Chapter 3: Riska: Don't you?

57 35 20
                                    

Eriko atau Erik terbangun di kamar tidurnya. Dia berusaha mencerna mimpi absurdnya tersebut.

"Cuma mimpi ternyata," dia meregangkan seluruh tubuhnya sampai mencapai klimaks.

"Tapi cewe itu siapa ya?" dia berusaha untuk berpikir lebih keras apa maksud mimpi tersebut.

Eriko yang tidak ingin ambil pusing memilih untuk melupakannya dan bergegas untuk berangkat sekolah. Baru saja ia berjalan selangkah, sesuatu menarik perhatiannya. Di meja belajarnya terdapat liontin vision berwarna ungu yang sama persis seperti mimpinya tadi malam.

Dia lupa kapan ia pernah memiliki liontin itu. Dia berpikir akan mengambilnya untuk diberikan pada pacarnya, Riska. Tidak ingin ambil pusing, Eriko segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Setibanya disekolah, ia seperti biasa melakukan runtititasnya. Seperti menyapa teman-teman, dibegal geng motor disekolah dan lain-lain.

"Pagi sayang," sapanya hangat pada Riska yang tampak sedang membaca buku pelajaran.

"Oh iya, pagi juga," Riska menutup bukunya dan memilih untuk fokus terhadap Eriko

"Sayang, kamu suka liontin gak?" Eriko berusaha membuka percakapan diantara keduanya.

"Suka, Rik. Emang kenapa?" Riska mengerutkan keningnya dan menatap heran Eriko.

Eriko mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan mendapati  liontin yang tadi pagi ia temukan di meja belajarnya.

"Nih, sayang. Kamu suka gak?" Eriko menunjukkan liontin itu pada Riska.

Riska terkejut bukan main. Entah hal apa yang membuatnya terkejut sehingga dia terbujur kaku tak bergerak. Matanya melotot memandangi liontin itu tanpa berkedip sama sekali. Eriko berusaha menyadarkannya sampai kemudian Riska terjatuh tak sadarkan diri.

Eriko membawa Riska ke uks dengan perasaan gelisah dan khawatir dengan kesehatan pacarnya. Sampai tiba-tiba...

Sekelompok geng motor disekolah Eriko yang terkenal dengan kebandelannya datang menghampiri Eriko di kelas. Mereka adalah Samuel yang merupakan pemimpin mereka, Dhio yang merupakan tangan kanan Samuel dan anggotanya yang lain: Marcel, Anan, Farel.

Samuel langsung mendobrak pintu kasar dan langsung mendapati Eriko. Eriko berusaha menghindar dari serangan Samuel namun Samuel lebih kuat dari Eriko.

"Sam? kenapa? ada apa?" Eriko berusaha bertanya apa yang sebenarnya terjadi sambil dipukuli oleh Samuel.

"Ini yang lo balas ke Riska setelah dia sayang sama lo? Lo nyakiti dia? Lo tega ngeliat dia terbaring di uks?" Samuel terus melayangkan tinjunya pada Eriko.

"Sam, hentikan tolong. Gue ga maks---"

Tiba-tiba Riska datang dalam keadaan baik-baik saja. Matanya yang semula berwarna hazel berubah menjadi berwarna hitam. Dia mengangkat tangan kanannya keatas dan seketika mengeluarkan bola berwarna biru. Dia menggunakan bola itu untuk menghempas Samuel ke pojok kelas membuat dirinya berlumuran darah.

Eriko yang melihatnya tampak takut dan gemetar. Riska seketika menunduk dan kemudian ia mengeluarkan senyum pekiknya menyembunyikan tatanan giginya.

Eriko terlihat takut. Nafasnya terengah-engah dan bibirnya gemetar. Dia meraih liontin yang tadi ia jatuhkan ke lantai. Saat Riska perlahan mendekat padanya, Eriko menggenggam perlahan liontin itu. Dia kembali pada malam di mimpinya namun anehnya dia tidak dapat melakukan apa-apa disana. Hanya untuk mencari kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.

Eriko melihat Maydeline yang sedang meringkuk ketakutan di gubuk itu. Dia melihat alamarhum ibunya yang mengajaknya untuk memeluknya. Maydeline polos mengejar almarhum ibunya dan berhasil memeluk almarhum ibunya.

Almarhum ibunya kembali menghilang. Maydeline menjadi ketakutan dan dia berlari mencari jalan pulang karena ibunya telah membuatnya berlari jauh dari gubuk itu.

Maydeline merasa ketakutan, dia mencengkram liontin itu agar membuatnya merasa tenang. Sampai ketika dia terpeleset dan jatuh ke dalam jurang yang sangat curam. Dia berhasil berpegang pada kayu yang tergantung di sisi jurang.

Dia terus memanggil ibunya dan nama Riko. Tapi, tidak ada yang bisa menolongnya.

Sampai akhirnya Riko datang untuk menolongnya. Namun nahas Riko berhasil menolong Maydeline tapi tidak dengan menolong dirinya. Riko terjatuh ke dalam jurang itu namun Maydeline selamat.

Keesokan harinya, seseorang menemukan mayat Riko yang kepalanya berlumuran darah masih mengenakan baju SMA. Orang itu melaporkan penemuan mayat tersebut ke polisi.

Polisi dengan sigap menangani kasus Riko. Tidak ditemukan tanda kekerasan. Ditemukan juga secarik foto Riko dengan wanita yang wajahnya tidak bisa diidentifikasi lebih lanjut karena terkena noda cat.

Polisi juga menemukan jejak kaki seorang gadis perempuan yaitu Maydeline. Saat dimintai keterangan, Maydeline menolak untuk menjawab apapun karena  dia takut dan berusaha untuk menghibur dirinya bahwa itu semua bukan salahnya.

Maydeline terus menghibur dirinya. Sesekali ia datang ke tempat tewasnya Riko lalu dia meletakkan bunga disana dan menuliskan beberapa surat yang ia berharap Riko akan menemukannya dan membaca surat miliknya.

"Riko, beristirahatlah dalam damai. Ini bunga untukmu. Aku tahu kamu pasti bosan dengan bunga yang aku bawakan. Kali ini, aku membawakan hadiah untukmu. Ini adalah lukisan kita berdua. Aku melukisnya untuk mengenang dirimu, Riko. Beristirahatlah dalam damai. Salam hangat, Maydeline".

 Salam hangat, Maydeline"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sumber from pinterest

A Gate for the Hell Away (Terbit) (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang