Tiga Puluh Tiga

30 5 0
                                    

Suami istri itu terkejut, mendengar suara Kiran yang sangat mirip Harmi.

Ketika Bu Masayu menatap Kiran, tiba-tiba mata Kiran berubah menjadi putih semuanya dan menatap tajam padanya.

Bu Masayu begitu kaget dan ia pun jatuh pingsan.
Melihat istrinya yang tiba-tiba pingsan Pak Rehan segera menghampiri istrinya dan diikuti Kiran yang sama paniknya melihat ibu dari atasannya itu tak sadarkan diri.

Segera Pak Rehan membopong dan membaringkan tubuh Ibu Masayu ke sofa.

"Ma...ma... Bangun Ma...Mama kenapa sih"
Pak Rehan heran. Sejak semalam sampai siang selalu saja ada yang pingsan di rumah Guntur ini.
Apa mungkin rumah ini penuh dengan dedemit?

Tengkuk Pak Rehan meremang.

Seperti ada seseorang yang masih berdiri dibelakangnya, dan dia pikir itu adalah Kiran.

Tapi ketika Pak Rehan menoleh, ia tidak mendapatkan siapa-siapa di sana.

Wajah Pak Rehan pias. Tenyata sedari tadi ia hanya berdua dengan istrinya yang pingsan.

"Ini minyak kayu putihnya om..."
Suara Kiran yang tiba-tiba terdengar semakin membuat Rehan kaget setengah mati.

"Kamu dari mana?" Tanya pak Rehan kesal.

"Ta...tadi saya bilang mau ambil minyak kayu putih pak... Bapak tidak dengar."
Kiran tidak enak dengan ekspresi Pak Rehan yang begitu pucat dan marah.

Pak Rehan mengusap wajahnya kasar.
Apa benar Kiran mengatakan sesuatu tadi? Mengapa ia tidak dengar? Lalu siapa yang berdiri sedari tadi di sampingnya?

Dengan gugup Pak Rehan membuka tutup botol minyak kayu putih untuk dipercikkan sedikit ke hidung Bu Masayu. Beberapa menit kemudian, terlihat Bu Masayu mengerjapkan matanya.

Bu Masayu segera menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan memegang kepalanya yang berat sambil menatap Kiran yang masih berdiri memegang minyak kayu putih.

"Ma... Kenapa mama pingsan? Mama kenapa bisa pingsan? Bukankah tadi sudah sarapan?"
Pak Rehan penasaran dengan apa yang terjadi pada istrinya.

"Ummmmmm... Mama.... Mama capek saja pak.,. Mama mau ke kamar tidur"

Pak Rehan pun memapah istrinya ke kamar tempat mereka menginap semalam meninggalkan Kiran yang masih bingung dengan kejadian pagi ini.

"Sebenarnya mama kenapa sih ma... Nggak biasanya mama pingsan." Pak Rehan menutup pintu kamar, lalu menghampiri Bu Masayu yang telah duduk di samping ranjang.

"Tadi tuh mama kaget pah! Tiba-tiba mata Kiran berubah jadi putih semua."
"Yang bener mah? Perasaan Kiran dari tadi baik-baik saja."

"Benaran Pah! Buktinya, mama sampai pingsan." Gerutu Masayu karena suaminya ini seperti meremehkannya.

"Ya sudah... Mama istirahat dulu. Nanti kalau sudah mendingan, baru kita keluar."

"Iya pah." Masayu membaringkan badannya dan memperhatikan Pak Rehan yang terdiam memikirkan sesuatu.

"Kog diam pak?"

"Mama nggak merasa aneh, dengan tingkah Kiran tadi mah... Semua gerak gerik dan cara bicaranya sama dengan Harmi."

"Pak... Udahlah pak... Kalau bahas Harmi, pasti papa sedang sedih lagi."

"Enggak Mak... Papa serius. Melihat Kiran memakai bajunya Harmi, seperti papa melihat Harmi masih hidup ma.."

Rehan masih penasaran. Ia bersikeras bahwa yang dilihatnya tadi memang Harmi dalam wujud Kiran. Tapi entah mengapa istrinya itu, tidak menyadarinya. Bahkan seperti tidak menghiraukan Betapa senangnya Rehan walau melihat bayangan Harmi dalam diri Kiran.

Jangan lupa votment ya!

Pusara Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang