01

78 20 11
                                    

Seorang gadis memandang ponsel yang berada dalam genggaman nya dengan pandangan sayu, gadis itu menghela nafas pelan merebahkan dirinya pada kasur king size menatap lukisan langit langit angkasa yang bertabur bintang.

"Semesta cape pa, semesta juga sakit,papa kapan pulang? ". Gumam gadis itu hampa.
perlahan rasa kantuk menyerang mata indah nya, gadis itu lalu terlelap. Mengistirahatkan pikiran dan hatinya yang sudah terlalu di paksa kuat selama ini.

³3³3³3³

" Ta, ta, ta bangun ta, semesta bangun "
Semesta menggeliat kecil merasakan guncangan pelan dan suara berat yang sangat dia hafal, gadis itu lalu duduk mencoba membuka matanya dan saat itu pula paras tampan dengan raut datar itu tepat di hadapan wajahnya, semesta tersentak lalu memundurkan kepalanya kesadarannya sudah kembali seutuh nya.

"Kebiasaan lo! " Seru laki laki itu, semesta menghela nafas pelan menatap laki laki yang duduk di hadapannya dengan raut datar.

"salah lo sendiri yang kesini ga bilang bilang, asal masuk kamar anak gadis lagi, gimana kalo gue lagi ga pake baju hah? Mau tanggung jawab lo? "
Laki laki itu menatap semesta heran lantas bangun dari duduk nya mendorong kening semesta dengan jari telunjuk nya pelan.

" Otak lo kebanyakan nonton anime kayanya, cepet gue tunggu di bawah"
Laki laki itu keluar.

Semesta menghembuskan nafas pelan turun dari kasur king size nya masuk kedalam kamar mandi dengan rasa ikhlas setengah hati, algaren samudra arkana itu sangat senang mengganggu hari libur nya.

³3³3³3³

"Lo itu sebenernya mau ngajak gue kemana si?" Semesta menatap samudra sambil memakai helm nya.

"Udah lo ikut aja gausah banyak tanya" Jawab laki laki itu tanpa menoleh. Semesta naik, samudra menjalankan motornya, selama 15 menit mereka hanya saling diam taada satupun dari mereka yang membuka percakapan.

Semesta fokus menikmati senja di sore hari, samudra melirik semesta dari kaca spion senyum tipis muncul saat melihat semesta yang sibuk mengamati matahari yang mulai tenggelam memancarkan cahaya jingga nya yang begitu indah menyatu dengan danau.

Samudra turun, begitu pula semesta yang entah sejak kapan sudah berada di depan danau sambil tersenyum, samudra menghampiri semesta.

senyum nya begitu indah siapapun yang melihatnya akan berfikir bahwa semesta sangat beruntung dalam hidupnya padahal samudra tau, senyum itu bukan hal yang sebenarnya.

Semesta, gadis dengan segala rasa sakit.

"Gue tau alasan lo ajak gue kesini dra" Samudra menoleh, menatap semesta yang masih fokus pada objek di hadapannya.
Gadis itu suka sekali memanggil nya dengan sebutan "dra" Untuk menyingkat namanya. Terdengar kurang cocok memang, tetapi alasan semesta cukup membuat samudra suka atas panggilan yang ditunjukkan semesta kepadanya. Samudra sudah berbicara agar memanggil nya arka saja seperti bundanya, namun gadis itu menolak. Katanya panggilan samudra lebih cocok untuk nya.

"Lo ga perlu lakuin semua ini buat bikin gue terhibur dra, gue tau ko lo pasti pengen hibur gue kan? Lo taukan kalo semalem gue abis berantem lagi sama papa? Karena gue tau, lo itu ngelakuin ini semua bukan tanpa alasan" Gadis itu menatap netra tajam samudra.

Samudra tersenyum tipis, memandang danau yang ada di hadapannya "ternyata emang gue ga bisa bohong dari lo ya, reynindia semesta aldeon"

Semesta terkekeh ikut menatap danau yang ada di hadapannya.
"Gue bingung dra, gue punya keluarga yang utuh tapi gue ga pernah dapet perhatian yang utuh"Semesta tersenyum "disaat orang bilang kalau keluarga rumah tapi ga tau kenapa gue malah cari rumah itu dra, keluarga itu emang rumah, tapi ga semuanya rumah itu tentang keluarga, bahkan gue gatau harus percaya sama siapa selain percaya sama allah".

" Lo bisa cerita semua ke gue ta, lo bisa jadiin gue rumah buat lo pulang" .

Samudra menatap semesta, gadis itu menoleh menatap samudra
"gue bukannya ga percaya sama lo dra, tapi gue tau lo juga punya masalah" .

Semesta menatap danau kembali tersenyum manis
"setiap orang punya porsi bahagia sama luka nya masing masing, gue percaya itu ko. Gue juga tau lo juga punya masalah yang mungkin itu lebih berat dari gue".

" Gue ga akan sakitin lo ta" Semesta mengangguk masih mempertahankan senyumnya .

"gue percaya ko dra, tapi manusia bisa kapan pun berubah dan disaat perubahan itu terjadi, gue gamau benci sama lo karena lo kecewain gue, gue gamau benci sama orang yang udah selalu ada buat gue, meskipun itu di masalalunya" Gadis itu menjeda ucapannya "tapi lo gausah khawatir dra, gue akan ada disaat lo butuh gue buat denger semua cerita lo".
Samudra memeluk semesta mengusap puncak kepala gadis itu pelan.

" Yang harus lo pahami cuma satu, coba ikhlas sama nerima semuanya. Walau udah kecewa berkali kali lo harus tetep bangkit sama jalanin hidup lo, makasih ya dra, lo udah mau hibur gue".

Semesta membalas pelukan samudra, tersenyum di balik punggung lebar yang selalu ada untuk nya.

³3³3³3³

Broken WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang