Kabut masih menggantung di langit dan suasana selalu remang selama dua hari matahari seakan hilang dari area puncak.
Kaca jendela kamar yang digunakan Kiran buram, akibat cuaca yang semakin dingin. Ia sudah sadar sejak Subuh dan membersihkan diri untuk bergabung bersama semua orang di ruang makan.
Setelah akses jalan terputus, semua tamu Guntur akhirnya memilih tinggal sambil menunggu perbaikan jalan karena longsor yang menyebabkan beberapa kerusakan jalan dan jembatan.
"Ini kopinya pak."
Masayu meletakkan cangkir kopi berwarna biru ke depan Pak Rehan yang masih asyik membaca koran yang datang beberapa hari yang lalu."Hmm.." Pak Rehan tidak berpaling ketika serius membaca tentang artikel bisnis yang ada di halaman empat.
"Mengapa, jawabanmu seperti tidak enak kudengar?" Masayu memilih poninya yang terurai ke depan.
"Kita sudah melewatkan waktu sia-sia di sini ma.." Gumam Pak Rehan masih mencoba mencari artikel menarik di sana.
"Mana mama tahu akses jalan akan ditutup? Rencana kan hanya semalam kita nginap paginya balik. Pa... Ini rencana Dedy untuk memperkenalkan kita pada calon pacarnya. Apa kita tidak bisa meluangkan waktu mendukungnya? Mama tahu, kasih sayang papa tuh gak akan pernah sama antara Harmi dan Dedy. Tapi.."
"Ma... Cukup ma... Ini bukan hal yang serius, kog malah merembes ke situ? Bagi papa semuanya tak akan sama kalau tidak ada Harmi..." Pak Rehan melipat koran yang dibacanya dan menyingkirkan kaca mata bacanya dari wajahnya.
"Selamat pagi!!?"
Suara Kiran mengalihkan perhatian keduanya. Mereka terdiam menatap Kiran dalam balutan switer yang membalut tubuh Kiran.
Itu adalah switer milik Harmi yang sering Harmi pakai ketika masih rajin berkunjung kemari bersama Dedy."Selamat pagi Kiran... "
Pak Rehan masih termangu menatap Kiran.
Begitu pun Masayu langsung terdiam setelah menyapa Kiran."Boleh saya bergabung?"
Kiran langsung duduk di sofa dekat Pak Rehan sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya dan memasukannya ke dalam lengan switer nya yang terlampau panjang."Apa ... Apa kau tidak menemani Yani membuat sarapan?" Tanya Bu Masayu.
"Maaf, saya tidak suka masak. Nanti setelah sarapan baru saya bantu cuci piring." Kiran tersenyum sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Pak Rehan dan Ibu Masayu seperti Dejavu dengan kelakuan Kiran. Mereka pernah melihat tingkah laku Kiran pada Harmi.
"Harmi?"
"Hmmm?"
Jangan lupa votment ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pusara Tanpa Nama
Non-Fiction⚠️ Cerita ini tidak ada di aplikasi manapun selain di Wattpad. Jika ada di aplikasi lain berarti di plagiat⚠️ Kiran sangat tidak menyangka harus mengalami pengalaman mengerikan yang entah kapan bisa berakhir. Kiran hanya wanita biasa yang ingin ke...