamu yang ke sana saja, ibu hanya mau bantu-bantu nanti sore."
Suara Ibunya terdengar memasuki ruang tamu dan menyerahkan secangkir teh pada Kiran.Dengan perlahan Kiran menyeruput teh buatan ibunya. Ia seperti sedang berpikir keras.
"Ya, sudah Ras, sepertinya kamu capek. Dari tadi kening kamu berkerut terus. Ibu mau ke rumahnya Upi buat bantu-bantu. Pasti deh dia senang kamu pulang kampung pas hari nikahannya."
"Iya, Bu"
Kiran menutup pintu rumah setelah ibunya sudah berada di luar pagar. Ia menuju kamar dan memeriksa kalender lagi.
"Jadi hari ini tanggal 11 Juli. Saya di mana selama satu Minggu ini?"
Kiran memijat kepalanya. Ia sedang tidak berhalusinasi.
Ia sudah diculik waktu itu bersama Randu, Ayah Syisi dan dua lelaki lainnya.Terbayang kembali bagaimana dua orang yang membawa mobil box itu menurunkan tubuhnya terlebih dahulu ke gunungan tanah karena Kiran menghalangi pintu belakang mobil.
Setelah itu satu persatu empat lelaki yang bersamanya diturunkan.
Karena obat bius yang mereka suntikkan akan segera hilang efeknya, mereka mulai mengeluarkan alat suntik dan menyuntik keempat laki-laki itu kembali.Keempat laki-laki itu dibawa ke masing masing galian yang nanti akan menjadi tiang penyangga jembatan.
Lalu tubuh mereka di biarkan berdiri, dan tangan mereka diikat dan disangkutkan ke kayu yang melintang di atas masing-masing galian.Setelah dipastikan tubuh mereka tegak, barulah campuran air, kerikil, pasir dan semen disiramkan ke dalam galian hingga tubuh masing-masing pria tenggelam dan tertutup campuran tadi.
Kiran menutup matanya. Setetes air bergulir membasahi pipinya.
Ia menyesal tidak bisa menyelamatkan keempat pria itu. Apalagi dua di antaranya ia kenal.
Ia begitu tidak berdaya. Obat bius yang begitu kuat, membuatnya pingsan dan tidak sadarkan diri.Comentnya mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pusara Tanpa Nama
Non-Fiction⚠️ Cerita ini tidak ada di aplikasi manapun selain di Wattpad. Jika ada di aplikasi lain berarti di plagiat⚠️ Kiran sangat tidak menyangka harus mengalami pengalaman mengerikan yang entah kapan bisa berakhir. Kiran hanya wanita biasa yang ingin ke...