Sebelumnya, sorry and thanks for a lot. Makasih karena udah sabar dan mau nemenin cerita ini sampe pembacanya udah 600 sekarang. Jujur aku seneng banget, maaf karena cerita ini masih banyak kurangnya, dari segi semuanya. Apalagi aku belum bisa buat nentuin selingan bagian hal lucu kesannya kaya ceritaku ini ngebosenin banget, tapi semoga kalian tetep enjoy ya. Maaf juga karena aku gabisa up cepet.
Udah deh langsung aja ya????
Happy Reading......
33333333
Bunda menatap semesta yang baru saja sampai di dalam rumah nya di hari yang tentunya sudah sangat larut. Dengan pakaian yang sedikit basah karena bunda yakin semesta turun lebih awal dan tidak berhenti di garasi mobil karena itu pula bajunya harus terkena tetesan air hujan sebelum memasuki rumahnya.
"Sayang, harusnya turunnya di garasi aja biar kamu gak keujanan kaya gini, dingin loh" Ucap niana yang menghampiri semesta dengan segelas teh hangat, menuntun gadis itu untuk duduk di sofa ruang tamu miliknya.
"Hehehe gapapa bunda, sedikit doang ko meta gabakal dingin kalo cuma segini"
Niana menggeleng heran, memberikan teh hangat itu yang langsung diterima oleh semesta.
"Makasih bunda" Ucapnya yang diangguki niana."Kalo gitu bunda ke kamar dulu ya? Meta langsung ke kamar arka aja, kalo dia udah tidur Meta langsung kekamar biasa, nginep aja yaa sayang. Maaf bunda ngerepotin Meta".
Semesta tersenyum, menatap bunda Niana dengan binar mata nya yang indah pada bola matanya yang hitam pekat.
" Bunda.. Meta kan udah bilang, Bunda ga ngerepotin Meta sama sekali. Justru Meta yang banyak repotin Bunda. Bunda tenang aja yaa Bunda istirahat aja"Niana memeluk Semesta, mengusap puncak kepala gadis itu pelan.
"Makasih sayang, makasih karena udah bertahan sejauh ini. Bunda tau Meta anak yang kuat, bunda ada disini sama Meta".Semesta tersenyum tipis, membalas pelukan hangat Niana dengan pandangan mata nya yang perlahan meredup.
Bunda.. Meta ga janji bisa bertahan lebih lama lagi..
33333333
Samudra perlahan terusik dari tidurnya saat merasa pergerakan yang menyapu halus helaian rambut hitamnya. Netra tajamnya terbuka, mencoba menetralisir sakit kepala nya dan menatap sosok gadis cantik yang kini tersenyum sambil mengusap rambutnya pelan.
"Semesta? " Gumamnya pelan
Semesta mengangguk, berdeham menjawab gumaman lirih samudra.
Sedetik kemudian dirinya jatuh tepat pada dada Samudra yang terbaring di ranjangnya, Samudra memeluknya dengan sangat erat hingga Semesta sama sekali tidak bisa bernafas.
"Woi woi lo mau bunuh gue apa gimana? Gabisa napas anjir! "
Namun Samudra hanya diam tak melepaskan pelukannya atau bahkan menjawab ucapan Semesta, Samudra hanya bergeming dengan suhu tubuh yang semakin panas. Semesta bisa merasakan panasnya Nafas Samudra yang menerpa kulit kepalanya.
"Dra? Badan lo panas banget, lepas dulu ok? Lo makan dulu minum obatnya" Ucap Semesta pelan, tangannya terangkat mengelus bahu Samudra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken World
Teen Fiction_tak semua luka bisa di ungkap kata, tak semua kata sesuai yang diungkap mata_ Entah orang lama yang membuat luka baru atau orang baru yang menjadi rumah singgah paling nyaman. Tapi bagaimana jika kehidupan yang merupakan rumah sama sekali bukan t...