Melisya berjalan sangat cepat menuju IGD untuk bertemu dengan kekasihnya. Napas memburu, mata terus menangis membayangkan betapa menderitanya Alex saat ini setelah melewati pertengkaran dengan lelaki tak bermutu seperti Zavy. Dia yang awalnya membenci Zavy kini semakin benci lagi, sangat-sangat benci bahkan muak.
"Alex!" Panggil Melisya kencang. Suaranya bergetar, bibir sedikit mengerucut membuat Alex tersenyum miring dan melebarkan kedua tangannya.
"Kamu kenapa ladenin dia sih? Kan aku udah bilang dia itu orang gila." Tanpa basa-basi Melisya menubruk dada bidang Alex cukup kencang. Memeluk tubuh kekasihnya sangat erat.
"Cuma luka dikit doang, Dev juga bantuin." Mendengar nama adiknya Melisya melepaskan pelukannya sangat cepat. Alex melirik ranjang sebelah yang terisi remaja tampan dengan luka disudut bibirnya.
"Kok kamu juga?" Melisya beralih ke ranjang Devnath. Memperhatikan luka adiknya, walaupun lukanya kecil dan tak terlalu parah tapi tetap saja Melisya khawatir.
"Tadi aku gak sengaja lewat lihat orang berantem niatnya mau misahin, tapi ternyata Kak Alex sama mantan Kakak yaudah ikutan akhirnya." Jari lentik Melisya yang awalnya mengusap ujung bibir adiknya kini terhenti.
Dia menatap adiknya tajam, bibirnya menganga disusul cubitan sangat gemas. Bagaimana bisa awalnya ingin memisahkan tapi justru ikut dalam perkelahian itu juga sangat tak masuk akal. Sedangkan Devnath mengusap pinggangnya yang dicubit Melisya tadi. Cukup menyakitkan memang lebih pedih dari cubitan Azzura.
Melisya kembali ke ranjang Alex karena lukanya lebih banyak dari Devnath, walaupun usia lebih tua Alex tapi untuk masalah adu tonjok Devnath lebih unggul. Dilatih terus tanpa ampun oleh Gavril selama ini rugi kalau dia tak bisa menghajar seonggok manusia tak berguna seperti Zavy.
"Kalian udah makan?" Tanya Melisya yang sadar sejak tadi Alex belum makan, Devnath mungkin juga belum makan.
"Belum," sahut mereka bersamaan.
"Yaudah aku beli makan dulu," Melisya pergi untuk mencari makan. Alex dan Devnath saling pandang dengan senyum miring.
~~~
Dua bungkus ayam geprek serta air putih dingin sudah berada di dalam paper bag yang dibawa Melisya. Dia membeli didepan rumah sakit, makanan disana rasanya cukup menjanjikan tak terlalu pedas juga sambalnya. Devnath memang tak bisa makan pedas sama sekali.
"Meli?" Suara sangat lembut yang memanggil Melisya dari kejauhan membuat gadis itu menoleh mencari sumber suara.
Sampai, dia melihat sosok perempuan cantik dengan setelan kantoran. Rambut panjang tergerai, riasan tipis yang sudah lumayan pudar serta beberapa dokumen didalam map yang dibawa membuat Melisya tersenyum manis.
"Mbak Agni ngapain disini?"
"Oh aku habis jenguk temen kantorku, dia dirawat disini. Kamu sendiri ngapain disini? Ada kerabat yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisan Kesayangan (End)
RomansaMelisya Adriana Armish, gadis cantik berusia dua puluh lima Tahun yang memiliki kehidupan cukup sempurna. Orang tua lengkap dan harmonis walaupun ibunya bukan ibu kandung, tapi ibu tiri. Namun walaupun begitu tak membuat kehidupan Melisya berubah ka...