aku drop di satu work ini aja kali ya? atau kalian mau gmna?
***
Terhitung sudah dua hari terlewati sejak malam dimana Jemma dibawa pulang oleh Zayyan dan Cessie dari rooftop cafe milik Ayyara.
Dan hebatnya, setelah dua hari, laki-laki itu baru menampakkan batang hidungnya dihadapan Jemma. Meskipun sejujurnya sejak kemarin Ziel sudah memborbardir Jemma dengan spam chat, tapi tak ada yang Jemma hiraukan.
Jemma melewati tiga jam di toko roti nya dengan gamang. Laki-laki itu datang, tapi tak ada sekata pun penjelasan tentang malam itu. Hanya ungkapan maaf dengan alasan tak jelas. Ya, dia sedang ada urusan malam itu katanya.
Bahkan laki-laki itu sepertinya benar-benar lupa tentang hari anniversary mereka. Tak ada ucapan- meskipun terlambat. Apalagi kata maaf karena lupa.
Jemma sudah berusaha mengontrol hatinya. Dia tak akan lagi membesar-besarkan masalah malam itu jika Ziel jujur semuanya tanpa di minta. Jemma juga tak akan bertanya lebih, asalkan laki-laki itu mau bercerita. Itu sudah cukup mengembalikan kepercayaan Jemma yang nyaris hilang.
"Jem?"
Jemma mengerjap. Berdehem kecil menanggapi panggilan Ziel. Sebelum Ziel mendatanginya, Jemma selalu mengharapkan kedatangannya. Tapi setelah laki-laki itu datang, Jemma merasa belum siap. Ia kira, waktu dua hari cukup untuk mengembalikan semuanya seperti semula. Tapi ternyata lagi lagi ia salah. Retakan hatinya masih terasa.
"Kamu gak fokus." Ungkap Ziel, dia mengamati dengan jelas rupa kekasihnya yang terlihat berbeda. Tidak ada raut bahagia disana. Meskipun biasanya Jemma memang tidak terlalu ekspresif, tapi setidaknya akan ada satu senyum simpul yang Ziel lihat. Tapi hari ini tidak ada. "Ada yang ganggu pikiran kamu?"
"Iya." Jemma menatap dalam bola mata gelap itu hingga membuat si empunya terlihat salah tingkah.
"Kenapa liatin aku kayak gitu?" Ziel menjawil hidung mancung kekasihnya, ada rasa canggung yang merayap. Tapi Ziel berusaha tak menghiraukan itu. "Beneran ada yang ganggu pikiran kamu? Mau cerita?"
"Kak Ziel,"
"Hm?" Ziel menanti dengan sabar, Jemma terlihat ragu.
"Kak Ziel pernah bilang, kesalahan yang diulang lebih dari dua kali itu kebiasaan." Jemma menegakkan tubuh. Jarinya bergerak membuat pola abstrak di sisi cangkir berisi hot chocolate miliknya yang telah mendingin. "Lantas, Kak Ziel tau, kesalahan yang diulang lebih dari tiga kali itu disebut apa?"
Ziel pernah mengatakan hal itu saat bertengkar dengan Gio yang selalu telat datang ketika janjian dengan dalih macet. "Kenapa nanya itu?"
Jemma tersenyum tipis saat Ziel tak menjawab, mungkin karena tak tau atau juga tak sadar diri. "Karakter."
"Hah?"
"Kesalahan yang diulang lebih dari tiga kali adalah karakter." Simpul Jemma telak. "Karakter dari orang itu."
"Menurut Kak Ziel, di dunia ini ada orang yang kayak gitu?" Tak menghiraukan raut wajah Ziel yang terlihat bingung, Jemma tetap bertanya.
"Ada." Ziel menjawab dengan cepat. Dia melipat kedua tangannya diatas meja, menatap intens mata runcing bak kucing milik kekasihnya. "Orang itu mungkin aku. Mungkin kamu. Atau juga orang lain di luaran sana."
"Kita gak akan tau seberapa banyak kesalahan yang akan kita lakukan, Jem. Termasuk aku sama kamu." Ziel merasa ada perasaan asing dalam hatinya ketika mata indah itu tak lagi menatapnya dengan cara yang sama. "Kamu-"
"Kak Ziel gak ada tugas kuliah?" Jemma memotong dengan cepat ucapan Ziel, tak peduli bahwa itu tidak sopan. "Kalo gak ada, besok temenin aku beli bibit bunga. Boleh?"
![](https://img.wattpad.com/cover/339218638-288-k149836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1000% GENGSI
चिक-लिट[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebuah masalah besar. Saling percaya dan komunikasi menjadi pondasi utama meskipun dibumbui segudang gengsi. Karena itu pula, Ayyara tak pernah...