sentuh-sentuh

39.6K 2.5K 65
                                    

Ada yang nunggu keluarga beringin ini????

***

Masih berkumpul di kediaman Juna, para keluarga itu memilih mengobrol lebih lama, sekalian temu kangen karena memang jarang bertemu.

Setelah acara meniup lilin, mereka semua langsung menyantap hidangan utama. Yaitu nasi biryani, permintaan Laura yang memang masih dalam masa ngidam.

"Ayah udah, nanti stlobeli Halu abis, Ayah." perkataan Ziel sontak membuat mereka tertawa, apalagi Ayyara. Dia mengecup pucuk kepala anaknya dengan gemas.

"Gak papa sayang, Ayah udah bertahun-tahun gak makan strawberry, makanya rakus." Ayyara kembali tertawa saat melihat tampang datar milik Nata, bahkan laki-laki itu menghiraukan tangan Ayyara yang masih menyodorkan buah merah tersebut.

Sedari tadi Nata memang di suapi oleh Ayyara. Bapak satu anak itu memang begitu. Suka keenakan. Kalo sekalinya di suapin, ya bakal minta disuapin sampe kenyang.

"Stok banyak kayaknya, Ra." Nina geleng kepala melihat tingkah Nata yang ternyata tidak berubah dari zaman SMA dulu. Nina dan Nata memang satu SMA.

"Penuh, Nin, bukan banyak lagi." Ayyara menjawab dengan nada mengejek. Kapan lagi kan godain Nata begini. Biasanya kalo dirumah dia godain Nata, dia selalu kalah. Tapi karena kali ini ada teman-temannya, Ayyara pasti menang karena dirinya tak sendiri.

Dan perihal stok buah strawberry, Ayyara tidak bercanda. Bahkan dirumahnya ada kulkas yang khusus hanya boleh diisi buah, dan dominannya itu strawberry. Buah kesukaan paduka Adinata Mahdhava.

"Ada rencana program lagi gak, Nat?" Seno bertanya pada Nata yang kini telah berhenti memakan buah strawberry. Sepertinya bapak-bapak itu merajuk.

Nata mengedikan bahu, menoleh pada Ayyara yang artinya keputusan itu ada ditangan sang istri. Nata mah cuma modal nyumbang, mau di kembang-biakan terserah gak mau juga gak masalah.

Ayyara tertawa sumbang. "Duh gak tau ya, Ziel masih kecil. Kayaknya kalo sekarang-sekarang belum ada niatan. "

"Ziel juga gak mau punya adek." tambah Nata.

"Loh, kenapa?"

Nata menunjuk Jerry dengan dagu nya, membuat laki-laki itu protes. "Kenapa gua?"

"Gara-gara bibit lo bilang punya adek itu nyebelin, makanya dia gak mau." sahut Nata judes. Omong-omong dia masih dendam dengan mulut Jerry. Meskipun tadi sudah menjitak kepala laki-laki itu sebanyak dua kali, tapi Nata merasa belum puas.

"Gak papa lah Nat, yang penting mah jatah masih jalan." sahut Janu. Otak dari segala otak pembicaraan begini adalah Janu dan Jerry. Dua laki-laki itu memang memiliki pemikiran yang sama. Heran, kok sepemikiran masalah yang begitu. Padahal kalo sepemikiran nya tentang inves saham kan lumayan.

"Jalan lah, kan bukan Jerry yang harus puasa karena hamil." Juna tertawa, begitu juga yang lain. Mengingat dulu saat Rosa sedang hamil Gio, wanita itu benar-benar memusuhi Jerry. Katanya Jerry bau lah, jelek lah, pokoknya banyak kata-kata mengandung dosa yang Rosa ucapkan pada suaminya. Bahkan Jerry dilarang dekat-dekat, apalagi tidur bersama. Rosa menolak keras.

Intinya selama itu, Jerry puasa.

"Bangsat ah, untung cebong sendiri." jawab Jerry lesu. Jika diingat, masa itu adalah masa terberat. Udah gak bisa deket-deket sama calon anak, gak dapet jatah pula. Nasib-nasib.

"Tangannya!" Juna menggeplak bahu Nata saat melihat tangan sepupunya itu bertengger di pinggang Ayyara. "Tahan dulu napa jangan remes-remes dulu."

Nata mengedikan bahu tak peduli, dia bahkan tak mengendurkan rangkulannya pada pinggang sang istri. Tangannya sesekali mengelus pinggang ramping tersebut.

1000% GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang