Semilir angin sore hari yang menyapu terbang surai hitam panjangnya. Kedua insan yang mengatakan saling mencintai tersebut tengah duduk pada salah satu bangku ditepi pantai.
Mendengarkan debur ombak yang begitu memanjakan telinga, menanti tenggelamnya sang surya bersama kekasih. Bukan kah ini yang Syifa inginkan dari kemarin?
Ia ingin memiliki waktu berdua dengan Samudra, namun entah mengapa kini ia merasa ada yang salah. Seperti bukan ini yang ia inginkan.
Dengan pikirannya yang kalut ia bahkan tak sadar bahwa Samudra sedari tadi menggenggam tangannya. Kemudian kini lelaki itu dengan tak tahu dirinya membawa tubuh Syifa ke dalam sandarannya.
Rasanya begitu nyaman, namun kenapa ia juga merasa sesak? Waktu yang Syifa inginkan bukan untuk saling mendiami, ia ingin Samudra terbuka padanya. Katakan ia bodoh setelah mendapat perlakuan seperti ini ia menjadi lupa akan tindakan menyakitkan Samudra kemarin.
Hanya satu yang Syifa pinta, ia ingin Samudra jujur terhadapnya. Ia ingin menghilangkan fakta bahwa yang Samudra butuhkan itu Laras bukan dirinya. Kemudian dengan keberanian yang ia kumpulkan, Syifa dengan lembut bertanya kepada lelaki itu.
"Sam, kamu gak mau jelasin?" tanya Syifa sembari mencoba menahan sesak dihatinya. Matanya yang sudah mulai memanas membuat gadis itu tak berani menatap manik Samudra.
"Ada saatnya lo tahu, tapi jangan sekarang ya? Sekarang gue cuma mau dapet maaf lo dan kita kembali kayak sebelumnya. Lo mau, kan? Maafin gue?" ucap Samudra dengan wajah tak berdosanya.
Jari lentik milik Syifa membawa tangan kekar Samudra untuk ia usap berkali kali. Rangsangan yang justru membuat Samudra merasa bersalah karena terus menyembunyikan sesuatu kepada gadis sepolos Syifa.
"Aku selalu maafin kamu, tapi jangan kelewatan ya? Sekarang hati aku rasanya sesak banget. Kamu gak mau, kan, kalau kita saling merasa muak? Dan aku harap kamu bisa jauhin Laras," ujar Syifa dengan air mata yang sudah menjalari wajahnya.
Samudra terkekeh kecil seraya mengacak surai hitam gadisnya hingga berantakan. "Makin sayang gue sama lo kalau cemburu gini, jangan berubah ya? Karena yang gue sayang cuma lo seorang."
Kali ini Syifa enggan menjawab. Bukankah seharusnya ia yang mengatakan itu pada Samudra? Lelaki dari masa lalu yang tiba tiba menghampiri dan memporak porandakan hatinya, kemudian kini malah hampir beralih ke perempuan lain?
"Kita udah masa akhir, semoga lo bisa masuk ke kampus impian ya? Gue pingin kita ngehabisin waktu kayak gini, bukan saling menjauh kayak kemarin."
Semakin sesak, dua kata yang menggambarkan suasana hati Syifa. Jika saja ia punya keberanian mungkin tangan kecilnya itu sudah menampar Samudra sedari tadi.
Siapa yang dari kemarin menjauh? Samudra, benar? Dengan alasan ada keperluan dengan Laras kemudian meninggalkan Syifa yang masih sibuk ambis untuk nilai rapotnya.
Tapi Syifa hanya memilih untuk bungkam, ia ingin menikmati suasana romantis ini meski dengan hatinya yang sesak.
"Masa akhir kayak gini itu bagian paling berwarna, bentar lagi, kan, sekolah kita bakal ngadain promnight nanti gue bakal ngelakuin prom-proposal yang romantis ke lo. Kayak dividio toktik gitu. Lo mau, kan?" Ia mengangguk.
Membayangkan akan momen yang sempat tersita akibat rasa kecewa, akankah mereka akhirnya bisa kembali tertawa bahagia?
Kali ini Syifa tak peduli dengan dirinya yang belum diberi status pasti, cukup dengan Samudra yang hanya melihat ke arahnya, cukup dengan itu ia sudah merasa bahagia. Berharap caranya bukanlah sebuah keegoisan.
"Lihat deh mataharinya udah mulai tenggelam," celetuk Samudra seraya menunjuk ke arah mega merah yang terlihat sangat indah.
Mereka menatap lamat penampakan matahari tenggelam yang tak sering mereka saksikan. Hingga Samudra yang merasa tak enak karena sedari tadi hening mulai mengajak bicara.
"Lo udah diceritain Rizky belum tentang gue dulu?" Syifa menggeleng sesuai fakta.
Karena kemarin saat Rizky hendak menjelaskannya lelaki itu tiba tiba saja sakit perut, berakhir dengan Ayu yang memperingatinya akan obsesi Laras. Hahh, mengingatnya membuat mood Syifa semakin buruk.
"Mungkin Rizky cerita ke lo, kalau gue tahu lo karena gue gak sengaja buat lo pingsan kena bola basket. Tapi sebelum itu, Mommy ternyata udah sekongkol sama aunty Airin buat masukin lo ke sekolah yang sama kayak gue."
"Mau tahu alasannya apa?" Samudra menggantungkan kalimatnya, kemudian menarik napas dalam dalam.
"Alasannya ternyata karena wasiat mendiang orang tua lo yang minta keluarga gue buat jagain lo. Posisinya disitu gue lagi pacaran sama Ayu, tapi Mommy maksa gue buat putus. Dan dari situ bundanya Ayu jadi dendam sama gue," jelas Samudra sembari menerawang ke langit langit. Mengingat masa lampau yang begitu dramatis.
"Mommy terus maksa gue buat jagain lo meski dari jarak jauh, hampir setiap hari gue dikasih asupan ngeliat album foto yang isinya foto kecil kita. Dan disitu gue bisa ngelihat gimana bahagianya Mommy tiap cerita tentang lo," ujar Samudra yang membuat hati Syifa berdesir hangat.
"Gue selalu merhatiin lo setiap disekolah, sampai yang lo pingsan kena basket itu karena gue gak fokus ngelempar bola karena terus mikirin lo. Akhirnya setelah kelas 12 gue beraniin diri buat bertindak kurang ajar dengan bilang ke publik kalau lo tunangan gue."
"Kalau kata Mommy gue belum siap buat pacaran mending ngasih cap ke lo dulu buat jadi milik gue. Tiap hari gue ngeliat tingkah lucu lo berhasil ngebuat hati gue luluh dan beneran suka sama lo."
"Tapi sekarang rasanya gue nyesel karena baru berani ngedeketin lo pas masa akhir, bodoh ya gue? Kenapa gak dari awal aja?" tanya Samudra retoris.
Syifa menggeleng, kemudian membenarkan posisi duduknya untuk menghadap ke Samudra. Tanpa rasa takut Syifa menarik badan kekar Samudra ke pelukannya, gantian.
"You did all the best, kalau gak ada kamu mungkin aku bakal kesepian disekolah, kehidupan sekolah aku gak bakal berwarna dan heboh semenjak mantan kamu bully aku."
Samudra meringis mendengarnya, rasa bersalah kian menjalari benak hati lelaki itu.
"Karena kamu aku bisa ngerasain kehangatan keluarga dari Mommy sama Papa, makasih ya?" bisik Syifa tepat di samping telinga Samudra.
Ia menyadari, bahkan terasa begitu jelas. Sweaternya yang tiba tiba basah, dan deru napas Samudra yang tak beraturan. Lelaki itu menangis sembari merenungi kesalahannya.
Berharap Samudra tidak akan melakukan tindakan bodoh lagi setelah ini.
****
Di sisi lain Sehan dan Laras melakukan tos dengan smirk yang menghiasi wajah mereka. Laras kini mengetahui bahwa Sehan hanya pura pura tidak bisa bahasa Indonesia demi mendekati Syifa.
"Pokoknya lo lakuin secara natural oke? Jangan makan hati kalau Samudra ngusir lo secara gak pantas. Dan tepat di hari H nanti, semua bakal jadi milik kita," tutur Sehan tersenyum penuh kemenangan.
"So pasti! Gue bakal milikin Samudra, dan Syifa bakal jadi milik lo," pungkas Laras dengan seringai tajamnya.
To be countinue..
Yeay 10k! Sengaja author baru up biar memenuhi target hehe.Puas gak Samudra Syifa baikan secepet ini? Yes/no?
Mau dibuat mereka perang besar gak? Kemarin kan perang dingin. Yes/No?
Kira kira kalau rencana Laras sama Sehan kebongkar siapa yang paling enak dibuat nyesel senyesel nyeselnya? Laras/Sehan?
Siapa mau gebukin Samudra? Ngeselin banget gak sih segala nutupin sesuatu, malah larinya ke Laras. Yang mau Samudra dibuat nyesel ketik "HARUS NYESEL"
See you kapan kapan guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
My PlayBOYFRIEND [On GOING]
RomanceBadan sekuriti sebenernya anak Mommy? Kisah Samudra Pratama Dewantara, playboy tobat yang bertemu dengan gadis masa lalunya. Berawal dari tak sengaja terjebak ditoilet hingga tiba tiba mengakui seorang Sooya Asyifa sebagai tunangannya. Mereka yang...