Tiga Puluh Lima

56 7 0
                                    

Wajah Guntur pias. Begitu pula wajah Dedy.

Sebutan mandor, hanya warga desa yang tahu dan warga yang akrab dengan mereka hanya dari desa tempat Kiran berkunjung beberapa Minggu yang lalu.

"Ssi...siapa kamu?!"
Teriak Dedy.

"Heheehehe.... Sudah lama kita tidak berjumpa. Setelah kamu membunuh adikku, lalu kamu membunuh adikmu.... Dan kau tumbalkan kami pada jembatan itu... kamu langsung lupa padaku?!"

Suara bariton yang sangat berat memancing emosi Dedy. Dia kenal. Di hadapannya ini adalah Randu. Randu telah merasuki tubuh Kiran.

Pak Rehan dan Ibu Masayu masih shock apa yang didengar mereka saat ini. Maksud sosok di depannya pembunuh Harmi adalah Dedy.... Anak angkat mereka.

"Apa benar yang dikatakannya Dedy?!"
Teriak Ibu Masayu.

Dedy hanya terdiam kaku.

Pak Rehan langsung mendekati Dedy lalu mencengkram kerah bajunya.

"Jadi Kamu yang membunuh Harmi? Adik kamu?!" Pak Rehan sangat geram mengetahui anak angkat kesayangan istrinya itu tega membunuh anak kandung mereka.

Guntur dan Yani hanya bisa terdiam mengetahui kenyataan di hadapan mereka. Ternyata saudara yang mereka sanjung selama ini adalah seorang pembunuh.

"Biadab kamu Dedy! Apa kasih sayang ibu selama ini tidak cukup untukmu? Apa yang kamu mau? Harta? Warisan? Tega kamu Dedy! Padahal, kamu sudah ibu anggap sebagai anak kandung ibu. Ibu rela mengabaikan Harmi agar kamu tidak kurang satu apapun!!"

"Ibu...." Mulut Dedy bergerak ingin menyangkal semua tuduhan Randu.

"Diam! Kamu tidak pantas panggil saya seperti itu! Pembunuh!"

"Hahahhaaha... Jangan menyangkal pak Mandor.  Buktinya adalah kami, tumbal di dalam proyek jembatan mu...kamu ingin mengambil keuntungan besar dan mengorbankan nyawa orang lain demi ambisi kamu! Di mana mata adik saya! Di mana mata Nandi?!!!!"

Dedy teringat mata patung kucing yang ada di belakang dapur Guntur.

Seakan bisa membaca pikiran Dedy, Tubuh Kiran terjatuh tepat di atas tempat tidur dan tak sadarkan diri.

Tiba-tiba,
PRANK!!!!!!

Sesuatu terjatuh dan pecah berhamburan di teras belakang dapur rumah Guntur.

Semua orang meninggalkan Kiran yang pingsan dan menuju ruang dapur yang gelap.

Ketika pintu dapur terbuka, keping-keping patung kucing berhamburan dan di antara kepingan itu ada dua bola mata yang nampak diawetkan.

"Biadab kamu Dedy! Ini adalah bukti bahwa kamu layak dihukum atas perbuatanmu!" Teriak Pak Rehan.

😱😱😱😱😱

Hari itu, hari di mana Randu akan mengajak Kiran ke bioskop, malah terjadi hal yang tak terduga. Kiran mempercepat langkahnya karena sudah telat sepuluh menit. Sambil memeriksa kunci kamar kost dalam tasnya yang ia takut lupa dibawa, tiba-tiba ia menyaksikan seseorang memegang kayu dan bersiap memukul Randu dari belakang.

Buk!

Randu ambruk dan tak sadarkan diri.

Kiran yang shock hanya bisa mematung menyaksikan semua kejadian itu.

"Tolong!
Tolooong!"

Kiran berteriak. Dari seberang jalan ayah dari Syisi mencoba mendekati Kiran dan akan bertanya apa yang terjadi. Tapi tiba-tiba ada seseorang membekap mulut Kiran dengan sapu tangan dari belakang.

"Hei! Ngapain kamu?!
Lepaskan dia!!!!"
Teriak ayah Syisi.

Tiba-tiba..
Buk! Buk!

Beberapa telur meluncur dari dalam bajunya dan pecah ke atas jalan dan hanya gelap yang ia lihat dan tak sadarkan diri lagi.

😱😱😱😱😱

Setelah Dedy diamankan oleh polisi, Kiran bermaksud untuk berhenti bekerja dan mengajak Syisi pulang ke kampung halamannya. Hal mengerikan terjadi ketika mereka melewati jembatan, tiba-tiba terjadi banjir dan longsor yang menghancurkan jembatan itu.

"Pemirsa, telah ditemukan empat mayat yang telah mengeras di balik jembatan roboh di jalan lintas provinsi. Diduga keempat mayat tersebut merupakan tumbal jembatan proyek yang dibangun oleh D atas nama saudaranya G.
Kedua kakak beradik tersebut telah diamankan karena diduga terlibat penculikan, pembunuhan dan bisnis ilegal. Hingga berita ini diturunkan, para saksi dilindungi agar tidak ada provokasi dari para tersangka. Demikian laporan kami sampaikan.

TAMAT

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pusara Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang