Chapter 4: Samuel: Won't Hurt You

51 32 20
                                    

Eriko kemudian terbangun di ruang kelasnya setelah mendapat penglihatan tentang mimpinya. Riska mengusap lembut kepalanya. Eriko membiarkan tangan lembut Riska mengelus hangat rambut cepaknya.

"Loh, Ris?Bukannya kamu?" Eriko perlahan tersadar lalu membuka matanha secara perlahan.

"Enak tidurnya, Rik?" Riska tersenyum lembut pada Eriko. Ahhh, sunggu surga duniawi pada senyum Riska.

"Makasih ya liontinnya, nih aku ada sesuatu buat kamu" Riska merogoh sesuatu dari tasnya dan mendapati sebuah pena merah. "Nih!"

Eriko kaget bukan main. Matanya mencermati tiap sisi pena itu. Di pena itu ada nametag yang bertuliskan 'MFR'. Mirip dengan pena yang ada di mimpinya. Eriko hanya mengira bahwa itu hanya sebuah kebetulan belaka. Dia tidak ingin terbawa suasana terlalu dalam.

Setelah melamun hampir 5 menit, Riska menyadarkan Eriko dengan menepuk-nepuk pundaknya.

"Rik, kamu gapapa?"

"Eh, iya Ris," seketika Eriko reflek mengangkat kedua tangannya. Riska tertawa kecil mengingat betapa lucu pacarnya tersebut.

"Nih," Riska meraih tangan Eriko dan meletakkan pena itu di telapak tangannya. "Jaga baik-baik ya"

"Kamu mau jalan ga hari ini nanti pulang sekolah tapi," tanya Riska dengan kedua tangannya menopang dagunya.

"Mau kemana, Ris?" tanya Eriko.

"Ke taman biasa aja, nanti ya pulang sekolah,"

Eriko mengangguk setuju dan mengiyakan permintaan Riska. Akhirnya bel masuk pun berbunyi dan mereka hanya menunggu hingga pulang sekolah.

*********

*TIIIIIIIINNNNNNN*

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Eriko menepati janjinya untuk membawa Riska ke taman tempat mereka sering bermain.

Taman itu sungguh seperti surga bagi mereka berdua. Taman itu dihiasi dengan pepohonan besar dan bunga yang indah. Air mancurnga bergerak mengikuti irama angin.

Mereka duduk dibawah pohon dan berbincang-bincang sambil menikmati suasana taman yang damai.

Sedang asyik berpacaran disana, kebisingan suara knalpot motor mendekat kearah mereka. Gengnya Samuel mengganggu kencan mereka pada hari itu seolah tidak puas dengan kejadian kemarin.

Riska spontan panik dan takut. Ia hanya bisa bersembunyi dibelakang Eriko. Eriko berusaha menenangkannya padahal jauh dari lubuk hatinya ia merasa gemetar dan takut. Tapi dia bertekad untuk selalu melindungi Riska karena Riska adalah tanggung jawabnya.

Samuel dan gengnya semakin mendekat dan terlihat jelas wajah mereka yang penuh dengan kesombonhan dan keangkuhan.

"Lah, disini rupanya samsak kita. Gas pukuli," ucap Samuel lalu turun dari motornya dan melepaskan helmnya. Tak lupa ia merapikan rambut cepaknya.

"Erik, aku takut," Riska menenggelamkan wajahnya di punggung Erik dan menyembunyikan badannya disana.

"Jangan takut, Ris. Kan ada Erik," Eriko berusaha menenangkannya dan memegang kedua tangannya.

"Jangan ngebucin deh," Samuel menolak dada Eriko seketika membuatnya dan Riska hampir terjatuh namun dengan sigap Eriko menolongnya.

Riska mendekap di pelukan Eriko dan dia mula sedikit menangis.

"Ris, gue sayang sama lo," Samuel menyatakan perasaannya lalu mendekati Riska.

"Gue tau, gue adalah orang yang terburuk yang pernah lo temui, tapi setidaknya---"

A Gate for the Hell Away (Terbit) (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang