Chapter 2: Life never end here

65 40 29
                                    

Mereka pun menelusuri hutan kembali ditengah malam. Sampai benda berkilau berwarna ungu menarik perhatian Maydeline. Benda itu adalah liontin visionnya dan dibaliknya terdapat pena kesayangan Maydeline.

"Rik, emm boleh minta tolong gak?" tanya Maydeline.

"Kenapa, May?"

"Emm...Anuuu tolong ambilin kuas aku dirumahh dong pleasee" Maydeline menunjukkan muka kasihannya.

"Emm, iya May tapi aku antar kamu dulu ke gubuk baru nanti aku balik lagi kerumah kamu," Riko menggendong Maydeline. Maydeline pun mengangguk setuju dan mereka kembali ke gubuk itu.

Riko pun berlari menuju rumah Maydeline. Dia berjalan mengendap-endap bak seorang pencuri. Mengintip dari jendela satu ke jendela lain untuk memastikan ayahnya sudah tertidur atau tidak ada disana. Disaat ada momen yang tepat, Riko langsung memanjat menuju lantai 2 rumah Maydeline.

Riko pun berhasil naik ke lantai 2 rumah Maydeline dan mendarat tepat di depan kamar Maydeline. Jendela lebar dan besar namun sayang jendela itu terkunci dari dalam.

Riko memutar otaknya untuk mencari peralatan yang sekiranya dapat menolongnya. Tanpa sengaja dia menemukan kuas disekitar situ.

"Ah kuas, mungkin Maydeline menjatuhkannya. Bisa ga ya gw coba bobol pake kuas?" sungguh pemikiran yang gila Riko.

Setelah hampir setengah jam, dia berhasil membobol paksa kunci jendela kamar Maydeline. Dia mengendap-endap masuk dan mengambil cat, kuas, dan kanvas milik Maydeline layaknya seorang pencuri.

Saat Riko hendak kembali, secarik foto mencuri pandangannya. Foto itu adalah foto Riko dengan wanita yang wajahnya blur karena terkena cat minyak sepertinya tak sengaja ditumpahkan Maydeline.

"Waduh ini gw? Tapi sama siapa? Eh mungkin ini copy-an gue kali. Mungkin gw terlalu ganteng makanya punya kembaran. Wkwk," Riko memandangi secarik foto tersebut dan tertawa kecil. Dia pun mengantongi foto itu di sakunya lalu bergegas kembali.

Riko sampai ke gubuk di hutan. Dia tidak mendapati Maydeline disana. Karena panik, Riko langsung menjatuhkan kuasnya dan berlari menelusuri hutan untuk mencari Maydeline.

Lagi dan lagi ia menemukan liontin vision di hutan yang ia tahu itu adalah milik Maydeline. Dia mengikuti arah liontin itu bersinar dan berhasil membawanya ke jurang yang sangat curam. Saat melihat kebawah, pemandangan mengerikan yang didapati Riko.

Riko melihat Maydeline yang berusaha menyelamatkan dirinya. Maydeline bergantung pada sebilah kayu di ujung sambil membayangkan betapa curamnya jurang tersebut. Di titik ini, Riko panik dan berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Maydeline.

Mata Riko terbuka lebar bak orang melotot. Dia membungkuk sedikit dan berusaha mengulurkan tangannya pada Maydeline.

"MAYY!! BERTAHAAN," teriaknya

"MAY AKU BAKALAN NOLONGIN KAMU. TENANG AJA MAY," Riko semakin panik tak karuan.

"Rik, aku...udah memang begini biarkan aja aku begini, Rik," Maydeline menangis.

"Tenang May masih ada harapan! kamu harus yakin," Riko berusaha meyakinkannya.

"Harapan apa, Rik? Aku udah gapunya harapan semenjak ibu meninggal," Maydeline semakin menangis.

Kini kayu yang menjadi pegangan Maydeline hampir terjatuh kebawah.

"Riko, tolong ikhlaskan aku," ucap Maydeline ketika sebilah kayu itu sudah diujung tanduk.

*GEEEPPP*

Riko berhasil menarik tangan Maydeline.

"May, bertahan May. Ayok naik keluarkan semua tenagamu. Ayo berjuang bareng!" ucap Riko sambil menangis.

Maydeline sudah lemas, menyerah, ketakutan semua perasaannya bercampur aduk.

Riko mengerahkan semua tenaganya untuk menyelamatkan Maydeline. Dan seketika....

*GUBRAAKK*

Maydeline selamat, tapi tidak dengan Riko.

Riko berhasil menyelamatkan Maydeline tapi tidak berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.

Riko terjatuh dengan kedalaman -+1 km.

Dia ditemukan tewas keesokan harinya karena mengalami pendarahan yang hebat di kepala.

Dia kembali terbangun, tapi semua ini berbeda.

A Gate for the Hell Away (Terbit) (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang