Keinginan Nata yang terpenuhi

23.2K 1.5K 73
                                    

"SAH"

Seruan para saksi menggema dari dalam rumah megah milik Setya Novanto Mahdhava yang sudah didekorasi sedemikian rupa untuk pernikahan putri bungsunya.

Dari lantai atas, Rachel di gandeng oleh Setya dan Diana menuruni tangga untuk menghampiri Naufal juga Ayah kandungnya yang menjadi wali.

Rachel terlihat begitu anggun. Tubuh ramping nya terbalut sempurna dengan gaun putih rancangan designer ternama. Senyum manis setengah gugup tidak melunturkan aura kecantikan nya. Nata yakin seratus persen, orang-orang yang hadir hari ini tertipu oleh tampang Rachel yang terlihat begitu manis dan kalem. Tidak tau saja kalau anak itu kelakuannya sering seperti barongsai.

Namun, se-rempong apapun Rachel di hari biasanya, Nata akui bahwa adiknya hari ini terlihat begitu menawan.

Setelah ijab qobul, acara dilanjutkan dengan pemasangan cincin, cium tangan cium kening dan tanda tangan surat nikah. Dilanjutkan dengan mushofahah dan memberikan selamat pada pengantin. Lalu setelahnya berfoto. Sesi pertama tentu pengambilan foto untuk pengantin, sesi kedua bersama para tamu undangan, sesi ketiga teman dekat kedua mempelai dan terakhir baru bersama keluarga.

Pihak keluarga memutuskan akan naik ke pelaminan diakhir saja dan membiarkan para tamu undangan terlebih dahulu. Maka sebab itu sekarang Nata tengah menggiring Ayyara yang merengek kakinya pegal untuk duduk di sebuah kursi. Di sebelah Ayyara ada Ziel yang terlihat tampan dengan balutan tuxedo mini warna hitam. Nata, laki-laki ber-tuxedo abu-abu tua itu berjongkok di hadapan istrinya yang terlihat menawan dengan balutan dress rancangan Dior.

"Dua-duanya pegel?"

Ayyara mengangguk menanggapi Nata yang mulai memijat bergantian kedua kakinya. Laki-laki itu seperti tak peduli dengan orang-orang yang berlalu-lalang dan sesekali mencuri pandang pada mereka bertiga. Ayyara tersenyum kikuk pada beberapa tamu undangan yang tak sengaja bertemu pandang dengannya. Jika begini, Ayyara bisa saja di cap istri durhaka karena meminta di pijat oleh suami. Ziel mengamati dengan serius apa yang dilakukan Ayahnya, lalu anak itu mengangguk-anggukan kepala seolah paham.

"Nanti kalo Ayah lagi kerja, terus kaki Mama pegel, Kakak kayaknya bisa gantiin Ayah." Katanya dengan mulut penuh cookies.

Ayyara mengecup gemas pucuk kepala Ziel yang kini sudah bersandar padanya. Nata yang melihat itu mengulum senyum.

"Memangnya bisa? Kaki Mama gede loh,"

"Heh?!"

Nata mengerjapkan mata, mencoba mengais kesadaran sekiranya dimana letak kesalahannya?

"Kamu bilang aku gendut, gitu?!" Ayyara melotot apalagi saat melihat Nata yang terlihat kikuk.

"Loh memangnya saya salah?" Tanya Nata. Laki-laki itu membawa tangan anaknya ke dekat kaki Ayyara, "tuh liat, tangan Ziel kekecilan kalo dibandingin sama kaki kamu."

Ayyara tak terima, dia menepis salah satu tangan Nata yang masih memijat kakinya. "Secara gak langsung kamu tuh ngatain aku gendut. Padahal aku gendut karena bawa anak kamu loh."

"Bukan gitu maksudnya—" Nata meringis saat lengan atasnya di cubit oleh Ayyara. Perempuan itu mendelik dengan bibir mengerucut.

"Pokoknya jahat! Mas jahat!" Ayyara berkata dengan nada seperti di sinetron-sinetron.

Nata menggaruk dahinya tak mengerti. Dia tidak bermaksud mengatakan kalau Ayyara gendut. Dia hanya berbicara fakta kalau tangan Ziel terlalu kecil untuk memijat kaki Ayyara. Kaki Ayyara memang tidak besar-besar amat, tapi kalau Ziel yang memijatnya tentu tetap tergolong besar karena tangan anak itu jelas kecil sekali.

1000% GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang