020

19 4 0
                                    


Eyoooo

Balik lagi niii, mumpung aku lagi sempet ide juga lagi ngalir jadi kita lanjut yaaa.

Happy reading.......






















3333333



















"Dok, meta mau nanya"

Rendra yang sedang mendorong kursi roda yang semesta kenakan itu berhenti di sebuah taman, taman rumah sakit yang selalu semesta kunjungi setelah kemoterapi nya.
"Nanya apa? "

Dokter berparas tampan dengan mata seperti rusa itu duduk di samping semesta, ikut memperhatikan pasien yang sedang melepas penat dari lelah nya bertahan hidup.

"Kepribadian seseorang itu, emang nya bisa diliat dari cara kita bersikap? Atau cara kita berperilaku? "

"Tentu, itu gambaran simpel buat nilai kepribadian seseorang dari caranya bersikap dan berperilaku, bisa dibilang bisa dicerminkan dari sana".

Semesta mengangguk, netranya ikut menerawang jauh ke langit.
" Tapi dok, apa itu bisa jadi alasan kuat buat menjudge mereka cuma dari cara mereka bersikap dan berperilaku? Bukannya kepribadian seseorang itu rahasia pribadi kan? "

"Iyaa kamu bener, kepribadian itu sebenarnya cuma kita sendiri yang tau"

Netra seperti rusa milik dokter Rendra itu menerawang jauh ke depan, seperti yang semesta lakukan saat ini tetapi dengan objek yang berbeda.
"Saya emang bilang kalo kepribadian bisa dicerminkan dari cara bersikap, tetapi saya gapernah membenarkan kalo semua orang bisa seenaknya nilai kepribadian kita cuma dari cara kita berperilaku, soalnya manusia itu jago buat nipu".

Senyum tipis terukir dibibir tipis dokter muda itu.
" Kepribadian itu terbentuk dari lingkungan dimana kita hidup, apa yang kita jalani dan apa yang kita buat. Kepribadian itu hal yang dibentuk dari apa yang selama ini udah kita lalui. Manusia itu jago banget sama hal yang namanya nipu, kamu tau semesta? Ada banyak orang yang sebenarnya memiliki luka yang besar tapi keliatannya dia bahagia. Kenapa bisa gitu? Karena dia bisa nutupin itu semua dengan senyumnya, dengan keceriaannya dan dengan kesabarannya".

"Mirisnya, manusia sekarang suka banget ikut campur urusan orang lain. Mereka seenaknya memperburuk luka yang sebenarnya belum sembuh dengan kata-kata mereka, seenaknya menghakimi mereka yang keliatannya mungkin ga sama sama manusia lain. Maksudnya, mereka bisa banget nilai sesuatu dari apa yang mereka liat. Tapi mereka lupa sama satu hal, apa yang mereka liat ga selalu apa yang mereka mengerti".

Rendra menjeda sejenak ucapannya, kini menatap semesta yang masih dengan seksama mendengarkan ucapannya.
"Manusia emang dasarnya gitu ta, mereka bakal hujat apa yang ga sesuai dengan keinginan mereka, padahal di balik itu ada hal yang sama sekali mereka gatau. Mereka cuma liat satu sisi tanpa mau liat sisi lain, klise nya alesan mereka buat cari pembelaan omongan mereka buat lindungin diri mereka sendiri sama buat narik persetujuan publik itu kata opini. Padahal yang mereka ungkapkan udah jelas sama sekali bukan opini. Tapi asumsi"

"Kamu ngerti maksud saya? "

Semesta mengangguk, berbicara dengan Rendra adalah salah satu hal yang semesta sukai. Laki-laki yang kini menjadi dokter di umurnya yang muda itu memiliki fikiran yang sangat terbuka, cara pandang yang sangat luas dan presepsi yang mudah semesta mengerti.

Broken WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang