Tawaku hampir meledak setelah membaca pesan dari Ana.
Hampir saja aku kehilangan akal sehat karena memikirkan siapa mata-mata yang dikirim Papa untuk Jess. Aku tadinya mau marah ke Gita karena dia bisa kecolongan oleh klien besar, Pak Hartono; pemilik saham terbesar manufektur terbesar di Indonesia. Dia menggagalkan meeting dan kerja sama secara sepihak tanpa memberitahuku langsung.
Jelas aku marah. Namun, membaca pesan dari Ana yang dia kirim sehari yang lalu membuatku meledak tawanya.
Nanda
Gue baru pegang hp. Sorry kalau gue enggak fast respon.Jadi cewek susah ya, An. Saingannya bukan sesama cewek doang.
Aku melirik ke meja Gita yang ternyata dia tengah melihatku aneh. Mungkin karena dia belum pernah lihat aku selantang ini ketawanya.
Ana
Mungkin ini penyebab gue jomblo akut.Nanda
Kan ada gue yang sama-sama singleTapi aku urungkan mengirim kalimat itu.
Nanda
Tuhan lagi buat rencana besar buat lo.Ana
Buat jadiin gue bidadari untuk suami gue kelak.Tapi, gue juga lg bikin rencana besar.
Nanda
Apatuh?Ana
Gue mau resign dari kantor setelah akhir tahun.Nanda
Why?Ketukan pintu dari Gita menyadarkanku kalau aku harus bekerja. Ngomong-ngomong soal, resign aku juga enggak masalah kalau Papa mau mengambil alih perusahaan ini lagi. Aku masih bisa survive sendiri tanpa dia. Aku sudah memiliki pengalaman besar di kantor yang Papa bangun.
"Pak, ada panggilan dari Tante Ratna. Ibu, bapak." Dia menyodorkan ponselnya untukku.
"Biar saya hubungi ulang saja, kamu matiin saja."
"Tapi ..." aku enggan mendengar protesnya.
Aku menekan tombol merah mematikan panggilan dari Mama. Kalau berurusan dengan Mama pasti repot.
Gita keluar dari ruanganku tanpa kuminta. Aku menelepon Mama.
"Ma, kan bisa telepon langsung ke aku, ngapain harus ke Gita? Dia kan lagi kerja." Mana Gita wajahnya asem banget gara-gara habis aku marahi.
"Memangnya Mama enggak tahu kamu, kamu mana mau ngangkat telepon Mama di jam kerja."
"Jujur, Mama tumben telepon, ada apa?"
"Kangen sama anak, Mama."
"Bukan itu. Mah, Papa aja sudah bosen loh jodohin aku sana-sini."
"Siapa sih yang mau jodoh-jodohin kamu. Jangan ke-pede-an deh."
Aku terdiam karena kupikir mama bakal jodohin aku lagi dengan anak-anak temannya.
"Mama cuma mau kamu ajak Gita ke ulang tahun mama."
Ulang tahun? Astaga, aku sampai lupa kalau lusa mama ulang tahun. Lingkaran merah di kalender mejaku tak berfungsi ternyata. Aku mana sempet beli kado kalau hari ini jadwal rapat saja rapet.
"Kan, Mama tadi udah telepon sendiri sama Gita." Aku menoleh ke meja Gita dan ternyata dia sedang tidak di mejanya.
"Iya, mama ngomong ke Gita, juga ke kamu. Jangan lupa ya, kalau bisa kamu berangkat bareng."
Mama ngadi-ngadi.
Mama memutuskan sambungan telepon sebelum aku membela diri. Gita pasti risih kalau harus berangkat bareng sama aku.
Aku keluar ruangan untuk mengecek pekerjaan Gita di mejanya. Aku suka cara kerja dia. Bunyi notifikasi pesan dari ponselnya sedikit menarik perhatianku.
Ghava
Nongkrong malam minggu.
Biar otak kamu enggak pecah gara-gara bos gila!Aku jemput.
Sedikit kesal dengan pesan yang masuk. Ghava? Siapa dia sampai ngatain aku gila. Jangan mentang-mentang kamu pacar Gita bisa seenaknya sendiri.
