Devnath duduk bersebelahan dengan Melisya seperti sebelumnya. Dan Gavril berdiri didepan anaknya dengan kedua tangan bersidekap didepan dada, tatapan mata yang sangat tajam dan menusuk membuat kedua anaknya bergidik ngeri. Mereka seperti bukan dihadapkan dengan ayahnya tapi dengan musuh yang siap menghabisi kapan saja dia mau.
"Masih gak ada yang mau bicara? Apa dulu kalian gak diajari menjawab pertanyaan? Melisya Adriana Armish! Devnathan Gavindra Mevrillio Armish!" Bentak Gavril untuk yang kesekian kalinya.
"Maaf, Daddy." Gumam Devnath yang merasa sangat terintimidasi dengan tatapan mata Gavril.
"Maaf? Karena apa? Berantem masalah apa? Udah ngerasa paling jago ngehajar orang sampai tulang pipinya retak?" Tanya Gavril berjalan memutari sofa. Melisya memejamkan matanya sejenak sebelum tersenyum manis berusaha menenangkan hatinya dan berniat membela adiknya.
"Ini bukan salah Dev, Dad. Ini salah Meli."
"Sampai kapan kamu bela adikmu? Dan kamu Dev, sampai kapan kamu akan berlindung dibawah ketiak Kakakmu? Jangan karena Kakakmu belain terus kamu jadi seenaknya! Kamu ini cowok harusnya jadi pelindung cewek dan terutama Kakakmu dan Ibumu!" Nada suara Gavril meninggi diakhir kalimatnya membuat dua anak itu terkejut bukan main. Tubuhnya bergidik ngeri membayangkan apa yang akan dilakukan Gavril setelahnya.
"Mas, dengerin dulu anakmu jawab. Tanya alasan dia apa, emang selama ini Dev pernah mukulin orang lain kalau gak sama kamu?" Suara perempuan yang sangat mereka kenal berdiri diambang pintu dengan tubuh bersandar pada kusen pintu membuat Gavril mendongak.
"Belain terus, Ra. Kalau dia nanti jadi cowok gak bisa apa-apa cuma ngandelin orang tua gimana?"
"Dengerin dulu makanya alasan dia apa. Jangan emosian, udah tua gak takut darah tinggi? Gak takut ninggalin anak istri selamanya?" Sinis Azzura membuat Gavril membelalakkan matanya. Kenapa istrinya bisa selancang itu berbicara masalah hidup dan mati, sangat tak sopan sekali.
"Jawab siapa yang kamu pukulin, alasan kamu apa. Gak usah kayak sinetron pakai acara pandang-pandangan, mikir jawab enggak bahkan bengong sok syok. Jadi berjilid-jilid gak kelar-kelar nanti!" Sentak Azzura membuat Devnath lagi-lagi harus menelan ludahnya susah payah.
Dia melirik Gavril sejenak sebelum tersenyum hambar, matanya berkedip beberapa kali sebelum menata bahasanya untuk menjawab pertanyaan dari Azzura. Dia tak boleh salah menjawab sedikitpun semua harus benar dan tertata.
"Yang aku pukulin, mantan pacar Kak Meli. Dia nyakitin Kak Meli dan aku gak terima Kak Meli disakiti." Jawab Devnath lantang.
Gavril diam seribu bahasa mendengar jawaban Devnath, otaknya benar-benar berhenti berpikir untuk beberapa saat. Anak lelakinya menghajar orang yang sudah menyakiti anak perempuannya? Dan dia tak tahu masalah itu? Sungguh tak habis pikir dia melewatkan hal sepenting itu.
"Mel, jawab." Ujar Gavril cukup lirih. Azzura menatap anak gadisnya dan menaikan sebelah alisnya meminta jawaban.
"Aku udah pacaran sama dia kurang lebih setahun terakhir ini, aku kenal dia di agensi, dia fotografer aku sebelumnya bahkan sampai sekarang tapi udah gak seaktif dulu. Dari awal pacaran aku gak tahu sama sekali kalau dia udah punya anak istri..."
"Tunggu, dia suami orang?" Tanya Gavril memastikan indra pendengarannya masih berfungsi sangat baik atau tidak. Anggukan pelan Melisya membuat Gavril menggeleng tak percaya.
"Aku gak tahu sama sekali kalau dia udah punya anak istri, Daddy. Aku juga gak mungkin sejahat itu sampai merusak rumah tangga orang lain demi kepentingan pribadi. Aku bener-bener gak tahu, Daddy." Tangisan Melisya membuat Gavril yang termenung tersadar seketika. Dia memejamkan matanya sejenak sebelum duduk di sebelah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisan Kesayangan (End)
RomanceMelisya Adriana Armish, gadis cantik berusia dua puluh lima Tahun yang memiliki kehidupan cukup sempurna. Orang tua lengkap dan harmonis walaupun ibunya bukan ibu kandung, tapi ibu tiri. Namun walaupun begitu tak membuat kehidupan Melisya berubah ka...