Jaemin's House...
"Maaaaak!!!! Ini kaos kaki aku mana??"
Teriakan Jaemin yang sudah biasa di hari Senin. Ia selalu kehilangan kaos kaki nya. Padahal selalu ditemukan oleh ibunya.
Jaemin sampe heran, apa ibunya itu punya mata banyak? Atau pengingat di otak ibunya saja yang terlalu over?
Ibunya para readers gitu juga ngga? Ibu author gitu juga soalnya😂
"Ojok bengak bengok!!!" (Jangan teriak teriak!!!) nah, ibunya Jaemin datang masih membawa sodet dari dapur.
Jaemin yang sudah terburu buru itu hampir saja ingin menangis karna kaos kakinya belum juga ketemu.
Ia mengobok obok lemarinya sedari tadi. Nihil. Ia tetap tidak menemukannya. Jaemin sudah menata bibirnya siap untuk mewek. Bagaimana tidak? Sudah jam 7 kurang 20 menit.
"Minggir dulu biar bunda yang cari. Cukup diam dan duduk disana!" ucap bunda sambil menunjuk kasur putranya.
Jaemin menurut. Ia melihat ibunya itu mengambil alih untuk mencari barang itu.
"Lagian kenapa sih selalu ilang setiap hari Senin? Gak tau apa Nana gak mau telat! Ishh!!" gerutu nya sambil menghentak hentakkan kakinya ke lantai.
"Mangkane nek bunda lempit lempit klambi iku melok o! Biar tau barang mu itu kamu taruh mana." (Mangkanya kalo bunda lipet lipet baju tuh ngikut!)
Jaemin hanya membalasnya dengan hentakan kaki kesal.
"Nih!! Ini loh kaos kaki mu. Digolek i disek, ojok kesusu nanges ae wes gede! Wes ndang iki digawe ndang mangan, mangkat!" (Dicari dulu, jangan nangis, udah gede! Dah ini dipake terus makan, berangkat!)
Ini nih yang bikin Jaemin heran. Kok bisa gitu loh. Padahal kan tadi dia cari gak ada. Kok giliran bundanya yang nyari malah ada.
Jaemin mengambil kaos kaki itu lalu memakainya. Kemudian ia langsung menuju dapur untuk makan.
Sesampainya di meja makan, Jaemin duduk dikursinya dengan wajah yang masih ditekuk. Hidungnya merah karna menahan agar tidak menangis tadi.
Ayah Jaemin sadar akan itu, beliau hanya tersenyum maklum. Maklum karna ini hari Senin, jadi pasti banyak drama di pagi hari.
"Kenapa lagi anak ayah yang cantik ini?" ucap sang ayah mencoba menggoda putranya.
"Ayah!! Berapa kali Nana bilang, Nana itu cowok, ganteng bukan cantik, ishh." Jaemin semakin bete.
"Iyadeh iya....."
Jaemin buru buru menghabiskan sarapannya, lalu bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Ia hanya jalan kaki ke sekolah karna jaraknya lumayan dekat. Eh enggak. Dekat banget malah. Cuma melewati 3-4 rumah, ia sudah sampai.
Tapi kali ini Jaemin tidak bisa jalan bersantai. Ia harus mempercepat langakahnya untuk sampai ke sekolah tanpa terlambat.
Saat gerbang sekolah sudah terlihat dimatanya, ia mengubah jalan cepatnya menjadi berlari.
Brakk!!
Jaemin menghela nafas berat. "Pak! Bukain dong...saya habis nganter nenek saya tadi ke rumah sakit. Plis ya, Pak bukain."
Jaemin memelas kepada penjaga gerbang sekolahnya. Mana ada neneknya sakit. Bahkan neneknya sudah berpulang ke Rahmatullah.
Alibi Jaemin saja agar bisa masuk ke lingkungan sekolahnya. Upacara akan segera dimulai beberapa menit lagi.
"Yang bener kamu?"
Jaemin mengangguk semangat dengan mata berbinar. Bagus kali aktingnya yagesya.
"Yaudah masuk! Lain kali titip salam ke temennya ya biar konfirm ke saya." tutur pak satpam itu sambil membuka kembali gerbang sekolah.
"Iya Pak. Makasih ya, Pak."
Jaemin masuk dan menaruh tasnya di bawah pohon belakang lapangan, lalu berbaris ke arah kelasnya untuk mengikuti upacara bendera.
"Loh? Taro ikut? Tumben."
Masih inget Shotaro anak mana? Di chapter awal udah aku sebutin ya.
Jaemin melangkah maju menghampiri Shotaro yang lengkap dengan seragam putih birunya, topi, dasi, ikat pinggang.
"Heh!" Jaemin menepuk pundaknya pelan membuat Shotaro menoleh.
"Apaan?"
"Ngapain?"
"Upacara gini loh."
"Maksud gue....tumben gitu loh. Lo kan wibu."
Taro merengut "Pala lo wibu. Gak semua orang Jepang tuh wibu ye." solotnya.
Jaemin tertawa keras "Santaiii. Iya kok tumben mau? Panas loh Tar."
"Sekali kali lah, Na. Udah sana balik! Mau mulai nih."
Jaemin mengundurkan diri dari hadapan Shotaro untuk kembali ketempatnya.
Upacara dilakukan dan terlaksana seperti biasa, hikmat, tapi sesekali ada yang tumbang pingsan karna berdiri terlalu lama dan terpapar sinar matahari.
Sedikit cerita, soalnya author juga gitu. Pernah sih pingsan beneran, tapi kebanyakan cuma pura pura mweheh, bisa bolos satu pelajaran di jam pertama euy..☺️
Jangan ditiru ya gaiss...gabaik buat kelulusan hehe. Tapi author lulus HUAHAHAHA.
.
.
.
.
Sudah 30 menit berlalu, seluruh penghuni sekolah selesai melakukan upacara dan memasuki kelas masing masing, ada juga yang mampir ke kantin beli minum.
Jaemin sudah berada di kelas sejak tadi. Ia sedang sibuk dengan ponselnya. Gurunya tak kunjung datang, apakah tidak hadir?
Baru saja Jaemin berpikiran seperti itu, seorang pria paruh baya memasuki kelasnya tanpa membawa apapun.
"Lha kok guru piket?"
Pria itu berdiri di samping meja guru, tidak duduk. Beliau menyuruh siswa nya untuk diam sejenak.
"Baik anak anak, hari ini mapel IPA yang di isi oleh bu Osi, sementara kosong dulu ya, dan-"
Belum juga guru itu menyelesaikan kata katanya, kelas sudah heboh dengan teriakan kemenangan. Siapa sih yang ngga suka sama jamkos?
"DIAM!!"
Kelas yang semula ricuh menjadi diam kembali. Pria itu melanjutkan kata katanya kembali.
"Bu Osi tidak bisa mengajar hari ini dan 3 minggu kedepan karna beliau mengambil cuti persalinan."
"Oooh iyaaaa Bu Osi kan bunting besar." ucap Jaemin lirih sambil terus mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru didepannya.
"Jadi Pak, selama mapel IPA disetiap jadwal kita kosong?" seorang siswa bertanya.
"Iyaa soalnya masih belum ada guru sementara untuk pengganti."
"Mantep cuy kita bisa bolos anjeeeerr." ucap siswa itu pada teman temannya dengan suara yang hampir tak terdengar. Teman temannya pun ikut bahagia.
"Baiklah anak anak, itu saja yang bisa saya sampaikan, bapak keluar dulu ya, jangan berisik, kelas sebelah lagi belajar!"
"BAaIiiK PaAAKkk!!"
Ngantuk euy..besok lagi yaa see you in the next chapter guys....
Vote and comment ya gaiiisss
Lopyu more readers....

KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Haechan in Jung Family
De Todo"Mulai sekarang, namamu menjadi Jung Haechan. Mengerti?" Tidak semua orang tua angkat itu jahat dan orang tua kandung itu baik.