"Ghava, ayo buruan."
Aku gagal malam mingguan dengan Ghava dan anak-anak pantiku dulu. Memang tidak mudah menolak ajakan Tante Ratna, malam mingguan dengan anak-anak panti juga penting. Namun, aku tahu Tante Ratna seperti apa. Bisa-bisa aku dikuliti kalau tidak menampakan batang hidungnya dihadapannya.
Malam minggu jalanan lumayan ramai. Tetapi karena aku sangat terburu-buru ke hotel, tempat Tante Ratna ulang tahun aku meminta Ghava menyalip beberapa kendaraan.
Aku membonceng Ghava dengan dress selutut mengenakan motor. Tanpa harus aku jelaskan posisiku gimana, kalian harus paham kalau aku harus menyamping boncengnya.
"Motor kamu kenapa masuk bengkel lagi?"
"Remnya rusak, mendadak," jelasku setengah teriak karena tahu kalau setengah suara cemprengku pasti terbawa angin.
Fakta yang ada adalah motorku sedang terparkir di kantor sampai sekarang. Kemarin aku diantar pulang Pak Jean sampai rumah. Katanya, "saya enggak tega bagunin kamu tadi pas di kantor, Git. Jadi saya bawa kamu pulang."
Ghava menyalip beberapa kendaraan sepanjang perjalanan. Aku sudah terlambat karena harus ke panti sebentar untuk minta maaf dengan Bunda Jihan atas pembatalan ini. Sebelumnya, aku sudah menghubunginya lewat pesan, tetapi tetap saja enggak enak dengan Bunda.
Sampai di depan hotel, ternyata ada Pak Jean di depan pintu utama hotel yang disewa Pak Jean. Aku turun dari motor dan pamit ke Ghava, tetapi sebelum itu Ghava merapihkan dandananku malam ini. "Udah. Have fun, ya." Untung dia sadar diri untuk tidak merusak rambutku yang sudah kucatok.
Tak lama dari kepergian Ghava, ternyata ada mobil yang menyusulku. Pintu mobil itu terbuka dan di dalamnya ada Mbak Jess.
"Papa ..." seorang anak kecil berlari dari dalam mobil menuju ke Pak Jean. Itu Jordan, anak kecil yang di rumah sakit waktu itu.
"Gita," sapa Mbak Jess mendekat dan kami saling cipika-cipiki. "Kenapa enggak bareng, Mas Jean?"
Rupanya Mbak Jess lihat kepergian Ghava.
"Ayo, udah ditunggu, Mama," potong Jean.
"Papa beneran enggak datang kan, Mas?" tanya Mbak Jess.
Kami mengekori Pak Jean dan Jordan di belakang.
Pak Jean berhenti. "Kita hadapi sama-sama ya."
Riak muka mbak Jess berubah. Seperti ada rasa takut di wajahnya. "Mas, aku kan udah bilang. Aku enggak mau kalian kenapa-napa lagi gara-gara aku."
"Bukan saatnya kita membahas ini. Ayo, Mama sudah nunggu."
Kedua tangan Pak Jean terisi semua. Satu menggendong Jordan satunya menggandeng Mbak Jess. Aku hanya menjadi penonton sampai tiba di tempat acara.
Dekor bernuansa elegan tentu menjadi tema kali ini. Jangan lupa tante Ratna itu orang kaya. Namun, ada hal yang jauh dari ekspektasiku. Aku pikir sudah banyak tamu yang datang, mengingat aku sudah terlambat setengah jam lebih. Ternyata tidak lebih dari dua puluh orang kira-kira.
"Cucu Mama akhirnya datang." Wajah sumringah tante Ratna tidak bisa dibohongi ketika kami datang.
Jordan dibawa ke tante Ratna dan Mba Jess pun mengikuti Jordan dan memberi ucapan selamat tahun untuknya.
"Kenapa terlambat?" tanya Pak Jean saat aku menunggu giliran mengucapkan selamat.
"Macet."
"Oh."
Sekarang giliranku mendekat ke arah tante Ratna dan mengucapkan selamat untuknya. Tante Ratna bahkan memelukku.
"Kamu di samping tante aja ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prediksi Cinta
ChickLitMenemui peramal untuk mempertanyakan jodoh, menjadi pilihan Virgita Anatasya. Ditemani Ghava sahabat seperjuangannya, Virgita mendapat jawaban yang entah harus dipercaya atau tidak setelahnya. Setelah pulang dari sana, kebetelun-kebetulan selalu ter...