Part 10

8.2K 1.4K 370
                                    


Plak... Tamparan keras dari gadis yang baru masuk ruang ganti baju membuat semua orang yang ada disana terkejut bukan main. Gadis yang ditampar hanya bisa membelalakkan mata dengan tangan memegang pipi bagian kanan bekas tamparan cukup kencang tersebut. Terasa sangat perih dan panas.

"Lo ada masalah apa sama gue? Hah!" Teriaknya kencang.

"Lo emang bego atau pura-pura bego. Lo tahu Zavy punya anak istri tapi lo dukung dia buat deketin Meli, bahkan lo nyomblangin dia sama Meli. Lo gila!" Balas Riri berteriak tak kalah kencang. Bahkan jari telunjuknya menunjuk tepat didepan mata Lendri. Embusan napas tak beraturan Riri terdengar cukup kencang, terlihat sangat menahan emosi agar tak meledak.

"Lo kata siapa?" Tanya Lendri mulai menurunkan nada suaranya. Riri berdecih pelan sebelum memegang kedua bahu Lendri sangat kuat, tatapan matanya semakin tajam dan menusuk.

"Meli lihat sendiri, dia udah tahu Zavy punya anak istri. Lo gak suka sama Meli? Lo ada masalah apa sama Meli sampai bikin dia kayak gini? Dia ngerasa jadi pelakor karena sibajingan Zavy itu. Jawab, Len. Lo ada masalah apa sama Meli!" Teriak Riri semakin kencang sebelum mendorong Lendri hingga menabrak meja rias.

"Gue gak pernah punya masalah sama Meli." Kedua tangan Lendri yang berpegangan pada meja rias mencengkram sangat kuat meja berbahan dasar kayu tersebut. Matanya terus bergerak mencari objek lain dan yang pasti itu bukan Riri.

"Terus? Kenapa lo maksain dia deket sama Zavy? Gak pernah bilang status Zavy punya anak istri. Lo deketin mereka tanpa beban, tanpa mikir perasaan Meli ataupun istrinya Zavy. Dari awal gue udah curiga sama kalian berdua. Tapi gue selalu diem dan cuma bisa ngomel sama Meli karena terlalu buta sama cinta Zavy."

"Kenapa lo diem aja? Lo bisu? Syok apa tolol mendadak." Tanya Riri semakin tajam. Langkah kakinya juga semakin dekat dengan Lendri.

"Gue gak suka sama Meli, dia selalu dapet peran yang gue mau, dia selalu jadi pusat perhatian. Gue pengen dia ngerasain sakit hati kayak gue, Ri. Gue pengen dia tahu rasanya ada tapi gak dianggep. Dan lo lihat, Zavy selalu datengin istrinya setiap weekend dan menolak ajakan Meli untuk sekedar jalan-jalan. Dia harus ngerasain apa yang gue rasain, Riri. Dia harus ngerasa sakit hati dan ada tapi gak dianggap kayak gue selama ini." Riri tertawa pelan dan bertepuk tangan, langkah kakinya mundur beberapa langkah memberi sedikit jarak. Sampai matanya melirik seseorang yang baru datang, lelaki tampan dengan balutan jas sangat rapi itu tampak bingung dengan kegaduhan yang terjadi.

"Gue bakal memperlihatkan apa itu sakit hati, Lendriana Safitri." Bisik Riri sebelum berjalan mundur. Tatapan matanya tak lepas dari Lendri sedetikpun, sampai dia berada didepan lelaki dengan jabatan General Manager ditempat Lendri bekerja.

Tanpa berbasa-basi Riri membalikkan tubuhnya dan menarik leher lelaki itu sebelum menciumnya sangat dalam. Matanya terpejam sangat rapat, kakinya sedikit menjinjit karena perbedaan tinggi mereka berdua. Mahardika menegang merasakan bibir lembut Riri, kedua tangannya masih ada disaku celana depan terkepal cukup kuat. Matanya berkedip beberapa kali untuk mencerna apa yang sedang terjadi dan setan apa yang merasuki Riri saat ini.

"Maaf, Pak." Bisik Riri setelah melepaskan ciumannya. Mahardika berdeham pelan setelah sadar dari rasa terkejutnya.

"Keruangan saya, Ri." Balas Mahardika berbisik juga. Riri hanya mengangguk pelan sebelum menoleh menatap Lendri dengan senyum miring serta alis naik sebelah, terlihat sangat mengejek.

Dia tahu Lendri menyukai Mahardika sejak lama. Bahkan Lendri kerja di agensi ini juga karena mengejar Mahardika, namun lelaki dingin itu tak pernah melirik Lendri sama sekali. Sebaliknya Riri yang dari awal menatap Mahardika biasa saja justru dikejar. Riri dan Mahardika kenal karena perusahaan Lavi bekerja sama dengan agensi tempat bekerja Mahardika.

Krisan Kesayangan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang