2. Jean: Nomor acak

37 5 0
                                    

Satu bulan lebih dari cukup untuk basa-basi. Di tengah kesibukanku, aku masih sempat-sempatnya mencari hiburan. Hidup tak boleh sekaku kanebo kering, yang ada malah karyawan pada takut. Prinsip Papa enggak boleh kebawa-gila hormat dan pengakuan. Namun, kata Papa 'jadilah yang berwibawa'.

Aku sudah ditahap itu. Namun, berwibawa tak mengantarkanku menemukan jodoh. Aku terus jalan di tempat seakan dipikiranku hanya tanggungjawab kantor yang diwarisi Papa. Aku ini bodoh soal cinta.

Hampir saja frustasi melanda gara-gara mengacak nomor di tengah lenggangnya pekerjaan. Semua membuahkan hasil dari hasil kerja kerasku satu bulanan ini.

Aku menemukan Ana sebagai teman chatting-ku. Dan aku berharap nanti kami akan lebih dari teman Chatting.

Aku, Jean Adnan Darmawan. Penerus sekaligus direktur utama Winner Group. Perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur.

Best product dari Winner Group adalah deterjen. Ibu-ibu rumah tangga tak jauh dari cuci mencuci. Winner Group juga memproduksi kebutuhan pangan seperti mi instan yang tak kalah larisnya.

"Gita, saya tunggu di ruangan."

Orang kepercayaan aku akhir-akhir ini adalah Virgita. Aku lupa nama panjangnya karena aku lebih sering mendengar Gita-sapaannya.

Cuma dia yang paling lama menjadi kepercayaanku, yang lainnya mengundurkan diri tanpa alasan jelas. Kayanya cuma Gita doang yang tak melihatku sebagai lelaki, biasanya cewek-cewek tiba-tiba salah tingkah di depan aku. Aku tahu, aku memang ganteng!

Tak lama perempuan yang kupanggil datang. Dia berdiri di depan kursi dengan wajah bertanya-tanya. Sebenarnya dia lumayan cerewet, kalau sudah ngomong bisa sepanjang rel kereta, tetapi dialah karyawan terbaik aku saat ini. Rajin, displin, dan jujur.

"Ada apa, pak?"

"Kita suruh tim pemasaran rapat dan Ryan wajib datang sebagai sang raja inovator kita."

"Kapan, Pak?"

"Sepuluh menit lagi. Karena saya bakal sibuk untuk ke depannya."

"Baik."

Virgita tak pernah membantah. Aku suka cara dia bekerja. Selalu menuruti kemauanku dan selalu satu pemikiran.

Perempuan itu meninggalkan ruanganku. Aku bisa melihat repotnya Gita menelepon sana sini melalui kaca besar sebagai pemisah antara ruangan aku dengan karyawan di bawah pemimpinanku. Mereka harus diawasi biar bekerja tak seenaknya sendiri.

Aku mengecek ponsel baru yang kubeli sudah lebih dari satu bulan. Ponsel ini khusus untuk mengirim pesan untuk Ana, perempuan yang aku kenal melalui nomor acak yang kubuat. Upayaku mencari teman chatting berujung manis.

Kenapa tak pakai aplikasi dating saja? Simple, aku kaya dan ganteng. Siapa yang takan tergoda. Aku tak mau hasil kerja kerasku sia-sia untuk diporotin. Sudah banyak lelaki yang menjadi korban dan aku bukan orang bodoh jika harus mengikuti jejak mereka. Jadi aku enggak mau terjebak oleh para perempuan yang memasang foto seksi di sana. Jangan lupa, papa juga sering mengirim perempuan untuk dijomblangin. Semua kutolak karena aku Jean Adnan Darmawan yang bisa mencari perempuan sendiri. Kerjaan jalur Papa masa jodoh juga harus jalur Papa.

Ana
Nan, punya bos kampret enaknya diapain?

Aku ketawa membaca pesan darinya. Dia ini sering curhat tentang bosnya yang katanya otoriter dan pelit sampai ujung dunia. Aku suka cara dia berkespresi melalui pesan-pesan singkatnya yang lebih sering berisi sambat. Aku enggak boleh gegabah biar dia lancar terus mengirim pesan yang selalu menghiburku. Aku enggak boleh jujur kalau aku mulai tertarik dengannya gara-gara ketikannya yang selalu menghiburku.

Prediksi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang