Part 22

8.7K 1.4K 343
                                        


Sebuah kursi ber-cat putih dipinggiran danau buatan dengan hujan deras membasahinya membuat Melisya mengadahkan wajahnya menatap langit yang terlihat sangat petang. Sorot matanya menampilkan rasa sakit yang luar biasa, dadanya masih terasa sangat sesak mengingat fakta terbaru yang dia ketahui ternyata dirinya bukan anak Gavril. Hal yang sangat dia banggakan selama ini memiliki ayah hebat seperti Gavril, bahkan dia mendambakan suami seperti Gavril karena perlakuan lelaki itu selama ini. Sungguh dia merasa sangat beruntung saat itu.

Tapi setelah mengetahui semua faktanya perasaan itu hancur. Dia memang masih mengagumi sosok Gavril karena dia memang hebat. Dan untuk saat ini perasannya berubah menjadi rasa bersalah, terasa seperti memiliki hutang budi dengan Gavril karena tahu sekarang ternyata dia hanyalah pamannya bukan ayah kandungnya.

"Ma, pengen ikut." Isakan kencang Melisya tersamarkan dengan suara hujan jadi tak ada yang bisa mendengarnya.

Disisi lain, disebuah ruangan perusahaan lelaki tampan menatap air hujan yang membasahi pintu kaca balkonnya. Entah kenapa perasaannya terasa sangat kacau saat ini. Padahal dia tak ada masalah apapun, dia juga baru saja meeting dan mendapatkan tender besar.

"Pak, ada Ariana." Ujar sekretaris Alex membuat lelaki itu menoleh. Dia mengangguk membiarkan Riri masuk.

"Lex, lo harus nyari Meli. Dia pergi dari rumah." Ujar Riri sangat cepat. Alex yang mendengar hal itu sangat terkejut, ada apa lagi dengan gadis itu?

"Dia kemana?" Tanya Alex panik.

"Ya mana gue tahu. Makanya lo bantu gue nyari, Dika sama Kak Rafka juga udah ikut nyari ini."

Alex mengangguk dan mengambil jasnya terlebih dahulu sebelum berlari keluar ruangan bersama Riri. Entah kemana dia akan pergi yang penting dia keluar perusahaan lebih dulu. Saat sampai di basement Alex menaiki mobilnya tanpa sopir. Biasanya dia akan membawa sopir saat jam kerja, tapi karena sekarang waktu yang sangat genting dia mengemudi sendiri.

Tiga puluh menit Alex berputar-putar disekitar kota namun tak menemukan Melisya sama sekali. Berakhir dia menepikan mobilnya di bahu jalan untuk rokok sejenak, sekarang dia sudah berada dipinggiran kota. Sepuluh menit lagi dia mengemudi dijalan yang lurus sudah masuk kabupaten tetangga.

"Meli, ada apa lagi sih?" Gumam Alex sembari menghembuskan asap rokoknya. Matanya terpejam dengan kepala bersandar pada kursi mobil berusaha menjernihkan pikirannya yang sedang kacau.

Sungguh dia berniat langsung melamar Melisya saja daripada seperti ini. Pernikahan terpaksa di awal dan bucin diakhir juga banyak yang berhasil, riset membuktikan. Jadi kalau mereka menikah mungkin awalnya Melisya akan terpaksa tapi seiring berjalannya waktu pasti gadis itu bisa jatuh cinta dengan dirinya. Dan juga kalau mereka sudah suami istri sangat mudah mengawasi daripada seperti sekarang.

"Apa dia ke danau waktu itu?" Tanya Alex mengingat dia pernah bertemu Melisya di danau saat gadis itu sedih.

Alex segera menjalankan mobilnya lagi menuju danau tak jauh dari posisinya saat ini. Tinggal putar balik, ada perempatan belok kanan, mengikuti jalan sampai ada lampu merah lagi belok kiri sudah sampai. Tangan kiri memutar kemudi mobil, tangan kanan memegang rokok sesekali saat tak dihisap membuat Alex terlihat cukup tampan jika dilihat para gadis disamping jalan.

Sebuah parkiran danau menjadi pemberhentian Alex, dia mengedarkan pandangannya terlebih dahulu untuk mencari sosok Melisya. Sampai, tatapan matanya menemukan gadis mungil yang duduk dikursi membelakangi dirinya. Alex tersenyum tipis sebelum melepaskan sabuk pengamannya, dia baru saja hendak turun namun teringat apa yang akan dia bicarakan saat bertemu dalam kondisi seperti ini?

"Apa gue jadi badut lagi?" Alex berpikir cukup lama sampai dia melepaskan jas dan melonggarkan dasinya. Dia mengambil kotak berwarna merah di jok belakang, kotak tersebut berisi baju badut berwujud beruang yang dia pesan dari temannya. Tak mungkin dia terus menyewa apalagi Alex berencana ingin mengetahui sisi lain Melisya dengan cara itu.

Krisan Kesayangan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang