Part 48

7.4K 976 102
                                    


Deru motor yang saling bersahutan dijalan raya disusul tawa sangat kencang membuat Melisya memejamkan matanya rapat. Ini pertama kalinya dia dibonceng motor dengan kecepatan diatas rata-rata, gilanya Alex justru tertawa bersama Devnath saat sampai garis finish. Calon saudara tersebut kompak saling menyalip sejak tadi diputuskan untuk balapan.

Rafka, Mahardika dan yang lain hanya bisa menggeleng. Pertama kali melihat wajah Devnath sumringah seperti itu hanya karena balapan dengan calon kakak ipar. Sungguh Devnath sangat senang memiliki calon kakak ipar seperti Alex, walaupun Azzura sedikit enggan memiliki menantu Alex.

"Jantung gue mau copot,"

"Tenang aku bawa selotip kok," kekeh Nevay mengangkat tas kecil berbentuk kepala panda miliknya.

"Udah gak usah balapan-balapan lagi, Kakak aduin Daddy baru tahu rasa."

"Gak takut wlek..." Ejek Devnath membuat Melisya melotot sebelum tersenyum miring. Dia mengambil ponselnya dari Riri. Dikira Melisya hanya main-main? Dia serius akan hal itu.

Devnath terus memperhatikan gerak-gerik kakaknya yang mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak sampai lima detik, gadis itu menempelkan ponselnya pada telinga. Tatapan matanya tak lepas dari Devnath sama sekali. Mendengar suara teleponnya diangkat, Melisya segera meloudspeaker agar Devnath mendengar.

"Halo? Kenapa, Kak?" Melisya tersenyum miring mendengar suara serak dan napas berat Gavril.

"Dev balapan motor, Dad. Kakak diajak, jantung Kakak kayak mau copot."

"Ngapain kamu ikut? Biarin aja dia balapan sendiri. Emang mainan cowok gitu, gak usah ikut-ikut kamu."

Devnath tersenyum miring mendengar jawaban ayahnya, sangat sesuai prediksi. Perlahan Devnath mendekati kakaknya dan merebut ponselnya. Senyum penuh kemenangan membuat Melisya berdecak kesal.

"Halo, Dad? Dev boleh balapan, kan?"

"Bol..."

"Enggak!" Suara teriakan Azzura membuat Devnath dan Melisya saling pandang.

"Mommy lagi dimana kok suaranya dalem banget?" Tanya Melisya pensaran.

"Diatas Daddy, kamu kalau..." Belum sempat Gavril melanjutkan ucapannya, sambungan telepon diputus begitu saja oleh Melisya.

Semua orang yang mendengar jawaban Gavril tadi terkekeh pelan. Mereka sudah tak asing dengan obrolan absurd Gavril dan gengnya, dirumahpun Edward, Vernandi, Tio, Bachtiar, Lerga, Santosa juga seperti itu. Jadi sudah tak heran lagi.

"Bikin adek Mak lo, Dev." Ejek Riri sangat puas tertawa.

"Tante Riri!" Sentak Devnath, wajah memerah karena tawa Riri berubah seketika mendengar panggilan Tante. Ya walaupun nyatanya begitu tapi tetap saja dia tak terima dipanggil Tante bocah SMA.

"Kok bikin adek? Aunty Zura diatas itu diatas genteng atau diatas pohon." Tawa semua orang terhenti saat ucapan polos Nevay terucap begitu saja.

"Nev, diajarin pendidikan sex dari kecil, kan?"

"Iya lah, sama Mama diajarin. Sama guru juga." Sahut Nevay menatap Alex.

"Dia dikenalkan sama Sex biar gak terjerumus, bukan posisi sex, tolong hal itu dibedakan." Lerai Rafka membela kekasih hatinya yang sudah salah sangka dengannya dalam kurun waktu beberapa hari yang lalu.

~~~

Seminggu setelahnya puluk 18.30, Melisya berjalan perlahan memasuki apartemen Alex. Setelah seharian mengunjungi WO milik Ervi yang dipegang Riri. Dia langsung ke apartemen Alex karena calon suaminya sedang drop. Panas tinggi tapi tak mau ke Dokter, hanya minum obat penurun panas.

Krisan Kesayangan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang