welcome to new story!!!!
cerita belum direvisi;)
***
Seharusnya waktu lima tahun cukup untuk saling jatuh cinta, tapi kayaknya itu gak berlaku di pernikahan Ayyara sama Nata. Karena sampai sekarang pun, gak ada tuh kata cinta yang keluar dari mulut mereka berdua. Walaupun lagi bergulat diatas kasur sekalipun.
Lagian sebenarnya Ayyara juga gak mau dapet pernyataan cinta kalo lagi di kasur gitu, kesannya kayak cinta karena nafsu. Ew.
Pada dasarnya Ayyara sama Nata bertahan demi Ziel. Anak laki-laki berumur empat tahun yang suka jumpalitan itu sudah cukup untuk dijadikan alasan kenapa sampai sekarang Ayyara sama Nata masih sama-sama padahal gak saling cinta.
Kalo Nata sih mau mempertahankan pernikahan dengan segenap jiwa alasannya karena Nata gak mau anaknya kayak dia, jadi korban keegoisan orang tua. Iya, Nata anak broken home.
Nah Ayyara sendiri gak ada alasan khusus kenapa harus minta cerai sama Nata. Karena selain demi Ziel, Ayyara juga sebenarnya gak mempermasalahkan rumah tangganya.
Ya walaupun nikah tanpa cinta— bahkan sampai sekarang, Nata itu suami yang baik. Sangat malah. Nata memperlakukannya selayaknya istri yang sangat dia cintai. Memberikan segala aset dan uang, membawanya ke setiap pesta kolega dan juga memperkenalkan Ayyara sebagai istri kepada teman-temannya.
Ayyara katakan lagi, Nata memperlakukan dirinya amat sangat baik— meskipun kadang mukanya sebelas duabelas sama lempengan beton. Kayaknya kalo Ayyara ini termasuk jajaran cewek baperan, mungkin sekarang dia udah cinta sebelah pihak sama suami sendiri. Tapi untungnya enggak.
Pas awal nikah, Nata udah ngewanti-wanti Ayyara perihal dapur. Katanya Ayyara gak perlu bisa masak, yang penting ngerti perihal makanan sehat untuk keluarga apalagi anak. Ayyara jelas nolak, dari sebelum nikah dia udah mempersiapkan diri soal masak memasak. Meskipun gak jago, dia tetep bisa masak kok. Tapi sekarang beda lagi, Ayyara udah makin jago kalo urusan dapur. Makanya dia nolak pas Nata nawarin art buat kerja di rumah.
Enak aja. Prinsip Ayyara tuh “rumahku ya urusanku ”
Ayyara ngerti, pernikahan mereka emang didasari keterpaksaan. Tapi karena Nata itu punya pemikiran yang dewasa dan tenang, sehingga bisa mikirin hal jauh semacam itu. Saat Ayyara hamil pun, Nata benar-benar memperkerjakan orang yang dia ambil dari rumah Ibunya. Hanya saat Ayyara hamil, karena setelah melahirkan Ayyara minta Nata buat gak memperkerjakan orang lagi.
Ketika dirumah perangai Nata keliatan hangat, meskipun terkadang tatapannya bisa setajam belati. Suara rendahnya selalu mengalun dengan tenang, apalagi kalo bicara sama Ziel. Gak ada lagi tuh tatapan datar dan acuh kalo menyangkut Ziel.
Di Mata Ayyara, Nata itu Ayah yang baik.
Dari usia tiga tahun, Nata sudah mengajarkan Ziel hal-hal kecil, seperti ditanya mau memakai baju seperti apa dan warna apa. Ingin mandi menggunakan air hangat atau dingin. Dan apapun jawaban Ziel, Nata selalu menghargai.
Nata mengajarkan Ziel untuk mandiri sedini mungkin. Katanya supaya Ziel nantinya lebih percaya diri menghadapi hidup. Iya juga sih, Ayyara gak bisa ngelak. Kalo Ziel ngelakuin kesalahan, Nata gak pernah marah, palingan cuma negur dikit. Bapak satu anak itu bilang manusia memang bisa melakukan kesalahan, asalkan kita sadar bahwa kita salah.
Setiap Ziel melakukan kesalahan sekecil apapun, Nata selalu mengajarkan agar anak itu meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Nata juga meminta supaya Ayyara tidak terlalu memanjakan Ziel perihal makan. Sekarang Ziel sudah bisa makan sendiri meskipun terkadang masih berceceran. Ayyara juga kadang-kadang mengajak Ziel untuk belajar bertanggung jawab. Seperti meminta bocah itu untuk membantu mengolesi roti, menaburkan pupuk pada bunga-bunga dihalaman depan ataupun membereskan mainannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
1000% GENGSI
ChickLit[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebuah masalah besar. Saling percaya dan komunikasi menjadi pondasi utama meskipun dibumbui segudang gengsi. Karena itu pula, Ayyara tak pernah...