Empat Belas

35 3 0
                                    

Kriiiiiiiiik!

Pintu kamar Syisi seketika terkuak. Nampak Eka dan Syisi berdiri menatap Kiran yang masih mematung dengan wajah pucat.

"Kak Kiran kenapa nggak masuk?"
Syisi bertanya dengan polos.

"Wajah kakak pucat sekali... Kakak sakit?"
Tanya Eka dengan raut khawatir.

"I...ini... Mau masuk..."
Suara Kiran bergetar. Bulu kuduknya merinding dan kepalanya serasa membesar.

Ketika ia masuk dan menutup pintu kamar Syisi, tubuhnya langsung menghangat.

Kiran langsung menghampiri Eka dan Syisi yang sudah duduk bersila menghadap tiga nasi bungkus yang masih tertutup rapi.

Selera makannya seperti hilang.
Sesuatu seperti bergejolak dalam tubuhnya dan telah sampai di kerongkongan nya.

"Kakak kenapa?"
Eka menatap Kiran yang masih saja berdiri dan belum ikut duduk bersama mereka.

"Kak, Syisi sudah lapar nih... Yuk duduk Kak..."

Syisi merengek pelan, sepertinya ia sudah sangat lapar.

Kiran menuju kamar mandi dan memuntahkan air bening.

'Sepertinya Saya terlambat makan'
Gumam Kiran dalam hati.

Baru saja Kiran keluar kamar mandi dan akan menarik gagang pintu kamar mandi, tiba-tiba pintu kamar mandi tertutup sendiri dengan keras.

Jantung Kiran seakan mau copot diberi kejutan seperti itu.

Kiran terpaku menatap pintu yang sudah mengatup.
Tiba-tiba Air berbunyi mengucur seakan ada yang sedang mandi.

Kiran tak tahan lagi. Kiran menutup mata dengan sangat kuat. Dia lalu menutup telinga juga dengan kedua tangannya.
Perlahan dia membuka mata setelah bunyi air menghilang.

"Kakak... Syisi udah lapar banget kak..."

Rengekan Syisi mengagetkan Kiran yang bingung dengan semua yang terjadi semenjak masuk ke kamar Syisi dan Pak Telor.

"Iya sayang... Iya.. yuk makan."

Kiran dan Syisi menghampiri Eka dan mulai berdoa sebelum makan.
Mereka bertiga sangat lahap menikmati makanan.

Kiran berharap bisa melewati semua masalah yang ada dan bisa memecahkan semua rahasia yang ia ketahui dan menemukan jawabannya.

Dalam keheningan mereka menikmati makanan, tiba-tiba topi dan jaket yang biasa dipakai Pak Telor jatuh.

Mereka pun saling pandang dan menghentikan sejenak makan malam mereka.

"Apa Ayah sedang merindukan Syisi sekarang? Soalnya Syisi sangat merindukan Ayah.."
Sebutir cairan bening mengalir di pipi Syisi. Kiran pun menyeka pelan air mata Syisi.

"Syisi harus makan dengan lahap ya.. pasti Ayah kamu sedih kalau liat kamu makan sambil nangis."

Jangan lupa votment ya

Pusara Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang