Part 38

9.2K 1.3K 269
                                    


Panas matahari sudah masuk ke kamar Alex melalui celah-celah fertilisasi udara. Tubuh bergerak ke kanan dan kiri untuk mencari posisi lebih nyaman terhenti saat merasakan beban cukup berat berada di bahunya. Pelan namun pasti Alex membuka kedua matanya dan menemukan gadis cantik masih betah dalam mimpinya. Pipi semakin gembul, bibir kecil sedikit mengerucut membuat Alex menekan kedua pipi Melisya sangat gemas.

"Bangun, ayo makan dulu." Alex menepuk pipi Melisya sangat pelan. Mata indah dengan bulu mata lentik mengerjap menyesuaikan cahaya kamar. Setelah kedua mata terbuka dengan sempurna, Melisya tersenyum manis.

"Jam berapa?"

"Sembilan, ayo makan dulu. Sebelum Mama ngomel lihat kita tidur bareng." Melisya mengangguk. Dia turun dari ranjang terlebih dahulu untuk mandi dan berganti baju, karena acara menginap sangat mendadak dan paksaan Elisa juga tentunya jadi Melisya tak membawa baju. Dan sekarang dia mengenakan kaos kebesaran milik Alex serta celananya sendiri yang tadi malam.

Melisya sudah duduk dimeja makan bersama calon kakak iparnya. Siapa lagi kalau bukan istri Danu. Perempuan sangat cantik, tubuh proporsional, kulit putih bersih terawat. Wajahnya juga sangat halus, tak ada tanda-tanda jerawat sama sekali. Jika dilihat sekilas mungkin tak ada yang percaya kalau sudah punya suami bahkan anak.

"Tante El kemana, Kak?" Tanya Melisya sembari menarik kursi diruang makan.

"Berangkat arisan, gak tahu kenapa pagi banget. Biasanya siang sih. Mau sarapan sekarang? Bareng Kakak." Ajak Aghata tak lupa di iringi senyum manis. Melisya hanya mengangguk saja, dia juga sudah mengenal Agatha sejak awal sebelum perempuan itu menikah dengan Danu.

"Gak tahu kamu masih makan ginian gak tapi Kakak ngide aja siapa tahu masih." Aghata menyodorkan piring berisi telur rebus dua, dua potong jagung rebus serta teh susu yang dia beli tak jauh dari rumah.

Melisya menatap makanan yang memang biasa dia makan cukup syok. Ingatan Aghata masih sangat baik. Dulu setiap ada acara diluar kota, acara Ginervia Beauty tentunya mereka selalu satu kamar dan Melisya lebih menjaga pola makan daripada Aghata. Setiap pagi yang Aghata lihat Melisya tak pernah makan nasi kalau tak ada momen-momen tertentu. Lebih suka telur rebus, jagung rebus, salad atau bakpau. Itu yang paling sering Aghata lihat untuk makanan yang lain dia belum tahu.

"Makasih, Kak. Jadi gak enak."

"Apa sih, kayak sama siapa aja. Sama Kakak ipar, Mel." Melisya terkekeh pelan dan mengangguk. Dia mulai mengupas telurnya sangat hati-hati, kukunya cukup panjang dan baru selesai perawatan kemarin.

"Jadi kapan kalian nikah?"

"Hah? Nikah? Masih jauh kali ya. Aku sama Alex juga baru banget pacarannya." Sahut Melisya pelan tanpa menatap Aghata.

"Alex udah suka lama sama kamu, masih gak yakin atau masih punya rasa sama mantan, Mel?"

"Untuk yang kedua enggak sama sekali. Untuk yang pertama kemungkinan iya, masih ada rasa bimbang."

"Yaudah pelan-pelan aja. Keluarga semua dukung kok. Apalagi Mama, beliau sangat-sangat menerima mantu dari keluarga Armish." Goda Aghata berusaha membuat Melisya menerima Alex lebih cepat, sebagai suami bukan pacar lagi.

"Hem, dipikirin lagi setelah ini. Tapi, dulu aku itu mikir kalau aku punya mertua galak, punya ipar galak, sinis juga gimana. Sampe pusing sendiri."

Melisya menatap Aghata sembari memakan telurnya, Aghata juga sama menatap Melisya dengan bubur kacang hijau dalam mangkuk yang menjadi sarapannya pagi ini. Mereka saling pandang dengan sorot mata yang berbeda, Aghata menahan senyum geli membayangkan kesulitan Melisya saat itu. Memikirkan mertua dan ipar padahal belum ada hilal jodohnya saat itu.

Krisan Kesayangan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang