(21)

8.6K 436 45
                                        

Udah chapter 21 aja nih ya. Gk kerasa. Kalian yang baca mah gk kerasa, saya ini yang nulis sampe kering otak😂

Canda....yaudah ini lanjut aja ya. Author pikir kalian bosen sama ceritanya. Ternyata ada juga yg minta lanjut. Makasih yaa readers...🥺happy reading all....






















.

.

.

"Kita tunggu dia pulang saja. Jawabannya ada pada dia. Apapun keputusannya, anda siap kan?" ujar Taeyong sambil mengusap usap pundak wanita tersebut.

"Apapun keputusannya, saya terima. Jika memang anda adalah pengganti saya yang lebih baik, saya serahkan pada anda." jawab wanita itu dengan tangisnya.

"Sudah jangan menangis. Bersyukurlah, anda masih diberi kesempatan untuk bertemu dengannya."

Wanita itu menatap Taeyong dalam lalu meraih tangan Taeyong. "Ya, aku sangat bersyukur. Aku sangat berterima kasih pada kalian. Terima kasih."

Wanita itu terus mengucapkan terima kasih pada Taeyong dan Jaehyun.

Lalu tak lama, suara gaduh di depan rumah mengalihkan pandangan Taeyong.

"Itu suara anak anak. Kamu tunggu sini."

Taeyong sedikit berlari ke arah pintu dan membukanya. Ya, kelima putranya telah pulang dari sekolah. Mereka tampak sangat ceria.

Taeyong tersenyum.

"Selamat siang Bubu." sapa Beomgyu senang lalu mengecup pipi kanan Taeyong kemudian berlari memasuki rumah.

"Kalian langsung masuk ke kamar masing masing ya. Mandi, ganti baju. Nanti kalo waktunya makan siang, Bubu panggil kalian." perintah Taeyong.

"Siaaap!!"

Taeyong beralih menatap Haechan.

"Untuk Haechan, ikut Bubu ya."

Haechan tersenyum lalu mengangguk tanpa ragu dan tanpa ada kecurigaan.

Sambil menunggu anak anaknya melepas sepatu, Bubu berpikir bahwa mungkin ini saat yang tepat.

Apapun keputusannya, itu haknya. Haechan adalah anak yang kuat.

Setelah ke empat anaknya masuk ke kamar masing masing, Taeyong mengajak Haechan ke ruang tamu. Mereka duduk di kursi berhadapan dengan wanita itu.

"Echan...kamu masih ingat dia?"

Saat Taeyong menunjuk wanita itu, Haechan mengikuti arah tunjuknya.

Seorang wanita yang seperti nya menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Haechan mengeryit lalu kembali menatap Bubu nya bergantian dengan Daddy nya. Mereka tersenyum.

Haechan semakin bingung. Kenapa malah tersenyum? Haechan bingung.

"Dia siapa Bu?"

Wanita itu menyingkirkan tangannya lalu menatap Haechan penuh haru dan bergeming memanggil nama anak semata wayangnya.

Haechan membelalakkan matanya.

"M-mama?"

"Haechan ini mama, nak."

Bukannya berlari menghampiri mamanya, Haechan meringkus di balik tubuh Daddy nya, takut.

Bertahun tahun ia tak dianggap, ditelantarkan, di buang. Kini kembali padanya dengan penyesalan.

Haechan memang sudah lupa siapa itu mama di kehidupannya. Ia bahkan menganggap dirinya tak pernah mempunyai seorang mama. Hanya Bubu.

Mamanya kini semakin menangis melihat anak nya yang malah takut padanya. Ia sudah gagal menjadi ibu. Bahkan anak kandungnya saja takut pada dirinya.

Jung Haechan in Jung FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang