Niat mandi cepat karena diburu waktu ke pesta ulang tahun Haru, kini hanya sekedar niat. Karena buktinya Nata dan Ayyara malah membuang-buang waktu dikamar mandi. Sebelum itu Nata sudah mengusir Ziel keluar terlebih dahulu. Memerintahkan anaknya untuk bersiap sendiri.
Antara mengajarkan kedisiplinan dan mandiri atau mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Intinya setelah mendekam dikamar mandi selama tiga puluh menit, pasutri itu baru bergegas. Mempercepat tempo agar mempersingkat waktu sebelum Ziel menyadari.
Dengan wajah cemberut, Ayyara bergegas terlebih dahulu. Mendekati meja rias sambil mengeratkan bathrobe."Udah di bilang, jangan bikin di leher juga. Kenapa sih? Ngeyel banget."
Nata yang berada tepat dibelakang wanita itu hanya mengedikan bahu, berlalu begitu saja menuju walk in closet."Baju saya yang mana?!"
Masih dengan gerutuan nya, Ayyara berjalan menghampiri Nata yang baru saja berteriak. Ayyara menyodorkan pakaian yang telah ia siapkan dan akan dikenakan oleh bapa satu anak itu."Gak usah pake dasi. Dua kancing atasnya buka, biar keliatan hot."
Dengan mata memicing Nata mengambil pakaian yang diserahkan istrinya."Kamu mau mempertontonkan aurat saya?"
"Hish sembarangan! Suudzon banget sama Istri." mata kecil Ayyara menyorot tak terima. Ya siapa sih yang suka aurat suaminya di umbar? Gak ada kan. Tapi kalo boleh jujur, style Nata yang kayak gitu tuh favorit Ayyara.
"Lagian kenapa harus pake baju begini segala? Ketimbang kerumah Juna." Nata protes dengan pakaian yang Ayyara siapkan. Style nya mirip seperti sehari-hari dia pergi ke kantor.
"Ya gak papa dong, biar keren." jawab Ayyara. Melihat tatapan protes dari bapak anaknya, Ayyara berbalik menghadap lemari. Mencari pakaian lain. Dia mendelik sinis seraya bergumam,"Padahal dia pake style kayak gitu ganteng."
"Ngomong apa kamu?"
"Gak ada." ketusnya."Emang mas mau pake baju yang kayak gimana?"
"Terserah kamu." sahut Nata acuh. Laki-laki itu menyenderkan tubuhnya pada lemari kaca tempat menyimpan semua tas-tas mahal milik Ayyara.
Masih dengan gerutuan nya, Ayyara mencoba mencari style yang 'Nata banget'. Nata tuh kayak cewek, apa-apa selalu terserah. Ayyara kan jadi bingung.
Dan setiap kali Nata jawab terserah, Ayyara jadi tau bahkan ngerti gimana bingungnya para laki-laki setiap ceweknya bilang terserah.
Ucapan maha dahsyat itu benar-benar mengutuk.
Pilihan Ayyara jatuh pada kemeja slim fit warna coksu dan celana bahan berwarna beige. Udah mentok sama style yang ini, soalnya ini Nata banget. Kalo nolak lagi awas aja, gak bakal Ayyara kasih jatah.
"Protes, gak bakal ada jatah gerpe-gerpe." malu sih, tapi bodoamat sama suami sendiri ini.
Nata menahan kedutan di bibirnya, mencoba untuk tidak tersenyum mendengar penuturan Ayyara. Ah wanita itu selalu ada saja tingkah nya.
Gak bakal di gerpe, palingan langsung diterkam— batin Nata.
***
Kurang lebih lima belas atau dua puluh menit, akhirnya Nata dan Ayyara siap. Turun beriringan menuju Ziel yang sudah duduk di meja makan. Iya, mereka berencana makan dirumah dulu baru berangkat.
Holang kaya Shay, gak mungkin nyari gratisan.
Ziel memandang orang tuanya dengan tampang cemberut, mengetuk-ngetuk kan sendok dan garpu nya pada permukaan meja."Ziel lapel Mama."
Ayyara tersenyum konyol menanggapi anaknya. Ya mau gimana lagi, nolak gak bisa soalnya bikin ketagihan sih. Gimana dong?
"Lama ya? Mama minta maaf, oke?" Ayyara mengelus pipi berisi Ziel, mengecup rambut si anak berulang kali karena merasa bersalah. "Sini Mama siapin makanannya, ya."
Ayyara dengan telaten mengisi piring milik kedua laki-laki berbeda generasi itu, setelah itu baru piring miliknya.
"Mama sama Ayah tadi main apa?"
"Huh?" Ayyara nyaris tersedak sup yang baru saja masuk kedalam mulutnya. Sedangkan Nata hanya menatap dengan diam.
Astaga, kenapa Ziel harus bertanya seperti itu?!
"Kata om Jelly, kalo Ayah sama Mama lama di kamal belalti lagi main." jawab Ziel. Anak itu menatap kedua orang tuanya dengan raut polos tanpa dibuat-buat.
Nata memejamkan mata. Menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ingatkan Nata untuk menebas lidah milik Jerry nanti.
"Om Jerry ngomong apa lagi, sayang?" tanya Nata. Berjaga-jaga, takutnya Jerry mengatakan banyak hal tak bermutu pada putranya.
Ziel meletakkan telunjuknya dibawah dagu, membuat gestur berpikir."Katanya Ziel gak boleh ikutan, gak boleh ganggu, gak boleh masuk kamal Ayah sama Mama juga."
"Padahal Ziel suka kesepian kalo Ayah sama Mama main pas siang." lanjutnya tanpa dosa.
"Terus, apalagi sayang?" Nata masih mempertahankan senyum manisnya. Padahal dalam hati sudah menyebutkan semua nama binatang untuk Jerry.
"Oh iya! Om Jelly juga bilang kalo Ziel gak ganggu Ayah sama Mama pas lagi main, Ziel bakal cepet-cepet dapet adik kecil." Ziel kembali membuat gestur berpikir, memiringkan kepala sembari menatap kedua orang tuanya."Ayah sama Mama udah seling main, tapi kenapa Ziel belum punya adik kecil?"
Ayyara menggaruk ujung hidungnya tak menentu. Bingung harus menjawab dan bereaksi seperti apa. Ingin rasanya Ayyara menenggelamkan suami Rosa di rawa-rawa.
"Mama," Ziel memanggil Ibu nya yang terduduk kaku."Sekalang Ziel tau loh, adik kecil itu apa."
Ziel memang sempat tidak mengerti maksud dari adik kecil. Bocah itu malah menganggap yang dimaksud dengan adik kecil itu adalah sesuatu yang dapat dibuat seperti donat. Parahnya lagi, dia sempat bertanya apakah adik kecil itu bisa di beli atau tidak.
"Oh ya, apa sayang?" tanya Ayyara sembari tersenyum manis. Meski tak ayal rasa dongkolnya pada Jerry masih ada.
"Adik kecil itu sepelti punya Halu kan?" tanyanya dengan pasti. Dan Ayyara mengangguk, membernarkan pertanyaan anaknya.
Haru dan Ziel itu seumuran, tapi Ziel tiga bulan lebih tua dibanding Haru. Dan mungkin sekarang bedanya adalah, Haru sudah memiliki adik sedangkan Ziel belum. Untuk masalah adik Haru, katanya kebablasan.
"Ziel ingin adik?"
Ayyara melotot mendengar penuturan Nata. Apa-apaan laki-laki itu?!
"Nggak."
"Loh?" Ayyara dan Nata sama-sama terkejut dengan jawaban cepat Ziel.
Anak itu dari tadi terus membahas adik, tapi pas ditawarin kok malah nolak? Mau mu apa toh,El?
"Gio bilang punya adik kecil melepotkan. Cesie seling nangis, jadi belisik." jawab Ziel enteng. Anak itu menjawab lengkap dengan ekspresi tak suka dan bibir yang mencebik.
Ayyara memang cukup sering mengajak Ziel berkunjung ke rumah Jerry dan Rosa. Cesie kecil memang sering nangis sih, tapi itu juga kan ulah kakak nya sendiri, si Gio.
"Jadi, Ziel gak mau adik?" tanya Nata lagi, memastikan. Ziel menggeleng sebagai jawaban dan Ayyara menghela nafas lega dibuatnya.
Ayyara dan Nata memang sepakat untuk menunda kehamilan selanjutnya. Alasannya cukup klise, karena Ziel masih kecil.
Mungkin Nata dan Ayyara berencana akan memberikan Ziel adik saat anak itu sudah masuk sekolah dasar nanti.
***
Cey, 13 April
—see u—
KAMU SEDANG MEMBACA
1000% GENGSI
أدب نسائي[TAMAT] Bersama Adinata, Ayyara menyadari satu hal. Bahwasannya, menjalani hubungan tanpa cinta bukanlah sebuah masalah besar. Saling percaya dan komunikasi menjadi pondasi utama meskipun dibumbui segudang gengsi. Karena itu pula, Ayyara tak pernah...