"Bapak, ngapain?" Aku hampir menjatuhkan berkas-berkas yang ada di meja Gita saking kaget akan kedatangannya.
"Cuma mau ngecek kerjaan kamu. Biar mata saya tidak rusak lihat typo bertebaran." Aku cukup kesal karena aku dibilang gila.
Aku menegakkan badan penuh percaya diri biar dia tidak curiga kalau aku tadi tidak sengaja melihat pesan dari Ghava. Ternyata aku seburuk itu di belakang Gita.
"Kamu dari mana? Keluyuran terus, bukannya banyak kerjaan yah?"
"Bapak enggak lihat, saya bawa gelas. Tanpa saya jawab saya habis ke pantry juga bapak tahu."
Aku cukup tercengang dengan Gita. Aku tahu dia cerewet, tapi dengan jawabannya begitu aku cukup kesal untuk kedua kalinya.
"Kamu diundang Mama ke acara ulang tahunnya, lusa. Alias malam minggu!" Setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkannya.
Melihat dia hari ini, bikin aku kesal saja. Aku menutup pintu dengan keras biar dia tahu kalau aku juga lebih kesal darinya. Apakah aku segila itu, Virgita?!
Dia merapihkan tumpukan kertas dan menyeruput sedikit es coklat andalannya. "Bisa-bisanya masih berselera minum, setelah bikin aku kesal." Aku menutup semua akses dia untuk melihat ke arah ruanganku.
Penutup jendela otomatis tak payah membuatku banyak bergerak.
Mencari Ana sepertinya keputusan yang tepat.
Nanda
Cewek kalau tiba-tiba kesal itu kenapa?Ana
PMS kaliNanda
Ada obatnya?Ana
Wkwkwk, enggak ada lah.
Cukup dikasih pengertian aja.Btw, pacar lo?
Nanda
Adik gue.Gue JOMBLO Ana.
Sengaja aku mengetik kata jomblo sebesar-besarnya biar jelas.
Ana
Sama dong.Aku juga mengharapkan seperti itu dari Ana. Kalau aku sudah ada keberanian aku bakal ngajak dia ketemuan biar kedua orangtua aku stop jodoh-jodohin aku. Cukup tahu kode yang dia berikan.
Virgita
Rapat di lantai 45.
Tim Pak Jung segera tiba.Fiks! Gita beneran lagi PMS. Dia saja biasanya ke ruanganku langsung kalau kasih tahu soal rapat. Sekarang dia malah via chat. Mau dipecat tapi susah cari modelan kaya dia. Apalagi Temi sudah memperingatiku soal Gita jangan dipecat.
Aku merapihkan dasi dan memakai jas. Aku keluar dari ruangan dan tidak menemukan Gita di sana. "Gita mana, Des?" Cuma Desi yang mejanya lumayan dekat dengan arah jalanku.
"Tadi udah jalan duluan."
Dia beneran PMS ya? Memang harus begitu kalau PMS, biasanya juga tidak pernah menunjukkan kalau dia sedang PMS. Dia selalu terlihat sehat dan bugar, tanpa pernah menunjukkan kalau dia sedang sakit.
Seharusnya aku yang marah karena dia bersikap tidak sopan denganku.
Aku ke lantai yang ditujukan oleh Gita. Tempat rapat yang tidak biasa karena hari ini tim Pak Jung langsung ke Winner Group jauh-jauh dari Korea. Selain akan kerja sama dengan sang idol, Pak Jung juga berencana bekerja sama dengan kami untuk mempromosikan agensinya.
Rapat belum di mulai karena kami harus menunggu pihak kedua.
Lantai 45 menjadi tujuanku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prediksi Cinta
أدب نسائيMenemui peramal untuk mempertanyakan jodoh, menjadi pilihan Virgita Anatasya. Ditemani Ghava sahabat seperjuangannya, Virgita mendapat jawaban yang entah harus dipercaya atau tidak setelahnya. Setelah pulang dari sana, kebetelun-kebetulan selalu ter...