R.I.P

11 14 0
                                    

Setelah perpisahannya dengan Eriko, kini Maydeline terbangun di kamar rumah sakit. Tidak ada siapa-siapa disisinya, hanya keheningan yang memenuhi ruangan itu. Semerbak wangi obat-obatan pun sukses membuat Maydeline candu.

Dia menelusuri ruangan tiap ruangan sambil berpegang pada dinding rumah sakit itu. Dia merasa kesepian disana padahal kondisi sedang ramai. Sampai akhirnya seorang dokter menolongnya untuk kembali ke kamarnya.

"Kamu telah koma setelah 1 tahun. Kamu akan sedikit kehilangan ingatanmu," ungkap sang dokter pada Maydeline.

Maydeline merasa bingung. Apa yang membuat dirinya koma selama itu. Yang sia tahu dirinya hanya dibelenggu dalam penjara dunia Riska, bagian dirinya sendiri.

"Saya tidak tahu pasti apa alasannya. Yang pasti kamu mengidap skizofrenia. Seseorang membawamu kesini dalam keadaan kritis," imbuh sang dokter.

"Siapa orang itu?" tanya Maydeline.

"Dia bernama William gyasal noseliam, mengaku sebagai tunangan anda," ungkap sang dokter.

"Dimana dia sekarang?" tanya Maydeline merasa kecarian terhadap William.

"Dia mempunya jadwal rutinnya setiap pukul 1 siang," jawab sang dokter.

Maydeline kemudian melihat jam dinding kamar tersebut dan mendapati jam yang sudah melewati pukul 2 siang.

"Apakah dia tidak akan mengunjungiku?" tanya Maydeline kecewa.

Secara tiba-tiba William datang tepat di pintu itu membawakan Maydeline bunga dan beberapa kertas yang berisikan coretan tangan William yang mengungkapkan betapa rindunya William dengan Maydeline.

Melihat Maydeline yang sudah sadar, William langsung memeluk Maydeline. Maydeline sempat mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

"Bunga-bunga itu untukku?" tanya Maydeline polos.

"Jangan pikirkan bunganya, pikirkan aku," tegas William.

"Kamu siapa?" Maydeline sedikit bercanda.

"Kamu melupakanku?" William kecewa.

"Tidak aku hanya bercanda," kemudian mata Maydeline menangkap sekumpulan surat yang dibuat William. "Surat-surat ini untukku?" tanya Maydeline.

William mengangguk, lalu Maydeline membuka satu persatu kertas itu.

"Tolong bacakan," perintah William.

"Untuk Maydeline sayang. Aku harap kamu dapat menyempatkan waktumu untuk membaca ini. Aku sangat merindukanmu lebih dari apapun. Aku ingin melihat senyum mu lagi. Aku ingin menceritakan banyak hal padamu setelah kau bangun nanti tapi aku berpikir tidak bisa karena aku akan melupakannya. Hahahahaha! Maydeline, kamu pasti bertanya-tanya mengapa kamu bisa ada dirumah sakit ini dan bangun dalam keadaan koma. Sayang, Eriko telah mengikhlaskanmu. Kamu terlalu mengejarnya sehingga kamu jatuh dalam belenggumu sendiri. Maafkan aku sayang, aku tidak dapat seperti Eriko namun aku akan berusaha yang terbaik! -penuh cinta, William"

isi surat pertama

"Sudah hampir 2 bulan semenjak kamu koma, aku sangat merindukanmu. Aku tahu kamu pasti merindukannya jadi aku dengan rutin mengunjungi makamnya untuk mengganti bunganya. Aku sangat merindukanmu, Maydeline"

isi surat kedua

"Ini terakhir kalinya aku akan mengirimu surat. Sudah 8 bulan berjalan tidak terasa kamu masih terbaring disana. Aku ingin sekali menyerah tapi entah kenapa gadis didalam mimpiku mengajakku untuk tetap kuat. Aku mencintaimu, Maydeline!"

isi surat ketiga/terakhir

Maydeline yang membaca surat-surat William seketika menangis kencang tak karuan. Ia bisa merasakan emosi yang mendalam kembali setelah perjalanan panjangnya dalam melawan penyakitnya. Kini Maydeline tidak harus berjuang sendirian karena ada William yang selalu ada disisinya.

Maydeline memegang kepalanya dan melihat luka yang terbalut perban disana. Dia harus menggunakan kursi roda untuk berpergian karena kondisinya yang belum stabil. William juga selalu mendukung dan menjaga Maydeline disetiap langkahnya.

A Gate for the Hell Away (Terbit) (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang